Part 23

67 5 0
                                    

"Udahlah pa! Biarin aja. Mulai sekarang jangan pernah manggil saya mama lagi! Dan jangan pernah kembali ke rumah saya lagi!!!!" ucap Nina yang langsung pergi dari tempat tersebut. Sementara Kevin hanya bisa diam melihat kejadian tersebut. Risya tiba tiba pingsan.

"Sya, kamu nggak papa kan? Sya bangun sya" ucap Peter sambil menepuk nepuk pipi Risya. Kevin hanya terdiam melihat Risya pingsan dengan muka sedikit panik.

"Vin! Sumpah lo keterlaluan vin! Sus!! Tolong saya sus!!" Peter memanggil beberapa orang suster.

Kevin masih berdiri di tempatnya dengan perasaan khawatir. Khawatir akan keadaan Risya. Sesungguhnya hatinya masih berada pada Risya.

#besoknya

Peter masih terdiam melihat tubuh Risya yang terbaring lemah diatas kasur rumah sakit. Risya sejak kemarin belum membuka matanya. Sebenarnya menurut tes dari dokter, jumlah sel kanker Risya sedikit menurun. Namun, hingga saat ini Risya belum membuka matanya. Peter menggenggam erat tangan Risya.

Beberapa lama keudian Risya mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan. Peter yang tertidur di sampingnya sambil membawa setangkai bunga mawar hijau terbangun karena merasa ada pergerakan tangan Risya.

"Sya? Kamu udah sadar?" tanya Peter kepada Risya fan Risya hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Peter.

"Kamu nggak papa? Pusing nggak? Laper ya? Aku ambilin minum ya?" ucap Peter.

"Santai aja, aku nggak papa kok" ucap Risya sembari tersenyum.

"Oh iya, aku punya berita gembira buat kamu" ucap Peter bersemangat.

"Apaan?" tanya Risya.

"Sel kanker kamu berkurang dan tarraaa" ucap Petrr sambip menyodorkan setangkai mawar hijau.

"Apa nih?" tanya Risya yang sebenarnya sudah mengetahui jika itu adalah mawar hijau.

''Ini tuh mawar hijau. Mawar hijau itu melambangkan sebuah awal mula harapan bagi kehidupan baru untuk kesejahteraan maupun keinginan akan kesehatan yang baik dan pembaruan" ucap Peter sambil menatap mawar hijau tersebut.

"Makasih ya kak, maaf ya aku ngerepotin kakak terus" ucap Risya.

"Apa sih yang enggak buat kamu" ucap Peter sambil menampakkan senyumannya.

"Kakak nganggep kita cuman adek kakak aja kan? Nggak lebih kan?" tanya Risya yang membuat Peter berhenti bernafas sejenak.

"Em yaiyalah kamu kan sukanya sama orang lain. Kakak tau kok kalo cinta itu nggak bisa dipaksain" ucap Peter sambil menampakkan senyuman palsunya. Hatinya terasa sedikit teriris karena pernyataan Risya tentang hubungan mereka.

Dia hanya bisa pasrah, karena menurutnya rasa cinta dirinya kepada Risya merupakan karma karena dulu pernah membuat wanita itu menangis. Dia juga sadar jika cinta memang tidak bisa dipaksakan.

"Kak, boleh minta anterin aku ke Kevin nggak kak?" tanya Risya dan Peter langsung menampakkan wajah herannya.

"Ngapain kamu ke dia lagi? Dia tuh udah nggak pantes buat kamu, dia lebih percaya ama Rena dibanding sama orang yang udah sayang banget sama dia. Kamu juga harus jaga kesehatan kamu sya" cegah Peter. Risya langsung bangkit dari tidurnya dan kemudian duduk diatas kasur.

"Iya kak aku tau. Cuman aku pengen minta maaf ke dia untuk yang terakhir kalinya. Aku juga paham kok, kalo aku udah usaha tapi di sia-siain yaudah mau gimana lagi, aku nyerah" ucap Risya sambil mengangkat kedua bahunya.

"Yaudah aku bakal anterin kamu tapi sekarang makan dulu" ucap Peter dan Risya hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah makan, Peter menepati janjinya untuk mengantar Risya ke Kevin.

Dilemma...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang