Sinar matahari pagi menyelinap di sela-sela gorden kamar Daehee. Ia menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya. Tiba-tiba hapenya berdering, setengah sadar ia meraba meja kecil di sebelah tempat tidurnya mengambil benda yang terus saja berbunyi.
"Morning Daehee."
"Ini siapa?"
"Ini Jaehyun."
"Oh Jae− wait what?!" Teriak Daehee, melihat benda kotak itu lekat-lekat. Fakta mengejutkan ada nama Jaehyun tertera di layar hapenya.
"Ehem, kenapa Jae?" Tanya Daehee.
Jaehyun tersenyum dari seberang sana, "Kita ada kelas pagi, remember?"
"Oh shit," Umpat pelan Daehee, ia menyibakkan selimut tanpa merapikannya langsung masuk kamar mandi. "Gue tutup dulu."
"Tunggu!"
"Apa lagiii."
"Gue jemput jam 9 nanti, dah!" Ucap Jaehyun dan menutup telepon sepihak. Meninggalkan Daehee yang bengong setelah Jaehyun mengatakan tersebut.
•••
Membutuhkan waktu sejam untuk Daehee mandi sambil bernyanyi, lalu merias diri, dan memasukkan buku pelajaran dan barang-barang yang diperlukan. Hari ini ia mengenakan kaus pastel ombre dibalut cardigan putih, dan jeans biru juga sneakers favoritnya.
Semua telah beres, Daehee langsung turun kebawah menuju dapur. Dan mendapati abangnya yang mencuri start sarapan di ruang makan yang masih terhubung dengan dapur.
"Pagi abangku SAYANG!" Daehee berteriak tepat di kuping Chanyeol ditambah menekankan kata sayang.
"Fak Daehee! kuping gue masih pengang gara-gara lo semalem!" Balas Chanyeol tak kalah keras.
"Hehe, maap deh abang sayangg," Jawab Daehee menyiratkan suara manja. Chanyeol merinding melihat adiknya seperti itu, rasanya ingin muntah. Kemasukan valak jenis cabe ini ya.
"Ew. Makan gih ih."
Tiba-tiba saja ada yang memencet bel rumah. Mereka berdua pun saling berhadapan. Daehee melihat jam tangan hello kitty-nya, masih terlalu cepat untuk Jaehyun sampai dirumah. Siapa gerangan yang datang sepagi ini? Chanyeol mengelap kedua tangannya dan beranjak dari kursi, "Gue aja yang ngebuka."
Cklek
"Eh Shinmi.." Ucap Chanyeol pelan.
"Hai Chanyeol," Chanyeol memberi celah untuk Shinmi masuk kedalam dan mereka berdua menuju ruang makan. Ketika menoleh Daehee berlari memeluk sahabat yang kelebihan tingginya itu. Sambil memamerkan senyum ceria nan polosnya, ditambah ciuman paginya dan berkata, "Lo sehat?"
Shinmi mengambil tisu dari tasnya menghilangkan bekas ciuman tersebut. Becek.
"Harusnya gue yang tanya begitu, Lo. Sehat?" Tanya Daehee terheran-heran. Ia mendaratkan tatapan pada mata Chanyeol, ia hanya meletakkan jari telunjuk di keningnya. Sinting dia.
"Sehat sempurna. Sini sini sarapan sebelah gue," Jawab Daehee mengajak sahabatnya untuk sarapan bareng.
"Bentar dulu," Chanyeol mencegat tangan Shinmi, ia mengambil sarapan buatannya untuk Shinmi. "Nih sarapannya," Dengan segan Shinmi membalas dengan anggukan. Diam-diam Shinmi memperhatikan Chanyeol, yang tanpa disadari sejak tadi Daehee, sahabat satu-satunya itu melihat tingkah dia. Daehee penasaran ada apa dengannya.
"Ngedip woy," Goda Daehee menyikut lengannya. Shinmi memalingkan muka. botol saus sambal ada di depannya dengan sigap Shinmi menangkap botol itu, "wadefuk Dae,"
"Aku ingin berkata kasar juga." Daehee mengerling pada Shinmi. Sang korban mulai jengah.
"Lagian lo aneh ngeliat orang segitunya, kurang-kurangin."
"Berisik lo cabe," Ucap Shinmi menggeplak kepala cewek bawel itu.
"Aw! Bang gue digeplak Shinmi," Adu Daehee ke abangnya. Chanyeol menghampiri mereka berdua sehabis mengambil susu dari kulkas, dan memberikan itu kepada mereka berdua dan berkata,"Berisik lo, eh nih susunya."
"Thanks," Ucap Shinmi dan menatap Daehee puas melihat dia kesal di abaikan.
"Belain aja terus."
Shinmi tertawa renyah, "Udah abisin sarapannya, abis itu kita langsung pergi."
Daehee tersedak susu, lupa apa yang harusnya ia katakan tadi, "Anjir gue lupa ngasih tahu," Ucap Daehee. Ia menelan susu tersebut.
"Gue bareng Jaehyun."
Plak
"Kenapa baru bilang sialan."
Sekali lagi Daeehe meringis kesakitan betul akibat keningnya jadi korban. Dewi fortuna benar-benar berpihak padanya, tak lama setelah itu terdengar suara klakson dari luar. Cepet kabur, batinnya. Daehee melambaikan tangan ke mereka berdua. "Bang anterin Shinmi ya. Gue duluan dah sayang!"
"YA! Daehee!" Ucap serentak mereka berdua.
Pemuda tinggi yang canggung dengan rambut coklat yang tak lain Chanyeol terpaku sekian detik kemudian menyunggingkan senyum manisnya dan memutari meja makan, menuju dapur beserta piring kotor ditangannya.
"Maklumin adik gue ya, kehabisan obat soalnya."
"Udah kenal sejak make popok so yeah," Dahee mengangkat bahunya dan melanjutkan perkataannya, "Not a big problem."
"Jadi, kita pergi sekarang?" Tanya Chanyeol. Daehee meliirik jam tangannya, bibirnya melengkung ke atas, "Ayo."
•••
Dua manusia yang beranjak dewasa, tak lain Chanyeol dan Daehee berharap tidak telat masuk kelas di semester baru ini. Sebenarnya Chanyeol lebih memilih memakai motor gedenya, tapi Daehee yang tidak mau dan akhirnya mereka, di dalam mobil terjebak macet yang padahal jarak kampus sudah dekat.
"Udah gue bilang jangan lewat gang ini."
Suara Daehee memecah kesunyian. Lawan bicaranya memandang Daehee jengah. Entah antara dia kesal tidak menuruti cewek itu atau karena macet di depannya. Ayolah siapa yang tidak suka kemacetan?
"Udah gue bilang harusnya kita make motor." Balas Chanyeol nggak mau kalah.
Shinmi mendengus kesal, Mending gue diem aja tadi. Akhirnya ada celah dan tak ingin membuang waktu Chanyeol menerobos celah itu. Chanyeol memandang sangsi pada Shinmi lalu menoleh kedepan, "Iya iya maaf."
"Ayolah, bertahun-tahun nggak ketemu masa pas ketemuan berantem gini?" Chanyeol berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Terserah deh." Ada penekanan di kata yang terakhir. Kalimat pria itu malah semakin membuatnya kesal.
"Buka pintunya, banyak yang ngeliat," Suara lirih Shinmi menyadarkan lamunan Chanyeol. Ia baru tersadar di sudut kanannya, beberapa anak perempuan nampak berbisik dan sesekali melirik arah mobilnya. Gadis itu melengang pergi meninggalkan Chanyeol yang bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vagary
Fanfiction(n.) an unpredictable instance, a wandering journey; a whimsical, wild or unusual idea, desire, or action.