Part 24

50 6 2
                                    

Risya membuka matanya perlahan. Risya memgernyitkan dahinya karena ia tidak mengenali ruangan ini.

'Gue dimana ya? Keknya sih rumah sakit, tapi kok gue nggak kenal ya sama rumah sakit ini? Apa gue masih mimpi?' batin Risya. Kemudian ada suara pintu terbuka dan muncullah seseorang yang sangat Risya kenal.

"Risya? Kamu udah sadar?" tanya seseorang tersebut sambil menghampiri Risya. Risya hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Iya, aku dimana ya kak?" tanya Risya kepada Peter. Ya, orang itu adalah Peter.

"Kamu di rumah sakit, di Singapore" ucap Peter sambil membenarkan anak rambut Risya.

"Singapore? Kok bisa? Emangnya di Indonesia aku nggak bisa sembuh ya? Makin parah ya? Ngapain sih pake bawa kesini? Disini kan mahal. Aduh pusing" ucap Risya setelah bangkit dari tidurnya sambil memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing.

"Hadeuh, kamu nih ya. Baru sadar malah duduk dan nanya yang nggak penting, udah sekarang sandaran aja daripada makin pusing" ucap Peter sambil menyandarkan tubuh Risya ke bantal.

"Hehe abisnya ngapain sih pake ke Singapore segala?" tanya Risya.

"Kemaren badan kamu drop banget. Aku langsung bawa kesini aja biar lebih intensif perawatannya" jelas Peter.

"Emang di Indonesia aja nggak bisa ya kak? Aku nggak enak sama kak Peter" ucap Risya.

"Kemaren Kevin nyariin kamu, daripada dia tau kalo kamu lagi sakit jadi aku cepet cepet bawa kamu kesini deh. Kamu masih nganggep aku kakak nggak sih? Kok pake nggak enak segala?" tanya Peter walau hatinya terasa teriris mengucapkan kata 'kakak', karena Peter jadi mengingat hubungan Risya dan dirinya hanya sebagai kakak adik.

"Tapi kan tetep aja kak, apalagi dari dulu aku nggak boleh bayar rumah sakit. Aku tau aku banyak biaya buat ngobatin di Indonesia, apalagi disini. Mankanya aku nggak mau disini kak" ucap Risya.

"Jangan mikirin masalah biaya. Uang itu bukan segalanya, yang terpenting saat ini yaitu kesehatan kamu sya" ucap Peter.

"Makasih ya kak udah selalu ada saat aku butuhin kakak" ucap Risya sambil tersenyum lebar.

"Iya sama sama" ucap Peter.

Sementara itu...

Di suatu taman yang dipenuhi dengan rerumputan dan bunga bunga. Disana terdapat seorang perempuan yang tengah duduk di kursi taman ditemani angin yang berhembus.

"Sya, itu kamu?" ucap Kevin yang berada dibelakang perempuan itu. Perempuan itu berdiri lalu menoleh dan tersenyum. Kevin langsung memeluk perempuan itu dengan erat.

"Akhirnya kamu ketemu juga syaa, aku kira kamu mau ninggalin aku. Maafin aku sya aku sempet nggak percaya sama kamu syaaa" ucap Kevin yang masih memeluk perempuan itu, Risya.

"Maaf vin, aku emang harus ninggalin kamu sekarang" ucap Risya setelah mengurai pelukan diantara mereka berdua. Kevin yang mendengar hal itu langsung menatap wajah Risya dengan tatapan bingung.

"Kenapa sya? Kamu udah nggak sayang ama aku? Kamu nggak mau maafin aku sya?" tanya Kevin dengan muka memelas.

"Maaf vin, tapi aku emang harus pergi vin. Aku udah maafin kamu, tapi aku emang nggak bisa sama kamu lagi. Kita udah beda vin" ucap Risya sambil meneteskan air matanya.

"Maafin aku sya, jangan tinggalin aku RISYAAAA" teriak Kevin hingga terbangub daru tidurnya dengan keringat dingin yang membasahi hampir seluruh tubuh atletisnya.

"Kevin, lo kenapa?" tanya Diana yang baru memasuki kamar Kevin saat mendengar teriakan Kevin.

"Risya di" lirih Kevin sambil menatap Diana dengan tatapan sendu. Dan setelah itu memeluk Diana, Diana sedikit kaget. Namun, ia membalas pelukan Kevin karena ia tahu bahwa Kevin saat ini sangat membutuhkan sesorang.

Dilemma...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang