59. Golok Merah di Tengah Senja Gerimis

731 14 1
                                    

"Blaaaam!", mendadak penutup peti mati itu mencelat dan terbuka, sesosok bayangan manusia berpekik nyaring melesat ke atas atap tandu itu, baru berputar satu lingkaran, tiba-tiba kepala, tangan dan kakinya berpisah satu dengan lainnya.
Dibilang 'terpisah satu dengan lainnya', kejadian ini memang sangat aneh karena siapa pun tahu, kepala manusia selalu menyaru dengan sepasang tangan dan sepasang kakinya, tentu saja anggota badan itu mustahil bisa 'berpisah satu sama lainnya' tanpa sebab musabab tertentu.

Tentu saja terkecuali bila ditebas orang hingga kutung.

Akan tetapi kepala dan keempat anggota badan orang itu walau sama sekali tidak putus, namun anehnya keempat anggota badannya itu benar-benar seakan terpisah secara tiba-tiba dan menyerang ke empat penjuru yang berbeda, malah ukurannya seakan sudah lebih panjang dari keadaan semula.

Pemandangan saat itu boleh dibilang aneh sekali, ketika badannya masih di tengah udara, pukulan dan tendangan berantai telah menghajar tandu itu bersamaan waktunya.

"Blaaaam!", tandu itu tak sanggup menerima tenaga pukulan yang maha dahsyat itu sehingga hancur berantakan.

Hancuran kayu beterbangan di udara, di antara asap dan debu yang menyelimuti udara, tandu itu hancur berantakan dan roboh.

Di dalam tandu itu tiada seorang manusia pun!

Di atas tempat duduk hanya tergeletak selembar kertas.

Orang itu mendengus dingin, badannya bergetar dan secepat sambaran kilat telah menyambar kertas itu, kepala, tangan dan kakinya kembali 'Menyusut' balik ke bentuk semula, kemudian ia baru melayang turun di samping Lui Sun.

Ternyata orang itu adalah seorang kakek berwajah amat segar dan sehat, tapi terlihat kebengisan dan sifat berangasan yang amat kuat, saat itu dia tampaknya sedang menggunakan segenap kemampuan yang dimiliki untuk mengendalikan sifat berangasannya yang meluap-luap.

Terdengar ia berkata sambil tertawa gusar, "Ternyata 'Satu kata sebagai kesepakatan' benar-benar tidak datang! Dia sudah tujuh kali bertempur melawanku dan akhirnya termakan serangan Peng-ciat-sin-kang (ilmu sakti pemusnah tentara), biarpun tidak mati paling tidak sudah cacad! Mana dia berani datang lagi menghadapiku?"

"Tadi ketika itu kau pun sudah terkena totokan jari Wu-hok-sin-ci (ilmu jari sakti tarian bangau) dari 'Satu kata sebagai kesepakatan'..."

"Hmmm, kau anggap ilmu jari bunga anggreknya mampu melukaiku!" teriak kakek itu gusar.

"Tapi kenyataannya totokan jari saktinya berhasil meresap ke dalam isi perutmu, sehingga kau harus bersembunyi terus di dalam peti mati untuk mengatasi penderitaan luka itu dengan ilmu tenaga dalam Put-kian-thian-jit (tidak bertemu sinar matahari)."

Alis putih kakek itu nampak bergetar keras, sinar buas memancar keluar dari matanya, tapi ia berusaha mengendalikan kembali, untuk sesaat tak sepatah kata pun yang diucapkan.

Mendadak terdengar Ti Hui-keng berkata, "Jago andalan perkumpulan Lak-hun-poan-tong kami 'Sampai berjumpa, lagi' telah muncul, bagaimana dengan jago kalian 'Satu kata sebagai kesepakatan'? Masih bersembunyi atau tak berani bertemu orang, atau bahkan sudah mampus? Rupanya Kim-hong-si-yu-lau sudah tidak memiliki Tianglo?"

Paras muka So Bong-seng sama sekali tidak berubah, jawabnya hambar, "Kenapa tak kau periksa dulu kertas surat itu?"

'Sampai berjumpa lagi' telah melihat kertas surat itu. Di balik kertas hanya tertera beberapa baris huruf, sekali lihat sudah selesai dibaca.

Tiba-tiba paras mukanya berubah memucat, bibirnya terlihat gemetar diikuti sekujur badannya bergoncang keras, kertas yang berada dalam genggamannya seketika hancur berkeping-keping dan tersebar di udara.

Pendekar Sejati : Golok Kelembutan (Wen Rui An)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang