"Hm..." Senyum di bibirku tidak pernah pudar setiap kali aku melihat senyuman lebar yang selalu menjadi ciri khasnya. Melihat tingkah bodoh dan ceroboh gadis itu membuat satu bagian terpenting dari tubuhku berdetak begitu keras, membuat dadaku sesak hingga sulit untuk menghirup udara bebas. Aku tahu, saat ini aku benar-benar sudah jatuh hati padanya, dan aku juga bahwa cintaku sudah terlambat.
"Nabilah..." Setiap kali menyebut namanya membuatku teringat kembali saat-saat dimana dia masih mengejarku, merayuku, menggoda dan selalu mengajakku untuk kencan. Kenapa aku tidak menyadari perasaanku lebih awal? Kenapa waktu dia menyatakan perasaannya, aku dengan begitu mudahnya menolak dan lebih parahnya lagi, kenapa dulu aku menghinanya? Aku meremehkannya dan aku mencampakkannya didepan semua orang.
"Gue mencintailo, Shania!"
"Jangan bercanda, menyingkir dariku!"
"Gue nggak bercanda, gue bener-bener. Gue bener-bener jatuh cinta ama lo. Hehehehehehe!"
"Jatuh cinta padaku? Seorang gadis sepertimu jatuh cinta padaku? Mending kamu ngaca!"
"Shania..."
"Namaku terdengar begitu menjijikkan jika keluar dari mulut busukmu!"
"Bodoh..." Aku hanya bisa mengutuk diriku sendiri. Kenapa, Kenapa dulu aku begitu kejam? Padahal selama ini,dialah yang selalu ada disampingku, dan selalu membantu dan membuatku selalu tertawa dengan tingkahnya itu. Kenapa aku tidak sadar dari awal?
"Gab.. lo itu kalau makan jangan sampai berlepotan seperti itu." Suara Nabilah terdengar begitu keras. Bisa kulihat tangan Nabilah yang kini menghapus pelan sisa makanan yang masih menempel dibibir Gaby.
"Eh... hm, hehehehehehe..." Gaby hanya tertawa
"Ternyata sifat pacarku lebih ceroboh dari aku sendiri, hahahahahahaha..." Nabilah tertawa dengan begitu keras. Aku yang baru saja akan memasuki tempat latian mendadak langsung menghentikan langkah, tidak... rasa ini datang lagi, mendengar kalimat yang baru saja diucapkan olehnya membuat jantungku kembali berdentam keras. Kenapa rasanya begitu sakit? tawa Nabilah yang biasanya selalu membuat hatiku damai kini berubah menjadi sebuah belati tajam yang mampu menusuk dan menghancurkan hatiku. tidak... aku tidak mau seperti ini, aku ingin Nabilah kembali mencintaiku, aku ingin dia kembali tergila-gila padaku, aku tidak mau dia jatuh cinta pada gadis lain, aku tidak mau!
Aku ingin... dia tau bahwa hatiku sudah berubah, aku ingin dia mengetahui semua rahasia dari setiap detakan keras yang menghantam dadaku setiap kali aku melihatnya. Aku ingin dia berpaling padaku.
'Nabilah!'
"Shania!"Suara teriakan Kinal menyadarkanmu, membawaku kembali kealam realita. Gadis berambut pendek merupakan sahabat terdekatku melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar.
"Sini gabung ama kita-kita!" Gadis itu berteriak kembali.
"Hm..." Kupaksakan bibirku untuk membentuk sebuah senyuman, kulangkahkan kakiku untuk segera melangkah mendekati Gaby, Kinal, Kak Ve dan... Nabilah.
Aku menduduk, sungguh... sejak hari dimana aku menolaknya, hubunganku dan Nabilah berubah 360 derajat. Sejak hari itu, sepatah katapun tidak pernah terucap dari bibirnya. Dia tidak pernah lagi menyebut namaku.
"Shania!"Ya Tuhan... aku begitu merindukan panggilannya, aku ingin dia kembali memanggil namaku Tuhan.
"Shania!"Ya Tuhan... gue kangen ama lo panggilannya, aku ingin dia kembali memanggil namaku Tuhan.
"Lo dari mana aja?" tanya Kinal saat aku sudah duduk disampingnya. " tadi aku di panggil Kak Melody katanya ada rapat antar kapten."
"Yah... akhir-akhir ini aku lihat kamu selalu aja menyendiri." kata Gaby sambil memasang wajah kawatirnya.
"Iya, Shania apa kamu ada masalah?" tanya Ve lembut, mau tidak mau aku tertawa mendengarnya.
"Hm... nggak kok. Sebenarnya aku..."
Suara pergerakan membuatku langsung terdiam. Berlahan-lahan kupalingkan wajahku untuk melihat dimana sumber suara itu terdengar, kini didepanku... Dia berdiri tegap, langsung mengambil tasnya tanpa memandangku sedikitpun.
"Nabilah, kamu mau kemana?" tanya Gaby yang sedikit terkejut melihat kekasihnya tiba-tiba saja berdiri hendak pergi.
"Hehehehehe... ada urusan, lagi pula gue gak betah lama-lama di sini. Ini mbuat gue MUAK!"
Deg...
"Pergi dulu, Sayang."
Nabilah mencium singkat pipi Gaby di depan mataku sebelum memutuskan untuk pergi.
''Nabilah...''
"H-Hai Nabilah!" Gadis itu sama sekali tidak mendengarkan suara Gaby yang terus memanggilnya.
"Akhir-akhir ini Nabilah berubah..." gumam Ve pelan.
"Iya, itu anak semakin bertambah aneh." kata Kinal.
"Kalian! Jangan jelek-jelekin pacar aku!" Gaby marah saat Kinal mengejek Nabilah.
"Hm..." Dan aku hanya bisa pura-pura tersenyum. Aku beruntung, ketiga temanku tidak melihat kejadian saat Nabilah menembakku saat kami kencan di taman Bermain waktu itu.
'Ya Tuhan... mungkin ini adalah karma untukku. Nabilah... sudah muak denganku, Tuhan..."
Selamanya aku tidak akan pernah bisa memberitahunya tentang rahasia ini.
Nabilah duduk menyandar diluar menunggu jemputannya datang. Nabilah tersenyum saat mendengar sayup-sayup suara merdu pujaan hatinya."Shania..." gumam Nabilah pelan. Nabilah tersenyum pedih, mengasihani dirinya sendiri yang masih mengharapkan cinta seorang Shania Junianatha,mengharapkan gadis itu untuk menegurnya, meminta maaf padanya, dan mungkin mengatakan cinta padanya.
"Maafin kata-kata gue tadi yang mungkin menyinggung lo." kata Nabilah pelan sebelum berdiri dan beranjak pergi.
'Gue nggak akan pernah berhenti mencintai lo, Shania!'
"Eehh?" Shania menoleh kebelakang, entah kenapa dia seperti mendengar suara Nabilah menyebut namanya.
"San,Kenapa?" kata-kata Ve membuatnya kembali berpaling. Gadis cantik itupun memilih untuk mengukir sebuah senyuman palsu lagi.
"Gak apa-apa."
'Aku mencintaimu dalam rahasia, Nabilah.'
End...
![](https://img.wattpad.com/cover/60911796-288-k686552.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Jkt48
Short StoryAku berlari menunggu cintamu/Kau mengejarku/'Lamar aku'