12

2.4K 216 15
                                    

Della sedang duduk disebuah bangku panjang yang berada di belakang Taman sekolahnya. Dipandangnya pemandangan yang terhampar dihadapannya dengan tatapan kosong.

Tak ada yang dipikirkannya selain apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Apalagi bila mengingat perkataan Ken kemarin itu sangat menohok hatinya.

Tanpa disadari bulir-bulir air mata membasahi pipinya lagi. Tangannya terasa kaku sehingga membiarkan air mata itu mengering dengan sendirinya.

"Andai gue bisa milih, gue lebih baik seperti dulu. Sebelum gue merasakan jatuh cinta, saat gue memperhatikan lo diam-diam yang hanya bisa melompat kegirangan saat melihat lo. Gue lebih baik seperti itu. Dibandingkan saat ini kak."

Della menghembuskan nafas panjang dan berusaha tersenyum. Dihapusnya air mata dipipinya dan bergegas pergi.

-ditempat lain-

Seorang cowok dengan wajah yang sangat frustasi sedang duduk disebuah rumah kecil. Bahkan penampilan cowok itu saat ini bisa dibilang berantakan.

"Maafin gue Del," cowok itu mengacak rambutnya frustasi.

Menurut Ken perasaan ini begitu rumit, disatu sisi dia mencintai Della, tapi disatu sisi dia tidak ingin Della tau perasaannya. Ken hanya takut, takut jika masa lalunya akan terulang kembali.

"Gue emang bego, gue tolol Del, tapi gue__" lagi-lagi Ken mengacak rambutnya kasar. Ken menangkupkan wajahnya kedalam kakinya.

"Lo, emang bego Ken." ucap seorang tiba-tiba.

Ken melirik ke arah Sumber suara. Ken kaget sangat melihat pemilik suara itu adalah Sila.

"Lo itu pengecut Ken, lo mencoba lari dan sembunyi dari kenyataan. Kenyataan kalo lo mencintai Della."

"Maksud lo?," tanya Ken dengan raut wajah yang penuh emosi dan amarah.

"Lo terlalu pengecut untuk mengakui perasaan lo. Dan lo tau sikap lo yang childish kaya gini cuma akan ngebuat Della sakit hati. Gue tau lo itu cuma pura-pura pacaran sama Naura."

Rahang Ken mengeras mendengar ucapan Sila. "Lo gak usah sok tau tentang hidup gue. Lo gak tau apa-apa tentang perasaan gue." secara tidak sadar Ken membentak Sila.

"Gue tau semua tentang lo."

"Lo gak usah sok peduli sama gue,"

"Ken, lo tau kan bagaimana rasanya ketika seseorang yang begitu lo sayang mengabaikan lo lo tau rasanya disaat orang yang lo sayang tiba-tiba menjauhi lo dan lo tau rasanya melihat orang yang lo sayang pergi bersama orang lain? Lo tau rasanya bukan?" ucap Sila tak kalah membentak.

"Gue tau. Karena lo, lo yang buat gue ngerasain semua itu."

Sila menghela nafasnya. "Gue tau, gue udah nyakitin hati lo. Tapi itu lebih baik daripada lo terus terusan berharap sama gue."

Sila mencoba mendekat ke arah Ken. Tangannya terjulur menepuk pundak Ken.

"Ken, cinta itu terjadi gitu aja. Lo gak bisa memaksakan diri mencintai seseorang, sama seperti lo gak bisa memaksakan diri untuk membenci orang yang lo cintai."

Wajah Ken yang tadinya penuh dengan emosi kini berubah, raut wajahnya begitu penuh dengan kesedihan dan ketakutan.

Ken dengan refleks langsung memeluk Sila. Dan Sila tidak mencoba menepisnya cewek itu membiarkan Ken. Karena dia tau perasaan sahabat lamanya sedang sangat buruk.

"Gue takut Sil, lo tau gue udah kehilangan kakak gue dan nyokap gue. Gue juga udah kehilang lo. Lo ngejauhin gue disaat lo tau perasaan gue sama lo. Dan gue, gue gak mau semua itu terulang lagi."

"Lo tau Della suka sama lo?,"

"Gue tau."

Sila terperangah. Bagaimana bisa Ken berpikiran seperti itu. Kalau dia tau Della suka padanya kenapa juga dia harus takut Della akan meninggalkannya disaat dia mengungkapkan perasaannya.

"Lo hanya perlu beradaptasi dengan hidup lo. Yang membuat lo kaya gini, itu karena lo masih belum bisa move on dari masa lalu lo. Coba deh lo buang rasa takut lo."

Sila melepaskan pelukan Ken. "Ken, percaya sama gue Della itu sayang sama lo dan dia gak skan ninggalin lo disaat dia tau perasaan lo. Jangan jadi pengecut yang hanya akan ngebuat lo nyesel seumur hidup."

"Lo bener Sil, gue gak boleh jadi pengecut kaya gini."

"Lo udah gak marah lagi sama gue Sil?," tanya Ken tiba-tiba.

"Gue gak pernah marah sama lo."

Ken menaikkan alisnya meminta penjelasan lebih dari sahabat lamanya itu.

"Selama ini gue ngehindar dari lo karena gue gak mau lo terus berharap lebih sama gue."

"Lo masih mau jadi sahabat gue kan Sil?," tanya nya lagi.

Sila terkekeh pelan mendengar pertanyaan itu. "Pasti,"

"Yaudah sekarang lebih baik lo temuin Della dan jelasin semuanya. Sebelum terlambat."

Ken tersenyum pada Sila. "Lo bener Sil, gue pergi dulu."

♣♣♣♣♣

Di balkon kamarnya seorang wanita tengah menikmati segelas cokelat hangat ditemani iringan musik locked away kesukaannya.

Bel tempat kediaman Della berbunyi. Tapi gadis itu masih stay diposisinya.

Tingno tingnong

Bel kembali berbunyi untuk kesekian kalinya. Gadis itu mendengus. "Siapa sih, orang-orang pada kemana lagi. Bukannya bukain pintu."

Beberapa detik kemudisn Della tersadar jika saat ini dirumahnya tidak ada orang karena sedang pergi ke acara ulang tahun teman papa nya. Semua keluarga nya ikut kecuali Della.

Dengan langkah malas Della membuka pintu. Mata Della membulat seketika saat melihat siapa yang ada dibalik pintu.

"Kak Ken?,"

Della masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Lo-lo ngapain kesini?,"

Ken tidak menjawab pertanyaan Della. Dia hanya menatap gadis dihadapannya itu. Sedetik kemudian Ken menarik Della kedalam pelukannya Della yang saat itu tidak mengerti dengan sikap Ken hanya diam.

"Maafin gue Del," ucap nya dengan penuh penyeselan.

"Gue sayang sama lo Del," ucapnya lagi.

Mendengar hal itu Della masih diam dengan sejuta kebingungan diotaknya. Namun, beberapa detik kemudian Della melepaskan pelukan Ken.

"Maksud lo?," tanya Della dengan tatapan datar.

"Maksud gue jelas Del, gue sayang sama lo. Dan gue gak mau kehilangan lo."

Della tersenyum sinis. "Lo aneh ya, baru aja kemaren lo bilang kalo lo gak suka sama gue. Terus hari ini lo bilang sayang sama gue? Konyol."

"Lo gak bisa seenaknya tarik ulur hati gue kak. Kemarin lo bilang perasaan gue itu salah dan sekarang lo bilang lo gak mau kehilangan gue. Mau lo apa sih kak?"

"Mau gue, lo harus dengerin penjelasan dari gue."

Ken menangkup pipi Della. Matanya memandang manik mata Della.
"Sekarang gue hanya ingin meyakinkan lo lagi. Kalo cinta gak pernah salah."

"Tapi kemarin lo bilang-"

"Oke, kalo gitu gue akan narik kata-kata gue yang kemarin. Gue gak mau lo terus berharap sama gue."

"Maksud lo?," Della mengernyit bingung.

Ken melepaskan tangannya dari pipi Della dan tersenyum lembut. "Lo gak usah berharap sama gue lagi. Karena sekarang harapan lo udah jadi kenyataan."

♣♣♣♣♣

Vote dan commet ;)
kritik dan saran kalian sangat membantu. jadi readers yang baik yaa

KeanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang