04

7.5K 885 46
                                    

Soojung berjalan mengambil Jiho dari maid dan membawanya ke sofa. Ia mencoba untuk menenangkan Jiho yang menangis dengan susu. Namun, itu sulit. Soojung tahu jika Jiho tidak bisa diam di tangannya, maka itu berarti ia harus membawa Jiho ke Sehun. Namun Soojung tahu bahwa ia tidak mungkin bisa melakukannya.

Soojung menghela napasnya. Tidak ada cara lain lagi. Ia menoleh ke arah maid yang merapikan pakaian Jiho. "Bisakah kau memanggil Sehun?"

Maid itu tidak menjawab karena takut, dan Soojung tahu itu.

"Bisakah kau katakan kepadanya kalau Jiho tidak berhenti menangis? Aku mohon..."

Maid itu pun mengangguk dan berlalu untuk memanggil Sehun. Sedangkan Soojung, ia membawa Jiho jalan-jalan di sekitat kamar, tapi tetap saja. Hingga akhirnya ia menyerah dan duduk di ranjang.

Pintu kamar terbuka. Sehun berjalan ke arahnya dengan kaki yang terbalut.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Soojung khawatir. Ia kemudian memberikan Jiho pada Sehun.

Sehun hanya menggumam dan memulai aksinya untuk menenangkan Jiho. Beberapa detik kemudian Jiho terdiam dan mulai tenang.

"Maaf..." ucap Sehun lemah. Tatapannya tidak terlepas dari mata Jiho.

"Lagipula aku tidak tahu apa yang terjadi, jadi jangan minta maaf. Bisa kau jaga Jiho? Aku ingin mandi." Tanpa menunggu persetujuan Sehun, Soojung mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit membersihkan diri, Soojung keluar dari sana dengan hanya mengenakan handuk. Ia berjalan dengan santai melewati Sehun dan memasuki walk in closset. Ia pun keluar dari sana dengan mengenakan kemeja berlengan panjang dan celana pendek.

"Aku ingin membicarakan sesuatu," kata Sehun saat Soojung sedang mengeringkan rambutnya. Sehun meletakkan Jiho di boks bayi dan berjalan ke arah Soojung.

"Bisakah kau tidak sekolah besok pagi? Aku akan pergi bersama Hayoung unt---"

"Tidak," jawab Soojung sembari berbalik menatap Sehun. "Kau tahu sendiri aku ada ujian. Kau ingin aku tidak sekolah dan menjaga Jiho, sedangkan kau bersenang-senang dengan Hayoung? Kau berani melakukan itu?"

"Ini penting, dan--"

"Apa menurutmu Jiho tidak penting juga?" Potong Soojung. Raut wajahnya tampak kesal. "Apa sekarang kau lebih mementingkan perempuan yang kau cintai daripada anakmu sendiri?"

Sehun mengernyitkan keningnya. Ia tidak tahu mengapa Soojung tampak marah. "Bukan seperti itu, Soojung. Hayoung, di---"

"Kau bilang akan menyayangi Jiho melebihi apapun. Tapi ini apa? Kalau begini, apa aku bisa pergi meninggalkan Jiho kepadamu?" Soojung tidak tahu mengapa ia bisa semarah ini pada Sehun, tapi ia benci saat Sehun akan pergi bersama Hayoung dan meninggalkannya.

Ia hanya marah kepada Sehun! Ini membuatnya mulai ragu untuk meninggalkan Jiho. Dan itu membuatnya takut.

"Aku tidak akan pergi."

Diliriknya Sehun yang bangkit dan mulai melihat Jiho yang terlelap.

"Tidurlah, aku akan mengantar Hayoung pulang. Jangan mencegahku." Sehun pun keluar dari kamarnya tanpa meliriknya sama sekali.

"Dan ini yang kau bilang dengan menjadi suami yang baik untuk sementara?" gerutu Soojung. Meski ia tahu bahwa mereka tidak bisa disebut sebagai suami istri.

***

Karena kehamilan keduanya, Soojung mulai mengalami gejala-gejala yang tidak ia rasakan saat mengandung Jiho. Jika saat mengandung Jiho, Sehun yang mengalami morning sickness, maka sekarang ia yang mengalaminya.

FAKE WIFEWhere stories live. Discover now