RUN

342 12 1
                                    

Kau sempat bertanya,

Kenapa perempuan menyukai bunga?

Kugulirkan tanya sebaliknya,

Kenapa lebah gemar berburu madunya?

Dinding-dinding itu tetap kokoh meski aku terus berlari. Keringat mengucur sudah, meski baru dua senti. Tatkala kemudian turut menyamai air mata yang sedari tadi melintasi pipi. Badanku terbilang lelah, meski jarak tak berarti. Hanya dua menit, namun aku akui, berlari dengan hati hancur seperti ini lelahnya bukan main.

Aku sakit hati.

Namun tak ada pelampiasan, semuanya drama, semuanya nista. Semuanya hanya kumpulan tipuan yang membuatku terperangkap dalam nyata.

Air mataku mengalir keluar.Lagi.

Derap roda yang berdecit di belakangku membuatku terkesiap,dia sudah dekat!

"Hei, jangan pakai sepatu roda di lingkungan kamp-HEI!BERHENTI!

Staff BANAK berjenggot itu berteriak keras, namun bodo amat.Aku tak perduli.

Dua hari.

Ya, dua hari sudah aku menderita. SMS tidak dijawab, telpon tidak diangkat, di kampus pun kehadirannya lenyap. Aku tersiksa batin. Kuliahku nyaris tidak beres, pikiran uring-uringan, pulpen tidak bekerja karena dia senantiasa terbawa alam bawah sadar, konsentrasiku terpecah, bukan ke mata kuliah, namun ke sebuah bentuk wajah.

Wajah anggunnya, bukan karena niatan ingin berzina, namun kau tahu -cinta itu seribu nyawa. Bagaimana aku bisa mengingat cintaku kalau bukan karena wajahnya? Dari wajahnya itu terpantul sekian keindahan, melebihi dimensi 26 abad, melintasi 24 jam waktu manusia seharian. Kau ingin aku mencintai tokoh-tokoh Anime yang desain wajah imut dan moe-nya itu dibuat oleh grafis komputer? Maaf saja, bung. Aku seorang Rasionalis.

Oh, c'mon, i don't have time dor this BULSHIT!

Sialan, gara-gara kalian aku jadi meracau begini. Aku merendahkan tubuhku, menambah berat daya gravitasi. Menurut teori Air Trek,metode ini digunakan untuk menambah kecepatan. Toh itu teori lama. Sebenarnya sudah hafal luar kepala. Tanganku ke belakang punggung, memastikan tas yang terpasang di punggungku sudah tertutup reusletingnya erat.

Roda AT kemudian berdecit nyaring, melontarkanku melintasi lantai.

"Kyaa!"

"Hei, kinal kamu brengsek!"

Jerita-jeritan semacam itu keluar dari mulut mereka. Jam masih menunjukkan pukul sepuluh kurang sebelas, waktu-waktu ramainya kampus. Barusan aku melewati gerombolan gadis-gadis yang memakairok pendek, mereka menjerit nyaring tatkala aku melewati mereka. Di persimpangan tangga, Aku melompati kelompok Beby yang sedang mendiskusikan -entah apa itu, kemudian melayang sebelum menuruni tangga. Shania berteriak sadis, namun makian itu langsung hilang terbawa angin. Aku tak perduli.

Belokan pertama, wangi meresap hidung. Aku kenal parfum ini, aku kenal aroma ini, nafasku girang, dadaku berdebar. Aku menatap tajam jalan itu, kemudian bermanuver ke samping.

"Di sini!"

Belokan kedua, orang-orang di samping kanan kiri jalan memandangku, aku semakin semangat.

One Shoot Jkt48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang