Prologue

190 7 1
                                    

"Bang."

Laki-laki yang duduk di seberang sana tidak menggubris panggilannya. Berkali-kali ia memanggil abangnya itu tapi masih saja dihiraukan. Jadi ia mengambil bantal panjang yang berada di bawah kakinya, dan dilempar tepat di wajah abangnya.

"Aelah apaan sih?"

"Gue dari tadi manggil lo, sialan."

Laki-laki itu menaruh handphone-nya di atas meja, lalu mengangkat kepalanya, "Kenapa?" tanyanya.

"Gue lagi suka sama cowok nih," ucap gadis itu.

Laki-laki tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar dari adiknya tadi, dan ia membiarkan mulutnya menganga lebar.

Mobilnya berderu keras menelusuri jalan tol. Kaca mobilnya sengaja di turunkan setengah. Rambut panjangnya tersibak, namun ia tidak peduli. Gelapnya malam tidak mennghentikan niatnya untuk memelankan kecepatan mobil.

"Ini yang gue butuhin."

Ia bahkan membiarkan make upnya memudar. Untuk semua yang sudah dilalui, untuk semua yang ia hadapi, ia butuh pelampiasan. Dan ia mendapatkannya.

"Kenapa gue harus suka ama orang macam lo, shit!"

•••

"Bang, kenapa kuncirannya harus warna kuning sih?"

"Kenapa nggak pink aja?"

Chanyeol memutar bola matanya, "Bukan gue yang ngurus begituan. Gue cuman bagian keamanan doang." Najis dia sibuk main game.

"Yaudah bilangin yang ngurus dong, cewek dimana-mana warna pink."

"Dih."

"Ama clue-nya minta dong. Gue nggak mau pas ospek besok nelangsa sengsara."

"Derita lo lah, kunyuk," Ucap Chanyeol sadis.

"Pelit amet sih lo bang." Ucap Daehee cemberut. Kesal abangnya nggak peduli, ditarik kuping caplangnya itu keras-keras.

"DAEHEE! Guys tolong gue!" Ucap Chanyeol minta pertolongan teman-temannya.

Sehun dan Kai yang menjadi saksi penyiksaan tersebut tak melakukan apa-apa. Diam doang. Udah biasa begini mah bagi mereka.

"Hun, pisahin mereka gih. Berisik amet."

"Pentingin mana ama bubbletea ini?" Balas Sehun sambil mengangkat segelas Chattime-nya.

VagaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang