Chapter 11

31 2 0
                                    

Tiap kali ondel-ondel lewat, Chanyeol selalu inget pada Baekhyun.

Pas diklat BEM-nya, Baekhyun benar-benar dibuat nangis karena ondel-ondel. Rahasia phobia dia bocor juga karena Lay yang terlalu polos untuk menjawab. Ia ingat sekali betapa niatnya senior terdahulu menyewa kostum ondel hanya untuk bocah satu itu. Videonya bahkan masih ia simpan di laptopnya.

Alasan Baekhyun takut ondel-ondel sangat tidak masuk diakal: karena palanya gede mirip Paman Kangin yang suka galakin dia.

Coba kalian jelaskan, dari sisi mana yang menyeramkan?

Oke memang paman Kangin ialah paman yang bikin mereka berdua takut karena muka galaknya. Tapi nggak juga dimiripin ama ondel-ondel keles. Untuk saat ini paman Kangin tidak semenyeramkan dulu semenjak ia menikah. Kalau dipikir-pikir, muka kusam dia dulu mungkin karena kelamaan jomblo. Kebiasaan dia gonta-ganti pasangan 'kan jadi keturunan sama Baekhyun.

Sekarang bukan pamannya yang bikin dia takut, melainkan Shinmi.

Entah kenapa ia bisa berpikir begitu, tapi wajar nggak sih tiba-tiba melihat sesosok dengan rambut menjuntai hanya berdiri di depan etalase dengan tatapan kosong? Langkah jalannya berhenti begitu saja. Ia ingin mendekat jadi ragu.

Tapi karena penasaran, akhirnya Chanyeol mendekatkan diri pada Tuhan yang−eh maksudnya Shinmi yang sepertinya tidak menyadari kehadirannya. Saat menepuk pundaknya pelan, pundak kecil itu terangkat karena kaget lalu Shinmi berbalik arah, mendapati Chanyeol yang memakai masker hitam dan jaket hitam adidasnya memandang dia bingung.

"Lo ngapain berdiri disini?"

Shinmi tersentak. "Lo bikin gue kaget njir."

Chanyeol mengernyit heran, "Kenapa?"

Shinmi hanya mendelik mendengar tanyaan Chanyeol, tampaklah wajah putih pucatnya. Yang ditatap masih menunggu jawabannya. "Just staring at that thing."

Mata Chanyeol melirik ke dalam toko tersebut. Piano hitam yang megahnya terletak di depan kaca, seolah ingin memamerkan diri betapa gagah dan layaknya ia berdiri di sana. Lalu Chanyeol mengamit lengan Shinmi tanpa izin memasuki toko itu.

"Ngapain diliatin kalo nggak nyoba." Chanyeol mengatakan itu sambil tersenyum sambil mengajak Shinmi ikut duduk di bangku. Jemari Chanyeol mulai memainkan nada di atas tuts piano. Ia memainkan lagu kesukaannya, Heavy milik Linkin Park. Sedangkan Shinmi hanya melihat dalam diam, tangannya ditelungkupkan saja.

I don't like my mind right now

Stacking up problems that are so unnecessary

Yeah I drive myself crazy

'Cause I can't escape the gravity

"Kemarikan tanganmu." Chanyeol meraih tangan nya lalu diletakkan di atas piano, tanpa melepasnya. Dibuka tangan Shinmi hingga seperti memainkan piano itu, tetap dengan tangan Chanyeol diatasnya. Lalu tangan mereka berdua menghasilkan melodi yang indah terdengar seisi toko. Kebetulan bapak pemilik toko tak keberatan, tokonya sepi gini.

Tatapan Chanyeol belum terlepas dari Shinmi. Dalam hati ia bersorak bisa membuat Shinmi senang. Ia yakin Shinmi hanya berbohong soal kejenuhan lalu. Lihatlah, kini gadis itu tersenyum..

Aku bisa memainkannya, batin Shinmi.

"Ayo main bareng. Masa gue doang sih pake dua tangan." Lantunan lagu berhenti. Shinmi menarik tangannya dari genggaman Chanyeol. Ia menarik diri. Senyuman yang disukai Chanyeol hilang sudah. Tatapan dambaan tergantikan kekosongan yang ada, persis ketika ia melamun di luar tadi.

VagaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang