Part 1- Rain Man

388K 12.8K 313
                                    

[FOLLOW DULU UNTUK INFORMASI UPDATE CERITA]

🖤🖤🖤

"Navila bangun!"

Perempuan dengan surai hitam itu tidak juga sadar dari mimpinya yang indah. Ya, ia sedang bermimpi menunggang seekor kuda dengan pangeran yang sangat tampan. Itu adalah mimpi terbaiknya selama duapuluh sembilan tahun ia hidup menjomblo.

"Don't bother me, Lavi!"

"Please, wake up! Gue butuh bantuan lo."

Avi tetap terlelap. Ia tidak memperdulikan Lavi yang terlihat kesal dengan Avi.

"Avi, please wake up. If you wake up now, I will give you my EXO's ticket."

Avi langsung tersadar. Ia dengan cepat duduk di ranjangnya dan menatap Lavi dengan wajah yang berbinar.

"Kalau gue ngomong tiket EXO aja lo cepatnya ngalahin kijang," seru Lavi sambil duduk di samping Avi.

Avi sendiri hanya tersenyum seraya memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi. "Bantuan apa?"

"Gue diundang ke pesta, tapi malam ini gue ada kencan sama anak teman Papa."

"Jadi?"

Lavi tersenyum dan memegang kedua pindah Avi. "Gue mohon banget, lo gantikan gue, ya?"

"Tapi kenapa aku?" tanya Avi polos. Sepertinya nyawa gadis itu masih belum kembali.

"Karena lo kembaran gue, dan mereka nggak akan tahu kalo lo itu Avi. Mereka tahunya lo itu Lavi, mau ya?"

"Tapi kan wajah kita ada perbedaannya, Lavi. Lagipula mereka itu teman-temanmu."

"Tenang aja. Mereka bukan teman gue. Gue dipaksa datang ke pesta itu sama bos mereka, dan kalau gue nggak datang, maka hidup model gue akan hancur."

"Mereka ngancam kamu?"

Lavi mengangguk, dengan wajah super sedihnya.

"Mau, ya? Lo kan kembaran gue yang terbaik," goda Lavi sambil menggesek-gesekkan tangannya di hadapan Avi.

Avi memutar matanya jengah. "Baiklah, tapi janji tiket itu akan menjadi milikku?!"

Sebenarnya Avi bisa dengan mudah membeli tiket itu, tapi ia bukan Lavi yang bisa menggunakan uang sesukanya. Ia Navila Keegen, gadis hemat yang tidak akan membeli barang biasa dengan harga fantastis.

"Gue janji. Ya udah, gue pergi dulu, bye Avi. Jangan lupa, nanti jam enam," kata Lavi lalu pergi meningalkan kembarannya itu.

Avi sendiri mulai menghembuskan napasnya dan ia beranjak turun dari ranjangnya. Ini masih pukul dua siang. Ia tertidur selama satu jam.

Tadi, Avi pulang ke rumah untuk istirahat setelah ia menjalani operasi yang berat di rumah sakit, tempat ia bekerja. Rumah sakit itu benar-benar membuat waktunya penuh dengan operasi setiap hari. Sebenarnya ia bisa mudah bekerja, jika ia menuruti permintaan bibinya, Alena, untuk bersantai. Namun, Avi tidak suka kemudahan. Bahkan, ia masuk fakultas kedokteran UI dengan usahanya sendiri. Tanpa menggunakan keluarganya yang cukup terkenal di Asia.

"Selamat siang, Ma," sapa Avi sambil memeluk Aleta dari belakang.

"Siang, sayang."

"Mama masak apa untuk makan malam nanti?"

"Masak nasi goreng?"

Avi tersenyum mendengar hal itu. Ia penyuka nasi goreng, sama seperti Aleta.

You Hurt MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang