------------------------------------------------------
Dear Veranda,
Apa kabar disana?
------------------------------------------------------
Sebuah pagi nan beku tengah menghadang hariku. Udaranya memanglah masih begitu segar, matahari belum juga menampakan seluruh kuasanya untuk sedikit membagi hangat tubuhnya. Hanya saja itu yang membuat tubuhku susah sekali digerakkan saking dinginnya cuaca.
Tak biasanya aku bangun sepagi ini, terutama jika sedang weekend begini.Namun disinilah aku, telah siap dengan jaket tebal yang masih dibalut pula dengan coat. Bukan mauku untuk mengenakan pakaian yang bertumpuk-tumpuk yang merepotkan begini begini. Hanya saja udara beku kota ini lah yang memaksaku mengenakan pakaian setebal ini.
------------------------------------------------------
Udara pagi disini sangat dingin, membeku.
------------------------------------------------------
Aku sedikit menguap. Sial, sepertinya udara dingin ini masih saja membuat kantukku bertahan. Kutilik jam tanganku, ah masih ada waktu rupanya. Maka akupun berbelok, memasuki gerai kedai kopi dua puluh empat jam yang didominasi nuansa hijau dan cokelat itu.
"Bonjour..." sapa salah satu pelayannya sopan. "espresso?"
Aku tersenyum mendengarnya, haha, pelayan ini bahkan sampai hapal dengan apa yang selalu kupesan tiap pagi. Aku memang selalu memulai hariku dengan secangkir kopi itu. Jenis kopi yang menjadi favoritnya tiap pagi. Selang semenit, aku telah mendapatkan minumanku, buru-buru aku membayarnya, kemudian beringsut duduk di salah satu spot favoritku. Dekat jendela.
Ketika dudukku sudah jenak, perlahan kusesap minuman hangat itu. Kemudian mengeluarkan sebuah laptop yang telah menemaniku selama di Eropa selama dua tahun terakhir. Sejurus itu membukanya dan menekan tombol 'power'.
------------------------------------------------------
Aku sedang memulai hariku di kedai kopi. Menikmati kopi favoritmu, espresso. Apakah itu masih menjadi kesukaanmu?
------------------------------------------------------
Menunggu starting yang dijalankan sistem operasi windows itu, aku melayangkan pandanganku keluar jendela. Menatap jalanan kota tak pernah lengang meski di pagi sedini ini sekali pun. Seperti tipikal kota-kota di Eropa pada umumnya, kota ini salah satu memang termasuk kota yang tak pernah beristirahat. Bahkan pada weekend begini, masih banyak yang melangkah dengan terburu sembari sibuk bicara dengan ponsel mereka. Tak sedikit pula kamu temukan beberapa yang sedang bersantai, menikmati indahnya sabtu pagi bersama anjing-anjing peliharaan mereka. Atau mungkin beberapa yang sedang asyik bersenda gurau dengan kawan mereka itu, dan ada pula para wanita yang sedang berbagi cerita seru sembari menyusuri satu demi satu pertokoan yang berjejer disepanjang jalan.
------------------------------------------------------
Jika ya, sungguh, aku berharap kamu ada disini menemaniku.
------------------------------------------------------
Tetapi pemandangan yang begitu menarik adalah ketika sepasang muda-mudi melintas, saling berpegangan tangan. Saling mendekatkan diri mereka, berusaha menghangatkan tubuh mereka untuk bertahan dari suhu empat derajat celcius yang disuguhkan oleh kota beku penuh warna ini. Mereka saling bertatap muka, bercengkrama dengan wajah bersemburat merah. Sesekali pula mereka menyesap latte seharga tak lebih dari dua dollar itu untuk lebih mencairkan suasana. Tak perlu deskripsi lebih lanjut untuk menyatakan bahwa pasangan itu kini tengah direngkuh romansa asmara, menikmati indahnya kebersamaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/60911796-288-k686552.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Jkt48
Short StoryAku berlari menunggu cintamu/Kau mengejarku/'Lamar aku'