Lembayung Senja

552 15 1
                                    

'Ketika cinta menyapamu, sapalah balik dengan penuh keyakinan...

Namun ketika cinta mengucapkan selamat tinggal kepadamu, lambaikanlah tanganmu dengan penuhkeikhlasan...

Karena sesungguhnya, kamu dan dia akan selalu berada di langit yang sama...'

°

°

Hari kelulusan sekolah adalah hari yang paling menyenangkan bagi seluruh siswa. Hari yang menjadi tolak ukur atas segala upaya keras yang dilakukan para siswa selama menempuh ilmu di sekolah. Hari yang akan menjadi batu loncatan mereka untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Rasanya dengan adanya hari itu, maka semua beban dan tanggung jawab seolah terangkat lepas dari pundak mereka. Meski mereka tahu, ada tanggung jawab yang lebih besar yang akan menanti mereka. Jalan mereka masih panjang.

Sama seperti yang dirasakan oleh Faris dan Melody. Hari ini adalah hari yang paling diinginkan sekaligus tak diinginkan mereka. Bagi Faris, hari ini adalah gerbang dimana impiannya untuk menggapai cita-citanya akan segera terbuka. Tapi di balik itu, merupakan hari dimana dia harus merelakan keberadaan seorang gadis yang dicintainya. Bagi Melody sendiri, hari ini adalah hari di mana dia berhasil membahagiakan kedua orang tuanya di alam sana dengan kelulusan yang telah ia peroleh, yang juga merupakan hari dimana dia harus menerima sebuah kehilangan yang dia tahu cepat atau lambat akan segera terjadi.

Mereka sedang merayakan pesta kelulusan mereka dengan teman-teman seangkatan mereka di pantai. Mereka memisahkan diri dari teman-teman mereka. Kini Melody dan Faris sedang duduk di atas pasir pantai. Desiran angin sore terasa membelai-belai lembut tubuh Faris. Suara burung-burung camar yang pulang ke peraduannya melatari keheningan mereka. Melody menyembunyikan wajahnya di balik kedua lutut kakinya.

"Kamu mungkin sudah tahu apa yang akan kubicarakan, Mel." Faris membuka suaranya terlebih dahulu.

Melody tidak menyahut, maka Faris melanjutkan perkataannya.

"Aku akan pindah ke Surabaya  besok..." Terjadi jeda yang cukup lama. Melody masih diam. "Aku akan melanjutkan kuliah di sana."

Melody paham sebentar lagi saat itu akan tiba. Namun tetap saja rasanya terasa begitu menyesakkan...

"Aku tidak ingin mengakhiri hubungan ini, Mel. Aku ingin kamu..."

Melody perlahan mengangkat wajahnya yang tersembunyi di balik kedua lututnya. Menatap lama Faris sebelum beralih menatap deburan ombak di depannya. "Aku tidak bisa, ris. Aku tidak bisa..."

Faris mengikuti arah pandang Melody, menatap jauh ke arah laut."Kamu harus bisa. Aku tidak mungkin mengikatmu selama aku di sana. Kamu berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik dari aku."

Jika boleh, Faris ingin menjadi seorang yang egois, mengikat Melody, meminta gadis itu terus menunggunya. Tapi dia tahu dia tidak bisa, dia tidak akan tega menjanjikan suatu ketidak pastian pada gadis itu. Dia tidak akan meminta Melody melakukan itu.

Melody  hanya tersenyum lirih."Baiklah. Tapi berjanjilah satu hal." Melody menatap Faris. Kedua mata mereka bertemu."Berjanjilah untuk mengizinkanku menunggumu di sini ... sampai kamu kembali." Tak ada lagi yang bisa ditahannya ketika bulir-bulir air mata itu jatuh perlahan di atas kedua pipinya.

Faris mengusap air mata di pipi Melody. Perasaannya pada gadis itu membuatnya menganggukkan kepalanya. "Dan berjanjilah akan melupakanku jika aku tak pernah kembali lagi ke sini."

Dan ketika cinta mengucapkan selamat tinggal padamu, lambaikanlahtanganmu kepadanya dengan sebentuk keikhlasan. Karena mencintai adalah bentuk dari sebuah keikhlasan. Begitu pula kisah ini dimulai...

One Shoot Jkt48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang