"aku mencintaimu..." nabilah berucap penuh percaya diri. Menatap lekat gadis dihadapannya. Terdiam, menunggu jawaban darinya. Kepala gadis itu sedikit tertunduk." maafin aku nabilah..." perlahan gadis itu mulai melangkah menjauh. Meninggalkan nabilah dalam kebisuannya.Seperti yang ia duga!
Aku tak pernah menyangka jika pernyataan cinta ku padanya dua minggu lalu membuat kami begitu menjauh sekarang. Gaby, gadis itu tak lagi berbicara padaku semenjak kejadian penolakkan itu. Bertegur sapa pun tidak. Aku bagaikan orang asing untuknya kini.
Aku benar-benar menyesal nyatain cinta padanya jika pada akhirnya kami harus berakhir dengan seperti ini. Gaby itu selalu memakai berbagai macam cara untuk menghindari ku. Setiap ingin mendekati dirinya meminta penjelasan, gadis itu akan bersikap cuek tak peduli ataupun melangkah pergi meninggalkanku. Kenapa gab? Kenapa kamu harus bersikap seperti itu padaku?
Untuk kesekian kalinya aku menghela nafas lelah. Kepalaku bersandar lesu di tembok pojokan tempat para member menaru tas. " sudahlah bil...gausah terlalu dipikirin." Aku sedikit menolehkan kepala kearah shania yang duduk disebelahku. Memang mudah secara lisan untuk mengatakan tapi untuk prakteknya nihil. Nol besar.
"Lo coba bicara ama gaby."kali ini aku melirik kearah beby yang duduk tepat didepanku. Menegakkan tubuhku, menatapnya dengan malas.
"Lo tahu sendiri beb, gue sudah sering mencoba. Tapi dia gak pernah mau memandang kearah gue." Aku berujar frustasi. Shania mengangkat dagunya, memberiku isyarat. Aku menolehkan kepalaku ke arah pintu. Disana, gaby dan dena sedang berjalan masuk kedalam tempat latihan. Pandangan kami sempat bertemu sejenak, namun dia akhirnya melengos begitu saja seperti biasanya. Hatiku menjerit sakit. Begitu nekat kah aku menyatakan perasaanku selama ini padanya? Aku hanya ingin jujur, apa salahnya? Aku kembali dalam posisiku. Sekali lagi menarik nafas berat.
"cobah lagi...masak gitu doang udah nyerah. Beby coba menyemangati. Bener tu kata beby gue tau lo itu orang yang gak mudah menyerah?" Shania menepuk pundakku pelan. Memberi semangat. Yaa..apa salahnya mencoba lagi. Mungkin ini hari keberuntunganku. Aku beranjak dari dudukku, melemparkan senyum pada kedua sahabatku.
"semangat nabilah.."beby berseru sedikit rendah. Aku menganggukkan kepala dan mulai melangkah menuju direksi dimana gaby yang sedang kumpul bareng para member.
"Gab gue pingin bicara ama lo..." gadis itu memandang kearahku. Menatapku dengan pandangan yang sulit untuk aku artikan.
"bicara aja..."gadis itu berujar datar seakan tak peduli, membuat hatiku terasa dicabik-cabik saat itu juga. Para member yang berada di situ nampak memandangi kami secara bergantian.
Baiklah jika dia minta aku berbicara disini, aku akan melakukannya. Aku menarik nafas sejenak. Menatapnya lekat. " kenapa lo menghindar dari gue? Jika lo marah dengan pernyataan cinta yang tempo hari, lo boleh memarahi gue, memukul gue melakukan apapun yang lo suka. Tapi jangan menjauhi gue seperti ini gab." Aku menghujaninya dengan rentetan kalimat panjangku. Dia nampak masih terdiam, tak juga berbicara.
"maaf jika pernyataan cinta gue membebani lo, gab. Gue harap kita bisa berteman lagi." Aku berhenti sejenak, menarik nafas. Mataku tak pernah lepas darinya.
"Itu aja yang ingin gue ucapin. Sekali lagi gue minta maaf." Aku terdiam menunggu kalimat yang akan ia lontarkan. Tapi sekian detik berlalu, dia tak juga berbicara. Akhirnya aku memilih melangkah pergi, meninggalkan ruang latihan dalam bisu.
Mataku asik terpejam merasakan belaian angin yang dengan lembut menerpa tubuhku. Tenang banget disini. Aku selalu menyukai tempat ini di rooftop mal fx. Tempat ini sepi dan nyaman.
Aku membiarkan ponsel disaku celanaku yang terus bergetar sedari tadi. Aku tahu itu pasti dari shania, dia pasti ingin menyuruhku kembali ketempat latihan karena latihan akan segera di mulai. Aku sedang ingin membolos sekarang. Mengistirahatkan hati dan pikiranku yang lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Jkt48
Short StoryAku berlari menunggu cintamu/Kau mengejarku/'Lamar aku'