Semuanya berubah dengan kacau hanya dalam sekejap. Soojung pikir, kehadiran Minyuk menjadi tanda bahwa hubungannya dengan Sehun harus segera ia akhiri, tapi ternyata pikiran Tuhan tidak selaras dengannya.
Ia berjalan dengan perlahan memasuki rumah mewah yang sudah berbulan-bulan ia tempati, dan berhenti saat melihat Sehun yang sedang menggendong Jiho.
Dihembuskan napasnya sebentar, lalu berjalan ke sisi Sehun seraya mengambil alih Jiho. Ditatapnya wajah tampan putranya itu dengan lamat-lamat. Sekali lagi, Jiho benar-benar mirip Sehun.
"Acara malam nanti, kau juga harus ikut. Mengenai Jiho, kalau kamu capek, Ibu yang akan menggendongnya."
Soojung hanya mengangguk dan menyentuh permukaan wajah Jiho yang sangat lembut. "Kamu sudah siapkan nama untuk anak kedua?"
Tanpa dilihat pun, Soojung tahu bahwa Sehun mengangguk.
"Jiso jika lelaki, dan Jira jika perempuan."
Soojung hanya diam. Ia ingin sekali memberikan nama untuk mereka, tapi ia tahu bahwa hanya Sehun yang pantas memberikannya. Kelak, ia bukan lagi bagian dari kehidupan Sehun dan kedua anaknya. Ia hanya Jung Soojung yang akan hidup sendiri dan mencari cinta yang baru.
"Kamu tidak ingin memberikannya nama?"
Kepala Soojung terangkat. Ia menatap Sehun penuh tanda tanya.
"Nama untuk anak kedua kita."
Anak kedua kita? Soojung ingin tertawa. Kita bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya dan Sehun.
"Tidak perlu, nama yang kau siapkan sudah bagus." Pembohong, Jung, kau ingin sekali memberikannya.
"Ayolah, aku ingin mengetahui nama yang kau siapkan."
Baiklah jika kau memaksa, batin Soojung. Wajahnya ia alihkan langsung ke arah Jiho yang tidur semakin lelap. "Jika lelaki, mungkin Oh Sean, itu nama Inggrismu. Namun, jika perempuan, aku akan memberikannya nama Oh Ara."
Ia tidak tahu bagaimana ekspresi selanjutnya dari Sehun karena ia memang tidak memikirkannya. Sudah pasti Sehun akan menggunakan nama Jiso dan Jira. Bukan miliknya.
"Kau sudah makan?" Sehun bertanya.
Soojung mengangguk, meski ia bohong. Tidak ada makanan kantin yang bisa membuat ia bernafsu. Hanya sebuah susu yang masuk ke perutnya.
"Kau tidak ingin sesuatu?"
Soojung menggeleng. Ia tidak nafsu makan.
"Jung...."
Soojung mengangkat kembali wajahnya dan terkejut karena jarak wajah Sehun begitu dekat.
"Jika kau ingin sesuatu, katakan, aku tahu kau tidak menginginkan makanan sekarang ini. Kau ingin aku mencarikannya?"
Soojung menelan ludahnya. Ia tak tahu dari mana Sehun tahu, tapi itu memang benar. Ia ingin sesuatu, tapi tidak tahu apa itu. Hormon kehamilan membuat dirinya sangat aneh.
"Aku tidak ingin apa-apa."
"Benarkah?"
Soojung mengangguk, lalu ia mendorong dada bidang Sehun agar wajahnya menjauh sedikit darinya. "Jika aku ingin sesuatu, akan kuberitahu."
"Baiklah," ucap Sehun, tapi sedetik kemudian bibirnya menempel sebentar ke bibir Soojung. "Akan kutidurkan Jiho di kamarnya." Diambilnya Jiho dari gendongan Soojung, dan membuat gadis itu bingung serta membatu. Seharusnya ia terbiasa akan hal itu, tapi tidak untuk saat ini.
Ia merasa aneh pada ciuman Sehun yang sering ia rasakan.
***
"Kau terlihat cantik," bisik Sehun yang berjalan ke arah Soojung. Ia menyentuh resleting gaun Soojung dan menaikkannya dengan lembut. "Tapi akan lebih cantik jika kau menggunakan pakaian tertutup. Aku tidak ingin pria di luar sana melihatmu."