14. Orang Dalam Pasar

1.1K 22 0
                                    

Seandainya Lui Sun tidak mengeluarkan jurus serangan Hong-yu-siang-sat (angin hujan sepasang malaikat), mungkin kerugian yang dialaminya tidak sampai membuatnya sangat sedih dan menderita.

Namun keberhasilannya di kemudian hari pun mungkin tak akan sedemikian besar.
Dalam kehidupan manusia banyak tersedia langkah yang bisa ditempuh, banyak keputusan yang bisa diambil, sekali kau melangkah keluar, sekali kau mengambil keputusan, mungkin pada saat ini kau menilai langkah dan keputusanmu itu keliru, namun di kemudian hari bisa saja kekeliruan itu justru merupakan kebenaran.

Mungkin saja hari ini kau merasa langkah dan keputusanmu itu sudah benar, tapi setelah berkembang hari esok, bisa saja langkah dan keputusanmu itu justru merupakan sebuah kesalahan besar.

Kesalahan kerap kali ibarat golok dengan dua sisi, membelah sebab dan akibat, jodoh dan berpisah.

Jika seseorang sudah terbiasa merasakan kesuksesan dan keberhasilan, kemungkinan besar dia tak akan menikmati keberhasilan atau kesuksesan yang lebih besar lagi, sebaliknya jika seseorang sudah terbiasa menderita dan tersiksa, keadaan itu tak bisa dibilang satu kejadian yang jelek. Kalau tak ada gunung yang tinggi, mana mungkin ada tanah yang datar?

Lalu bagaimana pula dengan hasil serangan yang dilancarkan Lui Sun kali ini?

Kemana perginya golok merah So Bong-seng? Hawa pem¬bunuhan yang mengerikan itu apakah bisa berkembang tapi tak bisa dikendalikan?

ooOOoo

Sebelum sepasang senjata martil milik Lui Sun dilontarkan, senjata itu sudah berputar kencang bagaikan gangsing, kemudian setelah dilontarkan, senjata itupun saling membentur hingga menimbulkan suara keras, tak ada orang yang bisa memastikan dari sudut mana serangan akan dilancarkan, juga tak ada yang tahu dengan cara bagaimana serangan itu akan menghajar bagian tubuh yang mematikan, bahkan termasuk Lui Sun sendiri pun tak bisa menentukan.

Dia hanya bisa memastikan satu hal, bila seseorang terhajar oleh sepasang martilnya secara telak, jangan harap tulang belulangnya bisa utuh, dan jangan harap nyawanya dapat diselamatkan.

Kini keadaan Lui Sun ibarat orang yang menunggang di punggung harimau, sudah kepalang basah untuk turun lagi, dia mulai menyadari akan kemampuan sendiri.
Seandainya serangan sepasang martilnya tak mampu mencabut nyawa So Bong-seng, paling tidak dia harus menghadiahkan sebuah tanda mata di atas tubuhnya.

Siapa sangka peristiwa lain telah terjadi, bahkan sebelumnya sama sekali tidak menunjukkan pertanda atau gejala apa pun.

Ketika sepasang martilnya tiba di hadapan So Bong-seng, tidak terlihat musuh melakukan sesuatu gerakan, tahu-tahu rantai baja pengikat sepasang senjatanya telah putus jadi dua bagian.

Sebagus apa pun permainan senjata martilnya, asal rantai pengaitnya putus, maka martil itu tak beda jauh dengan buah semangka, yang satu menggelinding keluar ruangan, memaksa kawanan jago perkumpulan Lak-hun-poan-tong yang mengepung tempat itu harus memberi jalan lewat, sementara yang lain membentur dada wakil Tongcu yang sedang bertarung sengit melawan Su Bu-kui, akibatnya tulang dada orang itu remuk dan amblas ke dalam, darah segar segera menyembur keluar dari mulutnya.

Hingga kini, So Bong-seng masih belum juga melirik ke arah Lui Sun walau hanya sekejap, bahkan sepatah kata pun tak sudi diucapkan kepadanya.

Ia tetap melanjutkan ayunan kakinya berjalan keluar dari situ, berjalan sambil berseru kepada Su Bu-kui yang sedang membendung serbuan dari anggota perkumpulan enak setengah bagian, "Kita segera pergi dari sini!"

Sepasang martil yang masih menggelinding di atas tanah pun seolah sama sekali tak ada sangkut-paut dengan dirinya.

Su Bu-kui segera menarik kembali goloknya.

Pendekar Sejati : Golok Kelembutan (Wen Rui An)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang