four ;

1.2K 221 18
                                    

Kamis, 10 Agustus
SD Hwasong
11:34

"Paham anak-anak?"

"Paham."

Jongdae membereskan bukunya setelah memberi murid-muridnya pr. Semua muridnya berhamburan keluar kelas.

"Pak," panggil salah satu muridnya. Siapa lagi kalau bukan Minki.

"Iya sayang?" tanya Jongdae menyimpulkan senyuman.

Mata Minki melirik ke kanan kemudian ke kiri. Jongdae bingung melihat gerak mata Minki. Ngapain? Kesambet?

Mata Minki kembali menatap wajah Jongdae. Dilihatnya mata Minki yang bulat terang. Jongdae kembali menyimpulkan senyuman.

"Ada masalah? Tidak usah malu kalau ingin bertanya soal materi yang belum kau pahami," jelas Jongdae selembut mungkin.

"Itu Pak." Minki tidak meneruskan perkataannya.

Jongdae greget. Ngomong tinggal ngomong tidak ada susahnya kan? Oke harus sabar karena yang dihadapannya hanya bocah SD.

"Tanya saja. Bapak tidak akan marah. Nah sekarang langsung saja ke inti pembicaraan, hmm? Ayo katakan ayo," bujuk Jongdae sambil memegang pundak Minki.

"Begini ..." Minki kembali memutuskan perkataannya.

Ingin sekali rasanya Jongdae meremas pundak Minki saking gregetnya.

"Bapak bawa pacar ke sekolah ya? Tadi ada perempuan cantik di depan pintu. Sepertinya sedang menunggu bapak. Dia memakai baju merah, aku kira dia bukan orang Korea."

***

Jongdae melepas sepatunya dengan lemas. Kepalanya pusing kembali. Tanpa berdiri, Jongdae malah guling-guling di lantai saking pusingnya. Pusing memikirkan omongan Minki.

Jongdae menatap langit-langit rumahnya. Bertanya soal apa yang akan ia lakukan sekarang.

Ia tak pernah berpikir kalau hidupnya tidak akan sesulit ini. Kesulitan dalam hidupnya kali pertama ibunya mengusir Jongdae dari rumah. Itu karena Jongdae belum mendapat pekerjaan dan kerjaannya di rumah hanya ngemil ciki sambil menonton tv.

"Chen, kau sudah pulang?" didengar suara yang tak ingin Jongdae dengar.

"Diam atau ku bunuh kau."

"Chen kau kasar sekali! Tapi bodohnya dirimu aku sudah mati Chen. Mau membunuhku? Aku hanya bisa tertawa."

Semakin hari Xiao semakin menyebalkan. Jongdae mendapati Xiao sudah ada disebelahnya. Bisa dilihat bagaimana wajah Xiao seakan mengejek Jongdae yang tengah diambang kebingungan.

"Kau harus jawab pertanyaanku apa pun alasannya." Jongdae duduk berhadap-hadapan dengan Xiao. Xiao membalasnya dengan anggukan.

"Apa tadi siang kau ke SD Hwasong?"

Xiao panik. Panik dalam hati. Bagaimana jika Jongdae marah bila tahu Xiao ke tempat kerjanya siang ini. Xiao butuh pelarian.

"Wah ayahku memanggilku dari surga, aku harus pergi Chen, dadah." Xiao menembus lantai sebelum menjawab pertanyaan Jongdae. Dan hanya menyisakan kepalanya yang belum tenggelam.

"Kau bilang kau akan menjawabnya apa pun alasannya, Xiao."

Xiao memutar bola matanya. Mempertimbangkan apa ia akan jujur atau berbohong. Berbohong tidak apa kan? Setidaknya berbohong demi kebaikan tidak akan membawanya ke neraka.

"Begini Chen, jadi aku ..."

Xiao kembali duduk dihadapan Jongdae. Ia memainkan jemarinya karena takut.

"Aku diajak oleh tuan bernama Suho untuk memastikan kau baik-baik saja setelah pindah ke rumah ini." Xiao berbohong.

Jongdae mengerutkan dahi. Setengah percaya dan tidak, Jongdae butuh lebih banyak penjelasan.

"Lalu?"

"Lalu setelah aku melihatmu, aku kembali ke mobil tuan Suho dan ku katakan kalau kau baik-baik saja."

Baik-baik saja bagaimana. Kepalaku mati pusing memikirkan dirimu, batin Jongdae.

"Satu pertanyaan."

Xiao kembali panik.

"Bagaimana kau bisa bertemu dengan Suho?"

"Pria itu berkunjung ke rumah. Karena yang ia temui hanya diriku, jadi aku ikut dengannya ke sekolah."

Jongdae sedikit percaya dengan perkataan Xiao. Baiklah daripada dianggap kejam, Jongdae lebih memilih mengiyakan penjelasan Xiao.

Jongdae berjalan menuju kamar tanpa berkata apa pun pada Xiao.

Jongdae
kau sudah mengajari hantu
berbohong ya

Tajir buruk rupa
apa yang kau bicarakan

Jongdae
pulang kerja kita bertemu di
kafe biasanya

Tajir buruk rupa
siap♡









Dipakainya kaos kaki hitam dan sepatu hitam. Sepatu yang ia pakai setiap harinya. Ia membenarkan kerahnya dan tasnya. Siap berangkat kerja~

Sudah dipeganginya ganggang pintu, ia memutar balik badannya. Melupakan sesuatu.

"Xiao! Xiao! Xiao!" teriak Jongdae sekencang-kencangnya.

Xiao terbirit menghampiri Jongdae yang ribut meneriaki namanya.

"Ada apa Chen?"

Jongdae memegang kedua telapak tangan Xiao.

"Xiao, kau harus dengarkan aku baik-baik. Jangan pernah datang ke tempat kerjaku. Tapi hari ini ku ijinkan karena aku, ingin bicara enam mata denganmu dan Suho."

Bukannya menjawab, Xiao justru menatap Jongdae dengan aneh. Bisa dirasakan Xiao tengah gugup sekarang.

"C-c-chen," panggil Xiao terbata-bata. Jongdae memiringkan kepalanya. Isyarat ia bertanya kenapa.

"K-k-kau ... m-me ... yentuh ta-tang .. tanganku?"

Jongdae melirik kebawah. Benar tangannya dapat menyentuh tangan Xiao.







DEMI APA AKU MENYENTUH TANGAN HANTU YANG MULUS NAN HALUS INI -Jongdae

***

pendek? iya habisnya ngadat banget nyari ide. yg nongol cuma sekian tapi gapapa ya HEHEHE :(

ghost contract ─ chen × xiao ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang