six ;

1.2K 232 24
                                    

Malam musim gugur.





Jongdae dan Xiao berjalan sembari bergandengan tangan. Angin malam yang sejuk menemani perjalanan mereka. Meskipun dalam diam, suara gonggongan anjing mengisi diamnya mereka. Tanpa saling bertatap muka-fokus menghadap ke jalan, mereka tahu perasaan mereka masing-masing. Ya perasaan senang. acikiwir -author.

Mereka memakai pakaian serba hitam dengan tambahan topi hitam. Xiao berbeda dengan Jongdae yang memakai masker hitam, seperti buronan saja.

Berjalan tanpa tujuan dan tak tahu hendak kemana, tapi lebih menyenangkan bila begini. Menikmati berjalan kaki tanpa memikirkan apa pun. Lampu jalan menerangi tiap langkahnya. Masih banyak orang yang berlalu-lalang karena belum terlalu malam. Hangatnya tangan menutupi udara dingin di malam musim gugur.

Mereka sampai didaerah yang bertatap langsung dengan jalan raya. Pertokoan yang masih menyala lampunya, orang tengah berjalan, kendaraan berlalu-lalang, dan angin sepoi yang berhembus.

Keduanya melewati sebuah tempat makan yang baunya sangatlah harum. Wangi iga sapi yang tahulah bagaimana sedap aromanya.

"Mau makan disana?" tawar Jongdae. Mereka berdua menghentikan langkah.

"Tak usah. Memangnya kau ada uang?" tanya Xiao sambil menatatap Jongdae.

Jongdae terkekeh. "Aku belum gajian."

"Lanjut jalan saja, Chen. Lebih baik seperti ini."

Lalu keduanya kembali berjalan.

Seperti tadi mereka tak saling berbicara. Hanya menatap yang ada disekitarnya. Ada beberapa pasangan yang tengah bergandengan tangan, sama seperti Jongdae dan Xiao.

"Kita terlihat seperti mereka bukan?" Xiao membuka pembicaraan.

"Menurutmu begitu?" Jongdae balik bertanya.

"Mungkin hanya aku saja berpikiran begitu," Xiao menunduk malu.

"Tidak."

Xiao mengangkat kepalanya, menoleh ke arah Jongdae.

"Kau tidak salah hahahaha," kata Jongdae diiringi dengan tawa.

"Kau ini!" Xiao memukul lengan Jongdae. "Jadi hanya aku saja yang merasa seperti itu bukan? Sudah ku duga."

Xiao kembali menatap ke-arah jalan. Jongdae melirik Xiao yang-sedikit lebih pendek darinya.

Asal kau tahu aku juga merasa begitu, batinnya.






Malam semakin berlalu, Jongdae dan Xiao masih saja berjalan tanpa mengenal lelah. Langit malam sangatlah indah. Bintang bertaburan menghiasi gelapnya langit.

Sampai disebuah taman, mereka menghentikkan langkah dan duduk di bangku. Jongdae pergi membeli minuman di mesin minuman, sedangkan Xiao duduk menunggu Jongdae kembali.

"Kau mau minum?" Jongdae menyodorkan sekaleng minuman kopi.

"Kau tahu kan, aku tidak makan dan minum," jawab Xiao tersenyum.

Jongdae menarik kaleng kopi itu. "Ah aku lupa soal itu."

Kemudian Jongdae duduk disebelah Xiao. Ia melepas maskernya lalu meminum sekaleng kopinya.

"Untuk kali pertamanya kita melakukan ini. Biasanya kita hanya bertemu di rumah dan tak mengobrol atau apa pun," kata Jongdae meneguk kopinya lagi.

"Kau saja yang selalu mengacuhkan ku. Kau selalu berkata 'aku lelah Xiao'."

"Memangnya aku begitu? Kau hanya mengarangnya."

"Ini fakta, Chen. Kau selalu mengacuhkanku. Bahkan kau marah saat aku datang ke tempat kerjamu." Xiao cemberut.

"Tentu saja aku marah. Salah satu muridku bernama Minki melihatmu saat jam mengajarku. Dia pikir aku membawa pacar, kau pikir aku ingin berpacaran dengan hantu." Jongdae mengalihkan wajahnya.

"Kau benar juga, itu tampak tak normal bagimu. Apa aku boleh bertemu dengan muridmu itu? Sekali saja aku ingin bertemu dengannya." Xiao menunjukkan telunjuknya menandakan angka satu.

"Boleh saja asal ..."

"OH TERIMA KASIH CHEN KAU ADALAH ORANG TERBAIK YANG PERNAH KU TEMUI SELAIN ORANGTUAKU PARA DAYANGKU DAN PARA PENGAWALKU," kata Xiao tanpa titik-koma sambil memegang kedua tangan Jongdae.

Hati Xiao merasa senang mendengar permintaannya dapat dikabulkan oleh Jongdae. Jongdae tersenyum melihat reaksi Xiao barusan.

Diam. Keduanya kembali diam tanpa berkata apa pun. Xiao juga masih tetap saja kuat menampakkan dirinya.

Jika bersama dengan orang yang ku sayangi, kekuatanku ini jadi tak terbatas, batin Xiao.

Matanya berkerjap-kerjap. Kepalanya mulai terhuyung.

"Chen, bolehkah aku tidur sebentar saja?" tanya Xiao.

"Apa maksudmu? Kau tidak pernah tidur Xiao," jawab Jongdae menghadapkan duduknya dengan Xiao, sehingga lutut mereka saling bertemu.

"Untuk kali ini, aku benar-benar mengantuk. Aku ingin tidur. Boleh ku pinjam bahumu?"

"Kau ... Baiklah kau boleh bersandar di bahuku. Berjanjilah kau akan bangun lagi."

Tanpa menjawab Xiao sudah menyandarkan kepalanya di bahu Jongdae. Wajahnya menunjukkan wajah orang yang sangat mengantuk. Dilihat dari bagaimana dia tidur, ia merasa pulas. Tidurnya m u n g k i n terasa nyenyak.

Jongdae menegakkan badannya. Tangannya menggenggam masker yang ia gunakan tadi. Matanya menatap Xiao amat dalam. Ia menghembuskan nafas.

Jongdae tak peduli sekarang sudah pukul berapa. Yang terpenting sekarang, ia menikmati waktu bersama Xiao. Ia tersadar ia sangat dingin kepada Xiao. Selalu saja marah-marah seperti ayah yang sedang memarahi anaknya. Dan selalu menolak apa yang dikatakan Xiao. Ia tersadar bahwa, menghabiskan waktu bersama Xiao sangat menyenangkan.

Ia tak ingin waktu cepat berlalu. Tak ingin malam berganti pagi. Dan ingin waktu berhenti saja saat ini. Bukan saat ini, kalau bisa waktu tetap berhenti. Sekali lagi Jongdae menghembuskan nafasnya.

"Jongdae."

Jongdae mendongakkan kepalanya begitu terdengar ada orang yang menyebutkan namanya.

"Kau sedang bersama siapa?"

"Apa yang kau lakukan malam-malam begini, Sojung?"

➖➖➖



gimana chapter ini? jangan lupa tekan like ya -Jongdae

apa mereka sama bapernya dengan author? -Xiao

gua muncul bentar doang TT -Sojung

WOI GUA SAMA SEKALI GAK MUNCUL? -Suho

setidaknya aku muncul walau hanya disebutkan nama -Minki

REWEL BANGETDAH SUHO! BESOK MUNCUL KOK TENANG AE -author

bener ya thor? -suho

kapan-kapan munculnya -Jongdae

daripada dengerin mereka ngomong,  gak ada yang mau tanya soal kami? -Xiao + Sojung

BODO AMAT -suho + Jongdae


__spesial percakapan cast nih HEHHEHE

ghost contract ─ chen × xiao ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang