Who I Loved III

309 20 2
                                    

Seorang gadis berambut  sebahu, yang mengenakan long dress berwarna ungu pucat sedang duduk termenung sendirian di kursi taman malam itu. Suasana yang sepi yang hanya di temani oleh lampu taman yang berjarak dua meter darinya, menambah kesan suram di wajahnya. Pandangan matanya sayu, tangan kirinya memegang sebuah kotak kado berwarna merah muda berhiaskan pita merah. Rambutnya terlihat kusut karena terkena keringat.

Dialah Sinka. Seharusnya saat ini dia sedang berada di pesta ulang tahun teman kecilnya, Shania. Tetapi entah kenapa kakinya malah membawanya lari ke taman yang sudah gelap dan sepi.

Flashback

Baju bermacam-macam jenis berserakan di atas tempat tidur seorang remaja cantik berambut sebahu yang sedang asyik (?) mengobrak-abrik lemari bajunya. Di ambilnya baju terusan berwarna hijau muda dengan hiasan renda di leher. Di lihatnya pantulan dirinya di kaca.

"Arrghh…. Bukan!" Di lemparkannya baju itu di atas tempat tidur.

KREEKK…

"Apa yang kak Dudut lakuin?." Seorang gadis kecil yang mempunyai mata sama dengan gadis di depannya melongo melihat kamar kakaknya yang lebih parah dari seekor(?) pesawat yang jatuh hancur berkeping-keping*heleh. Dia melihat satu persatu baju yang menjadi korban(?) pelemparan massal. Feni, adik dari Sinka, menatap heran semua baju-baju yang ada di atas tempat tidur kakak perempuannya itu.

"Baju-baju ini? Engak biasanya kaka makai baju seperti ini sehabis mandi. Kakak mau kemana?" tanya Feni sambil menunjukkan salah satu baju yang ada di atas tempat tidur Sinka. Sinka menunduk lalu mengacak-acak rambutnya. Feni semakin bingung dengan tingkah laku kakaknya. Sinka lalu menunjuk sebuah kertas di atas meja riasnya. Mengerti maksud kakaknya, Feni segera mengambil kertas itu dan membacanya.

"Undangan Ulang Tahun?" ucap Feni. Feni lalu teringat saat seorang gadis memberikan undangan ini waktu mereka hendak pulang sekolah. Feni ingat saat gadis itu mengatakan dia juga mengundang seseorang yang Sinka kenal. Feni mengangguk-angguk mulai mengerti apa masalah kakak perempuannya ini. Feni meletakkan undangan itu di atas meja kembali lalu berjalan menuju lemari baju Sinka. Sinka hanya melihat dengan tatapan pasrah(?). Feni mengambil gaun tanpa lengan berwarna biru tua dengan hiasan pita kecil di pinggang lalu menoleh pada kakaknya yang sedang berdiri di belakangnya. Dilihatnya baju yang di pegangnya dan kakaknya.

"Ckckck. Gak cocok." Feni lalu mengembalikan baju itu kedalam lemari. Feni melihat semua baju yang ada di dalam lemari kakaknya dengan seksama. Mulai dari pojok kiri sampai ke pojok kanan tapi dia tidak menemukan baju yang cocok untuk kakaknya. Sinka menghela nafas. Dari wajahnya dapat dilihat jika dia sudah putus asa.

"Emangnya kak Dudut mau bertemu dengan siapa sih sampai-sampai milih baju aja susah." Feni malah emosi*karna terbawa suasana*.

Eng-enggak bertemu dengan siapa-siapa kok. Kak Dudut cuma… Cuma bingung mau makai baju yang mana untuk menghadir pesta ulang tahun Shania." Sinka terduduk lemas di atas tempat tidurnya. Feni melihat Sinka menduduki sebuah baju berwarna ungu pucat.

"Eh, itu apa kak ? Kayaknya cocok dengan kak Dudut." Sinka menaikkan sebelah alisnya lalu melihat ke sampingnya. Sinka lalu berdiri dan mengambil baju itu lalu menunjukkannya pada Feni. Feni segera merebut baju di tangan kakaknya. Long dress berwarna ungu pucat dengan hiasan pita kecil berwarna putih di leher sebelah kiri. Senyum Feni mengembang.

"Nahhh… Ini baru cocok dengan kak Dudut. Warnanya kalem dan simpel. Cepat pakai ini kak." Sinka menuruti saja apa yang di katakan adiknya. Karena dalam hal berdandan Feni yang lebih moderen(?). Setelah selesai memakai bajunya, Feni menyodorkan sebuah sepatu highheels berwarna putih yang tidak terlalu tinggi agar kakaknya tidak kesulitan saat berjalan. Sinka mengenakan sepatu itu. Setelah itu, Feni menyuruh kakaknya untuk duduk

One Shoot Jkt48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang