#9 Pergi

58 12 0
                                        

Gue sudah siap untuk mengantar orang tua gue dan Kak Yog untuk pergi ke bandara. Gue sedih banget karna mereka akan pergi ninggalin gue, tapi gue harus tersenyum supaya mereka gak ngerasa berat ninggalin gue disini.

"Sayang kamu kenapa belum turun?" Ibu menghampiri gue yang masih ada di kamar.

"Eh.. Ibu, nih Dinda udah selesai kok" gue hendak turun tapi tiba-tiba Ibu menahan langkah gue.

"Kamu pasti sedih kan?" air mata gue pun turun dengan perlahan.

"Maaf ya sayang kami harus ninggalin kamu sendirian" Ibu menarik gue ke dalam pelukannya.

"Ibu, Ayah sama Kak Yog sayang banget sama kamu, kita di sana akan selalu hubungin kamu kok." tangisan gue semakin pecah, sumpah gue gak bisa hidup tanpa mereka.

"Bu, Din ayuk berangkat nanti ketinggalan pesawat!!!" Teriak Kak Yog dari bawah.

"Ya udah kita turun yuk, sayang" Ibu menuntun gue untuk ke bawah. Gue menghapus air mata gue yang keluar.

Sekarang gue lagi duduk di bagian belakang mobil bersama Ibu dan Raffa, di sepanjang jalan menuju bandara gue hanya memeluk sang Ibu.

"Dinda sayang, turun ya" ternyata udah sampe, gue pun mengikuti perintah yang Ibu katakan.

Kita semua masuk ke dalam bandara Soekarno-Hatta. Kak Yog membawa barang bersama Raffa sedangkan gue menggandeng tangan kedua orang tua gue, karna untuk besok sampai setahun gue gak bisa memegang tangan yang dari kecil sudah menjaga gue sampe sekarang.

Para penumpang yang menuju ke perancis diharapkan untuk segera memasuki pesawat karena pesawat akan segera Landing, terimakasih!!

Gue mendengar suara pengumuman kalau pesawat yang orang tua tumpangi akan segera berangkat, itu membuat gue kembali menangis.

"Dek, jaga diri lu baik-baik ya" ucap Kak Yog ke gue sambil meluk gue dengan hangat dan melepaskannya, membuat gue merasa gak rela.

"Princess Ayah kok nangis, jangan nangis dong Princess kesangan Ayah" Ayah menghapuskan air mata gue yang megalir di pipi, sungguh gue ga bisa menghadapi perpisahan sementara ini.

"Sekarang senyum ya, kalau sedih kan cantiknya jadi ilang" gue pun tersenyum walau sebenarnya gue terpaksa.

"Gitu dong, kan cantik" Ayah memeluk gue, setahun nanti gue gak akan bisa di peluk sama Ayah lagi.

"Sayang kamu baik-baik di sini ya, jangan bandel nanti Ibu akan hubungin kamu terus buat nanyain kabar kamu ya?" ucap Ibu dengan air mata yang menetes.

"Kita semua sayang sama kamu" kata Ibu lalu memeluk gue dengan erat. Membuat tangisan gue semakin besar.

"Ayah, Ibu ayo kita ke pesawat, nanti kita telat" ucap Kak Yog membuat Ibu melepaskan pelukannya.

"Raffa, Om, dan Tante titip Dinda ya, jangan buat Dinda sedih dan terluka inget itu" kata Ayah dengan tegas.

"Siap Om, Aku akan jagain Dinda dengan sebaik-baiknya" jawab Raffa mantap.

"Titip adek gue ya bro" Kak Yog berpelukan dengan Raffa ala-ala cowok.

"Ya bro, gue akan jalanin tugas gue dengan baik" ucap Raffa mengiyakan.

"Raffa, Tante bisa kan megang janji kamu?" sekarang tanya Ibu ke Raffa, gue yang dari tadi cuma nangis hanya bisa terdiam melihat segalanya.

"Bisa Tante, aku berjanji akan menjaga putri Tante" jawab Raffa tegas.

"Ya udah kita pergi ya" kata Kak Yog. Mereka pergi menjauh dari hadapan gue, sungguh itu membuat gue sedih.

Saat mereka sudah jauh gue berlari menghampiri mereka dan Raffa mengikuti gue yang tiba-tiba berlari.

Because Of RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang