eight ;

1.3K 182 23
                                    

Minggu, 20 Agustus

Setelah semalaman berjalan-jalan dan menggendong Xiao sampai ke rumah, punggung Jongdae benar-benar mati rasa dibuatnya. Meskipun tidak makan dan minum, tubuh Xiao terasa sangat berat. Sampai punggung Jongdae harus ditempeli beberapa koyo. Bukan hanya punggung, kakinya juga. Karna jalanan menuju rumah Jongdae berupa tanjakan, kaki juga tidak kalah pegal.

Xiao baru kali ini merasakan tidur setelah sekian lama. Dan setibanya di rumah ia hanya duduk disamping Jongdae untuk menemaninya tidur. Ia tersenyum sambil sekali-kali melirik punggung Jongdae.

Pagi ini pun Xiao masih saja duduk disamping Jongdae yang masih tertidur. Xiao tidak tega membangunkan Jongdae. Wajah Jongdae masih saja tampan meskipun dalam keadaan tidur.

"Aku akan keluar melihat apa tukang pengantar susu sudah mengantar susu untuk Jongdae."

Xiao berjalan menuju pintu. Ketika hendak menembus pintu, Xiao melihat sosok wanita didepan pagar lewat jendela. Wanita itu berdiri dengan tegap dengan tatapan tajam. Seolah-olah tatapan itu menusuk ke dalam diri Xiao.

Xiao menembus pintu untuk melihat lebih dekat wanita itu. Ia melangkah mendekatkan diri. Jarak wajahnya dengan wajah wanita itu hanya beberapa centi saja.

"Oh tidak!"

Tersadar dengan apa yang ia lihat, Xiao buru-buru menuju Jongdae untuk membangunkan pria itu.

"CHEN BANGUN CEPAT! BANGUN CEPAT!" teriak Xiao memekakkan telinga Jongdae.

Jongdae menutup kedua telinganya dengan bantal. Matanya masih terpejam, keadaan setengah sadar.

"BANGUN CHEN! CEPAT! CEPAT! KAU PEMALAS SEKALI! PRIA PEMALAS DI DUNIA!" teriak Xiao makin kencang. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Jongdae.

Jongdae melonjak bangun. "Kau ini apa-apaan membangunkanku pagi-pagi begini! Ini hari minggu!" Kemudian ia tidur tengkurap sambil menutup kepalanya dengan bantal.

"Temanmu kemari, Chen. Teman wanitamu yang semalam."

Sojung, batin Jongdae. Kemudian ia bangkit dari tidurnya. Berjalan keluar kamar tanpa merapikan diri. Dengan modal kaus putih polos dan celana boxer, ia membuka pintu untuk melihat apa benar Sojung ada didepan di rumahnya.

"Sepertinya kau tidak berbohong," bisik Jongdae pada Xiao yang bersembunyi dibelakang punggungnya.

"Sudah bangun?" tanya Sojung tanpa mengucapkan selamat pagi.

"Kalau aku masih tidur tidak mungkin aku ada disini," balas Jongdae.

"Oh. Bisa saja kau hantu," kata Sojung ketus.

"Hantu pantatmu!" Jongdae menutup pintunya.

"Tunggu Jongdae!" teriak Sojung memanggil Jongdae untuk memintanya membuka pintu lagi. "Boleh aku masuk?"

"Sekalian bawa masuk botol susu di atas sana." Jongdae masuk ke dalam, mempersilakan Sojung masuk.

Sojung meletakkan sebotol susu diatas meja. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah Jongdae. Jongdae yang duduk dihadapannya bertanya-tanya, apa yang dipikirkan wanita itu. Sojung melirik ke dalam kamar Jongdae. Memastikan ada seorang wanita atau tidak didalam.

"Sepertinya dia tidak ada," kata Sojung setelah mengecek kamar Jongdae.

"Kalau kau datang hanya untuk mengecek kamarku, lebih baik kau pulang. Kau sangat tidak sopan melihat ke dalam kamar orang lain." Nada bicara Jongdae terdengar tidak suka akan kedatangan Sojung.

"Tidak boleh, ya? Aku kan temanmu."

"Kau teman yang menaruh perasaan pada temannya sendiri," perkataan Jongdae secara tidak sengaja merobek hati Sojung. Pagi-pagi sudah menyantap kata-kata yang sangat tajam.

ghost contract ─ chen × xiao ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang