47. Tahu Diri

747 20 1
                                    

"Seperti contohnya kau sekarang, mungkin saja kau tak puas, tidak terima dengan perkataanku ini, tapi apa gunanya?" ujar Lui Tun lebih jauh, "karena menganggap aku wanita, kau enggan cekcok denganku, ingin membunuhku pun tak bisa, maka kau bisanya cuma mendongkol dan marah-marah sendiri, oleh sebab itu orang yang tak tahu kemampuan sendiri tapi sok jagoan, biasanya perbuatannya hanya akan menuai rasa malu dan aib!"

Paras muka Ong Siau-sik mulai berubah jadi tak sedap.

Sekalipun perkataan Lui Tun bukan ditujukan kepadanya, namun ia bisa membayangkan bagaimana gusarnya Pek Jau-hui karena dipermalukan di depan umum.
Di luar dugaan ternyata reaksi Pek Jau-hui tidak seperti apa yang ia sangka.
Pemuda itu menarik napas panjang kemudian menghem-buskannya dengan perlahan, setelah itu dengan langkah perlahan ia berjalan mendekati Lui Tun.

Tindakannya ini seketika memancing perhatian khusus keempat orang jago tangguh yang hadir di situ, mereka ikut merasa kuatir.

Seandainya Pek Jau-hui turun tangan terhadap Lui Tun, jelas mereka tak bisa berpeluk tangan, namun dengan demikian bisa jadi pertarungan akan memancing keterlibatan So Bong-seng.

Tampaknya persoalan ini yang paling merisaukan hati Lui Sun.

Andaikata Pek Jau-hui turun tangan terhadap nona Lui, tak ada alasan bagi dirinya untuk tidak berusaha mencegah atau menghalangi, tapi begitu dia mencoba menghalangi, besar kemungkinan akan terjadi pertikaian dengan Pek Jau-hui, padahal pemuda itu sombong dan jumawa, amat bersikukuh dengan pandangan serta pendapat sendiri, sekali terjadi bentrokan, mungkin tak gampang untuk mengurai dan menyelesaikannya secara damai.

Sekali lagi Lui Tun berpikir sambil menganalisa.

Andaikata Pek Jau-hui turun tangan keji terhadap nona Lui, kemungkinan besar Lui-congtongcu akan dipaksa turun tangan, karenanya ia harus bertindak mendahului Congtongcunya dengan mencegah ulah Pek Jau-hui, tapi tindakannya ini besar kemungkinan bisa memancing pertarungan habis-habisan antara perkumpulan Lak-hun-poan-tong melawan Kim-hong-si-yu-lau.

Ti Hui-keng sendiri pun berpendapat demikian.

Pek Jau-hui tak boleh turun tangan! Apalagi turun tangan terhadap seorang gadis lemah, perbuatan semacam ini sangat memalukan! Apa pun yang bakal terjadi, ia berniat akan menghalangi ulahnya, dia tahu sekali Pek Jau-hui sudah memutuskan sesuatu, tak akan ada orang yang bisa menghalanginya, kuatir-nya ........

Ong Siau-sik merasa jauh lebih panik dari siapa pun.

Sementara itu Thio Than sudah berdiri menghadang di depan Lui Tun, ia sudah menyaksikan keampuhan kungfu yang dimiliki Pek Jau-hui, dia pun sadar bahwa kepandaian silat yang dimilikinya masih bukan tandingan lawan.

Tapi dia tak akan membiarkan siapa pun melukai Lui Tun, selama dia masih hidup, ia tak akan membiarkan siapa pun mengganggu Lui Tun biar seujung rambut pun.
pias wajahnya.

Akan tetapi di saat Kwan Jit siap melayang melalui kepala Ti Hui-keng, Ti Hui-keng yang sastrawan, yang selalu menundukkan kepalanya, yang duduk terus dengan wajah pucat pasi, tiba-tiba mendongakkan kepala!

Sambaran petir menggelegar membelah angkasa.

Sorot mata Kwan Jit yang tajam, secara kebetulan saling bertatapan muka dengannya.

Tiba-tiba arah yang diambil Kwan Jit untuk melarikan diri kembali berubah.
Sekarang dia tidak lagi menerjang langsung ke arah Ti Hui-keng.

Seluruh badannya berubah bagai selapis hawa pedang, kali ini dia menerjang masuk ke arah dinding batu di sudut jalan.

Dinding batu itu hancur berantakan dan roboh berserakan begitu diterjang hawa pedang yang kuat bagai gempuran baja itu, tampaknya sebentar lagi ia sudah akan lolos dari sudut jalanan itu.

Pendekar Sejati : Golok Kelembutan (Wen Rui An)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang