WHO I LOVED II

303 17 0
                                    

"Jadi kesimpulannya jika kedua sisi di jumlahkan akan menghasilkan jumlah luas permukaan yang sama dengan sisi sebaliknya, dan..bla…bla…bla…bla…."Penjelasan dari guru matematika di depan kelas sama sekali tidak menarik untuk gadis yang sedang duduk menopang dagu di bangkunya. Tatapan matanya sangat menyiratkan jika dia bosan dengan pelajaran yang sedang diajarkan gurunya di depan kelas. Siapa lagi kalau bukan Nabilah sang pemeran utama kita. Nabilah menghela nafas panjang, lalu beranjak berdiri dari tempat duduknya.

"Permisi,pak. Saya mau izin ke toliet." Merasa di panggil, sang guru pun menoleh sebentar dan hanya membalas dengan anggukan singkat. Nabilah pun beranjak keluar dari kelasnya setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih (murid yang sopan*plak). Nabilah berjalan santai dengan Siulan pelan terdengar dari bibir seksinya *halah. Nabilah berjalan melewati belakang kelas XI IPA 2. Sekilas matanya menangkap siluet seorang gadis berambut panjang sebahu yang terlihat sedang mengerjakan soal fisika di papan tulis. 'Sinka?'. Sesaat dia kagum terhadap pesona gadis nan cantik jelita itu, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau di depannya ada got.

-SREKK BRUKK-

"Wadaww!" Nabilah pun sukses sujud mencium pinggiran got dan sukses pula mengundang para siswa kelas XI IPA 2 untuk keluar melihat apa yang terjadi. Nabilah berdiri sambil meringis. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengusap dahinya yang memerah dan tangan kirinya ia gunakan untuk memegangi kaki kirinya yang terasa sakit. Para siswa kelas XI IPA 2 pun serentak menertawainya. Sinka, gadis cantik berambut panjang sebahu adalah orang satu-satunya yang tidak ikut tertawa. Setelah tahu siapa yang menjadi pusat perhatian disana dia langsung menundukkan wajahnya. Wajahnya kembali memerah, jantungnya berpacu dengan cepat.

'Na-Nabilah? Ke-Kenapa dia..'

"Hei, Nabilah! Apa yang kamu lakukan disitu?!" tanya guru yang tadi mengajar di kelas Sinka. Sementara Nabilah masih sibuk dengan dahinya yang semakin benjol.

"Mau ke toilet, pak. Tapi saya terpeleset tali sepatu saya." Kata Nabilah berbohong. Malu, sakit, salah tingkah, campur aduk jadi satu difikirannya sekarang. Guru fisika itu pun memeriksa sepatu yang dikenakan Nabilah, dan dia melihat kalau tali sepatu Nabilah tidak terlepas. Dia pun memelototi murid di depannya yang 'masih' saja sibuk dengan urusan dahinya itu.

"Lihat itu!" Guru Fisika itu mengarahkan telunjuknya kearah sepatu Nabilah. Nabilah pun susah payah menelan ludahnya. "Tali sepatu kamu sama sekali tidak terlepas. Apa kamu mau bolos pelajaran, eh?" Nabilah pun semakin terpojok. Dia tidak mau mengakui kalau dia tidak sengaja melihat Sinka dan tersepona eh terpesona terhadap aura kecantikannya*cieh.

Kan saya sudah bilang kalau saya tadi mau ke toilet pak, kalau bapak gak percaya silahkan bapak ke kelas saya dan tanya kepada guru mengajar kelas saya. Lagian ini kan jalan satu-satunya kalau mau ke toilet." Jawab Nabilah dengan mencoba santai dan terlihat biasa. Guru itu pun menghela nafas. "Baiklah kali ini kamu saya ampuni.Oke anak-anak ayo kembali ke kelas." Guru itu pun berbalik meninggalkan Nabilah diikuti oleh siswa lainnya. Nabilah menghembuskan nafas sambil mengelus dadanya.

"Hahh.. Untung aja selamat. Eh,itukan?" Nabilah melihat Sinka berjalan di belakang para siswa XI IPA2. Tetapi wajahnya tidak terlihat karena Sinka menunduk. Nabilah ingin memanggilnya, tetapi dia urungkan. Sinka pelan-pelan menoleh ke belakang. Sebenarnya Sinka khawatir dan ingin menolong Nabilah, tetapi dia terlalu malu untuk melakukannya. Melihat wajahnya saja membuat jantungnya seakan mau copot. Sinka menolehkan kepalanya dan mendapati Nabilah sedang berjalan berlawanan arah dengannya.Senyum manis terukir di bibirnya. Sinka pun cepat-cepat memasuki kelas ketika dilihatnya Nabilah menengok ke arahnya.

"Gadis yang unik." Kata Nabilah pelan. Nabilah pun berjalan menuju belakang sekolah. Alasan ke toiletnya tadi ternyata memang benar-benar alasan untuk membolos pelajaran. Benar-benar murid teladan*plak. Nabilah melihat pohon besar dibelakang sekolahnya. Dia tidak tau jika ada tempat seperti ini di belakang sekolah. Maklum, dia jarang bisa membolos dengan selamat seperti kali ini. Nabilah pun duduk bawah pohon besar itu. Suasana yang sejuk, sepi, dan rindang membuat matanya mengantuk. Di sandarkannya kepalanya itu dibatang pohon. Kelopak matanya mulai menutup. Hembusan angin bagaikan menina bobokkan dirinya yang makin lama makin mengantuk. Tidak ada satu menit, Nabilah sudah menjelajahialam mimpinya.

One Shoot Jkt48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang