nine ;

1.2K 183 17
                                    

Suho dan Sojung pergi menuju Everland seperti yang dikatakan Suho. Sojung senang dibawa kemari karena sudah lama sekali ia tidak berkunjung ke tempat hiburan ini.

"Seperti kembali ke masa kecil," kata Sojung. Ia merangkulkan tangannya di lengan Suho.

"Mau pergi kemana dulu?"

"Global Fair! Aku ingin pergi ke Four Seasons Garden! Aku ingin berfoto disana. Oh ya, karena ini bulan Agustus aku ingin melihat festival bunga lili," jawab Sojung senang. Suho tertawa melihat wanita disampingnya seperti anak kecil.

"Baiklah kita akan pergi kesana." Suho mengiyakan.

Suho dan Sojung berjalan menuju Four Seasons Garden. Di area tersebut banyak replika bangunan-bangunan dan kastil yang berasal dari Perancis, Timur Tengah, Spanyol (ada nama gua coy) , India, dan Rusia.

Global Fair merupakan zona favorit Sojung. Bangunan-bangunan disana memiliki aneka bentuk dan gaya arsitektur serta hiasan warna-warni ala dongeng.

"Aaa, aku jadi ingat Alice in Wonderland," ujar Sojung yang asyik melihat sekitar.

"Seperti di dongeng ya?" Sojung mengangguk cepat. Suho tersenyum. Akhirnya Sojung tidak sedih lagi setelah aksi bertengkarnya dengan Jongdae.

"Mau naik roller coaster?" tawar Suho.

Wajah senang Sojung memudar.

"Kau yakin mau naik itu?" tanya Sojung ragu. Kedua alisnya mengerut.

"Tentu saja. Kau pikir aku tidak kuat naik wahana itu?"

"Terakhir kali naik roller coaster kau muntah di paha Jongdae. Dan aku yang repot-repot mencarikan tisu," keluh Sojung mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Mana mungkin." Suho terkekeh. "Aku ini berbeda dengan aku yang dulu."

"Baiklah kalau begitu ayo!" Sojung menarik lengan Suho.

"Kau yakin mau naik itu?" Suho menunjuk gerbong roller coaster yang bersiap tancap gas.

"Katanya kuat," ejek Sojung. Suho menelan ludah. Ia ngeri melihat orang-orang yang berteriak dan tertawa begitu roller coaster meluncur. Apa aku siap? Aku tidak akan muntah kan? Aku terlihat lemah kalau itu terjadi.

"Hei!" Sojung menyenggol sikut Suho kuat-kuat, hingga lamunan Suho memudar. "Tenang saja ada aku disini."

Sojung tersenyum penuh kemenangan. Dirinya seperti laki-laki saja. Seharusnya Suho yang bilang begitu bukannya Sojung.

"Berikutnya!" seru petugas sembari membantu orang-orang turun dari gerbong.

Sojung melangkah dengan semangat, sedangkan Suho yang ada disampingnya merinding setengah mampus. Keringat dingin mulai bercucuran.

"Ayo!" Sojung menarik kuat-kuat tangan Suho. Akhirnya dirinya benar-benar naik roller coaster.

Sojung memakaikan sabuk pengaman Suho. Suho hanya diam berdoa pada Tuhan agar ia baik-baik saja. Ya lu kira apaan coy -author.

"Aku ingin turun," kata Suho spontan. Matanya bertemu dengan mata Sojung.

"Sudah nikmati dulu," kata Sojung sambil tersenyum licik. Kesempatan baginya untuk menjahili Suho.

Satu.

"Serius aku ingin turun." Suho memohon.

Dua.

"Turun oke? Aku tidak tahan lagi." Sojung tidak menggubrisnya.

Ti ...

"Dengarkan aku, Sojung! Turun ya? Turun?" Jantung Suho berdegup kencang.

TIGA

"NENEKKKKKK!" Ya pada akhirnya dia menikmati wahana ini juga.

Sojung dan Suho sedang duduk di bangku. Sojung menepuk-nepuk punggung Suho-yang sedang muntah di kantung plastik.

Ia benar-benar muntah cukup banyak. Kepalanya pusing bukan main. Perutnya seperti diaduk-aduk tak karuan. Ini bahkan lebih parah ketika mereka naik roller coaster saat SMA dulu.

"Sudah-sudah." Sojung memijat belakang leher Suho. Kini ia merasa bersalah mengajak pria disampingnya menaiki roller coaster. Tunggu, bukan dia kan yang mengajak? Suho sendiri yang menawarkannya tadi.

"Aku tidak kuat," kata Suho sambil meremas paha Sojung.

"Kita pulang oke?" kata Sojung lembut. Ia tetap memijat belakang leher Suho.

"Tapi kau belum mampir ke zona lainnya, Sojung."

"Kau mau mati, ha?!" Sojung bersiap memukul Suho.

"Oke-oke kita pulang." Suho melindungi dirinya dengan kedua tangan membentuk huruf 'x'. Sojung tersenyum.

"Ayo kita pulang," kata Sojung sambil mengulurkan tangan.

"Ya, wanita badak." Suho meraih uluran tangan Sojung.

Di kediaman Jongdae ...

Jongdae sibuk memakan mie instan-nya sambil menonton acara tv. Sudah 6 cup mie yang ia habiskan.

Ia masih memakai boxer dan kaus dalam. Artinya dia belum mandi.

Xiao yang ada disampingnya bersandar di bahunya. Dia diam menonton acara tv tersebut meskipun Jongdae berulang kali tertawa terbahak-bahak.

"Apa sih, yang kau tertawakan?" keluh Xiao. Jongdae mengacuhkan Xiao yang terus-terus mengomel padanya sejak tadi.

Mengomel soal suaranya yang terlalu kencang, tertawa tidak ada hentinya, dirinya belum mandi, dan memakan mie instan tak ada hentinya juga. Bagaimana Xiao tidak kesal dengan kelakuan tidak sehatnya-Jongdae itu?

"Sudah habis. Xiao, buatkan aku mie lagi," pinta Jongdae tanpa menoleh menatap Xiao.

"Tidak, itu yang terakhir," jawab Xiao tegas.

"Ayolah, Xiao," mohon Jongdae dengan tatapan melas. Xiao tidak peduli. Ia menyingkirkan tangan Jongdae yang memohon-mohon.

"Dengar ya. Lama-lama ususmu bisa keriting! Kau tahu kan kalau mie dicerna sangat lama? Kalau kau makan mie terus, perutmu akan terus bekerja mengolah mie tersebut," kata Xiao yang sedikit kurang jelas pada dua kalimat terakhir.

"Kalau begitu aku mau..."

"Dimana-mana orang meminum soju kalau bersedih atau stress di tenda luar sana! Bukannya mabuk mie begini. Buang-buang uang kau tahu?" bentak Xiao.

Jongdae tidak berani menjawab. Sekarang Xiao terlihat seperti ibunya-yang dulu selalu mengomel soal masalah menganggurnya.

"Kalau begitu boleh aku minta ramen?"

"Pusing kepalaku! Rasanya ingin dibawa ke surga saja." Xiao pergi menuju kamar sambil mengacak-acak rambutnya meninggalkan Jongdae sendirian didepan tv.

➖➖➖

susah mau gambarin sojung sama suho di everland :v

ghost contract ─ chen × xiao ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang