five ;

1.2K 201 7
                                    

Sabtu, 19 Agustus

Rencana Jongdae dan Suho untuk bertemu di kafe langganan mereka, selalu saja gagal. Suho sendiri harus menghadiri beberapa meeting dan pulang lembur.

Jongdae berkali-kali menghubungi Suho tapi tak ada jawaban. Sudah seminggu ini dia tidak berkomunikasi dengan Suho.

Dan hal itu membuat Jongdae merasa kesepian.

"Chen, mau makan semangka?" tanya Xiao berjalan menghampiri Jongdae di teras.

"Kau saja," jawab Jongdae singkat.

"Makan tak ada gunanya buatku." Xiao duduk disamping Jongdae.

Wajah Jongdae seperti menunjukkan dia sedang banyak beban pikiran. Padahal hanya masalah Xiao yang datang ke sekolahnya seminggu lalu. Entah kenapa hal sepele seperti ini bisa mengganggunya.

Xiao menatap wajah Jongdae dengan keheranan. Berusaha menebak apa yang ada dipikiran Jongdae, namun gagal. Xiao bingung harus berbuat apa.

Seminggu ini sepulang kerja Jongdae duduk didepan teras sambil menggenggam ponselnya. Ponselnya tidak pernah terlepas dari tangannya kecuali dalam keadaan low battery.

"Chen, cerita padaku." Xiao mengelus pundak Jongdae-yang sedikit tegang.

"Kalau ku ceritakan kau tidak akan mengerti," jawab Jongdae menatap wajah Xiao.

"Soal aku datang ke sekolahmu? Kau ini benar-benar ya!" Xiao meggeserkan pantatnya memberi jarak duduknya dengan Jongdae.

Jongdae melirik garang-Xiao yang menggeser beberapa senti dari duduknya. Kemudian Jongdae ikut-ikutan menggeser pantatnya supaya duduknya dengan Xiao berdekatan-lagi.

"Jangan dekat-dekat!" hardik Xiao yang sama garangnya dengan muka Jongdae.

"Tidak akan!" Jongdae terus menggeserkan pantatnya. Jarak mereka hampir dekat.

"Aku tidak mau dekat-dekat denganmu!"

"Tapi aku ingin dekat-dekat denganmu!"

"Dasar cabul!"

"Aku tidak cabul! Mana mungkin aku bisa menyentuh pantatmu!"

"Tapi kau memyentuh tanganku!"

"Itu hanya tangan, hantu bodoh!"

Xiao tidak menanggapi balasan Jongdae. Perang mulut berhenti ketika Xiao diam. Jongdae berhenti bergeser, dan sekarang Xiao yang mendekatkan duduknya dengan Jongdae.

"Apa?" tanya Jongdae ketus.

"Kau bahkan lebih bodoh dariku karena kau percaya dengan perkataanku beberapa hari lalu." Xiao memajukan wajahnya-menjulurkan lidah mengejek Jongdae.

Jongdae menghembuskan nafas panjang. Sabar Jongdae, sabar.

"Aku bosan di rumah. Jadi aku berniat mampir ke tempat kerjamu. Aku berbohong. Aku berdosa. Aku penuh dosa." Kini Xiao menambahkan kalimat yang tak jelas. Kepalanya tertunduk karena menyesal. Dia berbohong, dan neraka telah menantinya.

"Tidak apa, Xiao." Jongdae mengusap rambut Xiao. "Aku hanya terkejut muridku ada yang bisa melihat gaib-gaib sepertimu."

Xiao membatu rambutnya diusap oleh Jongdae. Rasa yang ia rindukan. Ya seorang Pangeran Shin yang selalu mengusap rambutnya ketika mereka berdua sedang bercanda.

"Chen ..."

"Hmm?"

"Maukah kau mengusap rambutku tiap waktu?"

"Are you kidding me?" Jongdae sok berbicara Inggris.

"Sebentar lagi kontraknya akan habis," kata Xiao sambil memainkan bajunya.

"Justru aku senang kontrak denganmu akan habis. Aku bisa kembali menjalani hariku dengan tenang dan normal," jawab Jongdae ngebut.

"Kau yakin?" tanya Xiao yang masih memainkan bajunya.

Jongdae tidak bisa menjawab pertanyaan Xiao. Benar juga. Mungkin setelah kontraknya habis, Jongdae akan sendirian di rumah ini. Tidak ada yang berisik, tidak ada yang menganggunya, tidak ada yang membuatnya kesal, dan tidak ada yang menemaninya di rumah ini.

"Mau melakukan sesuatu yang menyenangkan?" tawar Jongdae sambil tersenyum.

"Apa?" tanya Xiao antusias.

"Kau bisa menampakkan wujudmu kan?" tanya Jongdae memastikan. "Karena kalau kita berjalan berdua diluar dan aku terlihat seperti meggandeng tangan seseorang, mungkin aku akan dikatakan sinting oleh orang-orang."

Muka Xiao berubah riang. Bibirnya menunjukkan senyum yang lebar.

"Sebentar saja kok, Xiao."

"Apa pun akan kulakukan untukmu Chen!" Xiao menggeliut dipundak Jongdae saking senangnya.

"Justru aku yang harus mengatakan akan ku lakukan apa pun untukmu Xiao."

"Chennnn ..."

"Baiklah-baiklah santai saja." Jongdae membenarkan posisi duduk Xiao.

"Kau bisa memakai jaket yang ada di tasku. Di lemari ada celana kakak sepupuku yang pas untukmu," tunjuk Jongdae dengan dagunya.

"Siap, Tuan!" Xiao berdiri dengan sergap sambil tersenyum lebar.


๑๑๑

maaf kalo ada typo typo
ni cover baru hehehehehehehhe

maaf kalo ada typo typoni cover baru hehehehehehehhe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ghost contract ─ chen × xiao ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang