Part 26

77 5 1
                                    

Di rooftop, Risya dan Nathan sedang menikmati gemerlap lampu kota di malam hari. Mereka hanya berdua karena Peter harus segera pulang ke Indonesia dan Risya masih harus menjalani kemoterapi di Singapore untuk mempercepat kesembuhannya.

"Bagus ya pemandangannya disini" ucap Nathan sambio melihat wajah Risya yang sedari tadi tak melepaskan senyuman indah di bibirnya.

"Iya, kok lo tau tempat sebagus ini sih?" tanya Risya sambil sesekali menatap wajah Nathan.

"Gue kan pernah tinggal di apartemen ini. Lo lupa?" tanya Nathan.

"Eh iya gue lupa. Lo daritadi ngeliatin gue mulu sih? Lo nggak nyesel ngelewatin pemandangin ginian?" tanya Risya yang merasa Nathan selalu memandanginya.

''Gue akan nyesel kalo gue nggak bisa ngeliat wajah lo lagi" ucap Nathan yang masih memandangi wajah Risya dan akan membenarkan anak rambut Risya namun tangannya sudah ditepis oleh Risya.

"Maksud lo?" tanya Risya.

"Gue nggak bermaksud buat lo risih dengan sikap gue. Gue cuman kangen sama saudara kembar gue. Gue udah lama nggak ketemu ama dia. Dia diculik saat masih umur 4 tahun. Gue bener bener merasa kehilangan saat itu" ucap Nathan yang matanya sudah berkaca kaca. Risya mengelus elus lengan Nathan dengan lembut.

"Dia diculik gegara bokap gue banyak banget musuhnya yang pengen ngerebut jabatannya. Gue bener bener ngerasa kehilangan waktu itu" ucap Nathan.

"Maafin gue nat, gue nggak bermaksud buat ngingetin lo ke adek lo. Gue tadi cuman risih aja tiba tiba lo mau benerin rambut gue, gue kira lo mau ngapain gue" ucap Risya.

"Maafin gue udah buat lo risih. Awalnya gue kira lo itu kembaran gue. Tapi ternyata… bukan," ucap Nathan yang pandangannya sudah memandangi Risya.

"Kenapa lo bisa ngomong kalo gue itu bukan kembaran lo?" tanya Risya.

"Gue hafal banget sama ciri khas kembaran gue. Iris mata kanan dan kiri beda warnanya. Dan ternyata warna kedua iris mata lo sama yang ngebuat harapan gue buat nemuin saudara kembar gue itu pupus," ucap Nathan.

"Nat," panggil Risya.

"Hmm?" gumamam Nathan.

"Saudara lo itu iris mata kanannya warnanya coklat kek punya lo dan yang kiri warnanya hijau nggak?" tanya Risya yang membuat Nathan membelalakkan matanya sejenak mendengar petuturan Risya yang seratus persen benar.

"I-iya kok lo tau. Jangan bilang lo itu? " ucap Nathan. Risya langsung menganggukan kepalanya sembari tersenyum kebahagian. Nathan langsung memeluk erat tubuh Risya. Risya juga membalas pelukan Nathan.

"Gue kangen banget sama lo nat," ucap Nathan. Rosya langsung mengurai pelukan diantara mereka.

"Nat?" tanya Risya yang bingung karena Nathan memanggilnya dengan nat.

"Natasya, nama lo Natasya sebelum lo diculik. Tapi kenapa sekarang iris lo coklat semua?" tanya Nathan. Risya langsung menunduk dan melepaskan salah satu soflentnya.

"Lo pake softlen ?" tanya Nathan. Risya hanya menganggukkan kepalanya.

"Gue gak nyangka kalo lo ternyata saudaraan ama gue. Lo kok sedih sih?" tanya Nathan yang melihat kesedihan di wajah Risya.

"Gue nggak sedih, gue cuman nyesel gue dateng telat. Gue udah nggak bisa liat nyokap gue dong? Kan kata lo…" ucap Risya yang ingat akan kematian ibunya. Nathan langsung memeluk saudara kembar yang baru ia temukan.

"Sstt… Tenang aja papa masih ada kok. Dan lo bisa gue anter ke makam mama besok setelah pulang dari sini" ucap Nathan yang masih memeluk Risya.

"Makasih ya. Sekarang lo boleh manggil gue dengan Natasya kalo emang itu nama gue" ucap Risya yang baru saja melepaskan pelukannya.

Dilemma...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang