Di sebuah rumah tepatnya di sebuah kamar seorang pemuda sedang terlelap di kasurnya bahkan suara jam weker yang terus berbunyi pun tak di hiraukannya. Sampai suara perempuan membangunkanya
"ya ampun masih ngebo ni anak, Bil bangun "panggilan pertama tidak di hiraukan
" Nabil ayo buruan bangun " panggilan ke dua tapi hanya di balas deheman oleh Nabil
" Bil buruan bangun "
" Apa an sih Nju, masih pagi juga udah gangguin orang tidur" respon Nabil yang terusik
" astaga Nabil lihat tu matahari udah tinggi masih pagi dari mana, ayo cepetan bangun" ucap Shania sambil mengguncang tubuh Nabil
"bentar lagi 10 menit lagi ya Nju masih ngantuk ni "
" Nggak, pokoknya ayo buruan bangun " di guncang lagi tubuh Nabil
" Yaelah Nju lagian lo ngapain sih pagi-pagi kesini, ini juga hari libur "
" kalo lo kesini cuma mau numpang sarapan gih sono kebawa minta ke nyokap gue" Shania geram kemudian mengambil bantal yang tergletak di samping Nabil dan memukulnya ke arah Nabil
"sialan siapa juga yang mau numpang sarapan gue kesini mau nagi janji lo yang bilang mau nganterin gue ke toko buku, jadi buruan bangun " jawab Shania sambil masih memukul Nabil dengan bantal
" aduh ya ya Nju gue lupa, iya gue udah bangun " jawab Nabil sambil membangunkan tubuhnya yang malas
" Kalok mbangunin orang yang alus kek contohnya kayak di sun- sun gitu"
"ni di sun-sun " Shania melemparkan bantal ke arah wajah Nabil.
" Cepetan mandi gue tunggu di bawah, awas aja kalok sampai tidur lagi gue siram pake air comberan mau? " Shania melangkahkan kakinya keluar kamar Nabil.
" Iya, sadis amat sih lo nju" Nabil beranjak dari tempat tidur dan memulai ritualnya untuk mandi.
Nabil menuruti tangga dan berjalan ke arah ruang makan. Di sana sudah ada Shania yang sudah duduk tenang menunggunya.
"pagi mam" sapa Nabil kepada mamanya
"Pagi sayang" balas mama Nabil
"lama amat sih lo mandinya" omel Shania.
"Yaela Nju gue kan harus perawatan dulu biar ke gantengan gue gak berkurang" Shania hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Nabil.
Setelah selesai dengan ritual sarapan paginya Nabil dan Shania berpamitan untuk berangkat.
"Nju emangnya lo mau beli buku di mana sih?" Tanya Nabil
"di toko buku " jawab Shania polos
" Ya ela Shani ya iyalah di toko buku ya kali kita ke toko baju bisa di kira orang gila kita"
"Maksud gue kita mau beli di tempat yang mana? Di sini banyak toko buku"
"Kita pergi di mall aja skalian ada barang yang mau gue beli "
Sesampainya di kawasan mall Nabil memarkirkan Mobilnya dan mereka berdua mulai masuk kedalam. satu jam mereka mengelilingi mall kini mereka sedang berada di restoran cepat saji yang berada di lantai 4.
" Adu capek banget gue, gue udah gak sanggup jalan" kelu Nabil sambil menyadarkan kepalanya di meja.
"Hah.. baru gitu doang udah capek" ejek Shania.
"Ye Nju gue capek juga gara - gara nemenin lo muterin mall, lagian lo beli kado buat siapa sih? "
" Lo lupa besok kan Gaby ulangtahun" Nabil mengingat- ingat ia tersetak sedikit kaget begitu mengingat ulangtahun Gaby besok.
"Ya allah gue lupa Nju kalo si Gaby besok ulangtahun, mana gue belum nyiapin kado buat dia lagi"
"Udah gue duga ni...!"ucap Shania sambil menyerahkan kantong kresek yang ia bawah.
"Apa'an ni Nju" tanya Nabil bingung.
Itu kado buat lo kasih ke Gaby, gue tau lo pasti lupa mangkanya gue beliin lo juga"
Wah tengkyu Nju lo emang sahabat gue yang terbaik"
"Eit tunggu jangan seneng dulu" tahan Shania saat Nabil ingin mengambil kantong kresek itu "apa'an lagi sih Nju" tanya Nabil tak sabar.
Gue udah bantuin lo beli kado buat Gaby sebagai imbalannya lo harus biayain uang jajan gue selama sebulan gimana? "
Nabil menimbang - nimbang persyaratan yang di ajukan Shania "hem... Oke gak masalah jangankan sebulan setahun pun..." Nabil menjeda ucapannya " bisa tekor gue" ucap Nabil dengan tampang yang di buat memelas.
"Ha.. Ha.. Ha bagus - bagus "
Selanjutnya Mereka menghabiskan waktu mereka dengan memakan pesanan yang telah tersaji di meja di temani obrolan ringan dan juga candaan dari Nabil.
" Apaaa putus..! " Teriak Nabil yang membuat seisi restoran melihat mereka.
" Iya, udah teriak-teriaknya kenapa gak sekalian aja lo teriak-teriak di luar biar kelihatan lebih dramatis seakan akan gue baru aja mutusin elo" ucap Shania malas karena tingkah Nabil yang membuatnya malu.
"He.. He.. He Sory Nju gue reflek kaget" Nabil menunjukkan cengirannya.
"Tapi kenapa? "tanya Nabil
" Ya emang udah gak cocok aja "
" Ya ampun Nju ini udah cowok yang ke berapa lo putusin?" Shania hanya mengangkat bahu acuh.
"Emang lo gak kasian ama mereka yang lo putusin secara sepihak? "
" Kasian buat apa? Lagian mereka pantes dapetin itu"
"Semua cowok itu sama aja sama-sama suka nyakitin hati cewek terus buat apa kasiani mereka mereka aja gak peduli ama kita "
" Nju apa ini ada hubungannya dengan dia sampai buat lo jadi seperti ini"
Kini mereka tengah berada di perjalanan pulang. Mereka sama-sama diam tidak saling bicara setelah obrolan mereka di restoran tadi. Nabil yang fokus dengan kemudinya dan Shania yang lebih memilih melihat jalanan di luar kaca jendela
"Bil, makasih karena lo selalu ada buat gue dan juga selalu jagain gue "
" Lo gak perlu berterimakasih segala karena ini uda jadi tanggung jawab gue buat jagain lo. Lagian kita udah bareng-bareng sejak kita masih kecil dan ini juga amanat dari nyokap lo".
Shania mengingat kejadian dulu saat pertama kali masuk kuliah nabil begitu protektif terhadapnya bahkan mereka di kira sepasang kekasih. Dan juga saat ia tengah terpuruk Nabil selalu ada untuknya selalu menghiburnya.
"Bil lo maukan janji ke gue seandainya kalo lo udah punya pacar lo jangan lupain gue ya? "
" Ya ela Nju gue kira apa'an ya pasti lah gue gak bakalan lupain lo, karena lo adalah yang kedua setelah bonyok gue jadi lo gak usah mikir seperti itu "
" Makasih ya bil gue sayang ama lo"
"Iya gua juga sayang ama lo Nju "
Seandainya lo tau Shania rasa sayang gue ke elo itu lebih dari rasa sayang seorang sahabat, namun gue gak mau sampe lo tau karena gue gak mau merusak hubungan kita saat ini.
Namun salah kah aku bila ku pendam rasa ini.
END.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Jkt48
Short StoryAku berlari menunggu cintamu/Kau mengejarku/'Lamar aku'