Aku tidak membencimu.
Kalimat itu masih terngiang di pikiran Soojung, bahkan ketika ia sudah pergi dari kedai dan memesan sopir pengganti untuk mengantarnya ke Sulli.
Selama di perjalanan, kepalanya dipenuhi akan seluruh perkataan Sehun dan juga kehangatan yang diterimanya. Tangannya perlahan menyentuh dadanya, memberikan getaran tak karuan yang diterimanya karena Sehun.
Soojung tidak tahu maksud pasti dari perkataan Sehun itu. Lelaki itu tak pernah bisa membuat Soojung tenang sejenak dan selalu saja membuat Soojung bingung.
"Agassi, kita sudah tiba."
Lamunan Soojung buyar. Ia langsung berterimakasih dengan sopir itu dan memintanya menunggu selagi Soojung turun melangkahkan kaki menuju tempat Sulli yang membuat langkahnya terasa berat.
Setibanya di sana, Soojung langsung melihat foto cantik Sulli yang sedang tersenyum dan perlahan air matanya turun, tidak kuasa menahan tangisnya. Sekarang, di tempat inilah Soojung bisa melihat Sulli. Sahabatnya ini sudah pergi lebih dulu, meninggalkan luka untuk Soojung, keluarganya dan orang-orang terdekatnya.
"Kau selalu cantik, Sull," ujar Soojung. Suaranya parau, menahan dirinya yang masih tidak percaya bahwa Sulli sudah tiada.
Saat itu, Soojung tidak bisa pulang ke Korea untuk menghadiri pemakaman Sulli. Karena saat itu pula, Soojung harus menemani Yoona yang sedang sekarat melawan penyakitnya. Terlebih juga, ia harus menerima luka lagi karena Yoona telah pergi, tepat sehari setelah kepergian Sulli. Setelah pemakaman Yoona di Jepang, Soojung mulai disibukkan untuk mengurus perusahaan.
Dan ini pertama kalinya Soojung menemui Sulli lagi. Ia merasa buruk karena tidak bisa bersama Sulli di detik-detik terakhirnya, tapi Soojung harap, Sulli akan bahagia di sana.
Setelah melihat Sulli, Soojung akhirnya kembali ke mobil dan diantarkan pulang oleh sopir pengganti. Saat ia tiba di lobi, langkah Soojung terhenti ketika melihat dua orang yang dikenalinya.
Itu Minhyuk dan Hayoung yang sedang duduk di kursi roda. Soojung jadi penasaran maksud kedatangannya ke sini.
"Kalian kenapa ke sini?"
"Hayoung terkejut ketika tahu kau sudah pulang dan dia memaksa ke sini. Ada yang ingin dia bicarakan denganmu."
Pandangan Soojung lurus ke Hayoung. Perempuan itu tampak lemah di kursi rodanya dan dia terlihat kurus, tidak seperti delapan tahun yang lalu.
"Sebaiknya kita bicara di apartemenku."
Minhyuk dan Hayoung mengiyakan, kemudian Soojung membawa mereka ke apartemennya yang luas. Disaat mereka berdua mengobrol di kamar Soojung, Minhyuk memilih untuk diam di ruang tengah.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Hayoung dengan suaranya yang lemah.
"Aku baik, kau bagaimana?"
"Seperti yang kau lihat," balas Hayoung yang langsung membuat Soojung merasa bersalah karena sudah menanyakan itu.
"Maaf."
"It's okay," jawab Hayoung. "Aku baru diberitahu Oppa tentang kepulanganmu dan aku langsung berniat mengunjungimu."
"Apa ada yang ingin kau katakan?"
Hayoung menganggukkan kepalanya dan tiba-tiba saja perempuan itu langsung menggenggam tangan Soojung dengan lembut. Soojung bahkan dapat merasakan hangatnya tangan Hayoung.
"Mengenai 8 tahun yang lalu," ujar Hayoung, "itu bukan kesalahanmu."
Kening Soojung berkerut. Apakah yang Hayoung maksud ini adalah kejadian saat itu?