44. Angkuh dan Menahan Malu

807 21 0
                                    

Begitu Liu Cong-seng, Jin Kui-sin, Cu Siau-yau dan Gan Hok-hoat selesai bicara, para jago perkumpulan Mi-thian-jit-seng jadi kebingungan sendiri, untuk sementara mereka tak tahu harus berbuat apa.

Tiba-tiba terdengar seorang meludah dengan suara keras.

Begitu semua orang berpaling, maka terlihatlah Tan Cian-kui sedang meludah ke tanah sambil berkata sinis, "Cuhh! Kamu itu terhitung manusia macam apa! Jit-sengcu masih hidup pun kalian sudah berani memberontak, pandai melihat arah angin, pandai jadi bunglon ... Hmmm! Saudara-saudaraku yang setia kawan dan berjiwa ksatria, inilah saatnya bagi kalian untuk menunjukkan kesetiaanmu kepada Sengcu!"

Begitu ia berteriak, sekawanan jago dari perkumpulan Mi-thian-jit-seng segera memperlihatkan rasa malu dan sesalnya, bahkan Liu Cong-seng dan Cu Siau-yau pun menundukkan kepalanya tanpa terasa.

Dengan gusar Gan Hok-hoat segera menghardik, "Tan-toucu, kau sudah bosan hidup!"

"Gan-toasengcu, terus terang saja aku berkata," ujar Tan Cian-kui dengan lantang, "siapa sih yang selama beberapa tahun terakhir hidup berkecukupan? Siapa yang sandang pangannya selalu terjamin? Biarpun aku orang she Tan hidup dalam kegelapan, akan tetapi hati dan pikiranku jauh lebih jelas dari cahaya matahari, ada sementara urusan aku lebih suka memilih jalan kematian daripada hidup."

Kemudian dengan suara keras teriaknya kepada para pengikuti perkumpulan Mi-thian-jit-seng, "Rekan-rekan yang merasa punya darah lelaki, punya jiwa ksatria, mereka yang menganggap dirimu mengalir jiwa dan semangat Kwan Jit-sengcu, silakan berdiri di pihakku, mari kita angkat senjata bersama, paling tidak kita mesti menunjukkan kepada mereka bahwa dalam perkumpulan Mi-thian-jit-seng masih ada manusia yang bersedia menjaga nama baik dan mempertahankan martabat perkumpulan."

Begitu perkataan itu diutarakan, puluhan orang anggota setia perkumpulan Mi-thian-jit-seng serentak menyeberang dan berdiri di belakangnya.

"Tan Cian-kui, kau betul-betul tak tahu diri!" seru Jin Kui-sin gusar.

Tan Cian-kui balas tertawa dingin.

"Betul, aku memang tak tahu diri, paling tidak aku bukan pengkhianat yang menjual majikan demi keselamatan sendiri!"

"Kau

Menggunakan kesempatan itu Gan Hok-hoat ikut berseru, "Bagi mereka yang ingin meninggalkan jalan gelap dan kembali ke jalan terang, bergabunglah dengan Kim-hong-si-yu-lau, kami akan menyambut penggabungan kalian, datang dan berdiri saja di barisanku."

Sebenarnya Jin Kui-sin ingin menghadapi dulu Tan Cian-kui, tapi menyaksikan Gan Hok-hoat sudah mulai berkampanye untuk mencari pendukung, dia tak ingin ketinggalan, apalagi kalau sampai ditegur Lui Sun atau Ti Hui-keng, maka lekas serunya pula, "Perkumpulan Lak-hun-poan-tong membuka pintu lebar-lebar, kami mengutamakan mereka yang berbakat dan merasa punya kemampuan, silakan berdiri di pihakku, kami tak akan mempermasalahkan dosa dan kesalahan lama."

Tak selang berapa saat kemudian dari kedua ratusan orang anggota perkumpulan Mi-thian-jit-seng, ada seratus orang yang menyeberang ke sisi Jin Kui-sin dan seratusan yang lain berpihak ke barisan Gan Hok-hoat.

Padahal jauh sebelum terjadinya pertempuran hari ini, di dalam perkumpulan Mi-thian-jit-seng sudah terbagi jadi tiga aliran, Toa-sengcu Gan Hok-hoat dan Ji-sengcu Cu Siau-yau berdiri sebagai satu aliran, sementara Sam-sengcu Jin Kui-sin dan Su-sengcu Liu Cong-seng berdiri sebagai aliran lain, kelompok yang benar-benar setia sampai mati terhadap Kwan Jit se¬sungguhnya tak sampai satu bagian saja.

Ketika Kwan Jit mendirikan perkumpulan Jit-seng-beng (persekutuan tujuh rasul), sebetulnya kekuatan organisasi ini sangat kuat, pengaruhnya amat luas, jauh mengungguli perkumpulan Lak-hun-poan-tong, namun kemudian ketika Lui Sun naik dan memegang pimpinan, apalagi setelah dia menikah dengan adik kandung Kwan Jit yakni Kwan Siau-te, kekuatan dan pengaruh perkumpulan Lak-hun-poan-tong baru semakin meningkat, saat itu kelompok ini menjadi orang kepercayaan perkum¬pulan Mi-thian-jit-seng.

Pendekar Sejati : Golok Kelembutan (Wen Rui An)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang