Prolog

482 13 2
                                    


Suasana minggu pagi yang indah di pesisir barat Aceh. Lantunan ayat suci Al-qur'an menggema diiringi desiran ombak yang menyapa pantai, menghantam bebatuan dan karang-karang dengan lembut. Sang bagaskara mulai menampakkan semburat jingganya di ufuk timur. Sebagian anak-anak berlarian dari arah masjid menghampiri perahu-perahu ayah mereka yang menepi ke pantai, sedangkan sebagiannya lagi saling kejar-kejaran.

Sementara para Agam sibuk di tempat pelelangan ikan, kaum inong  telah memadati pasar tradisional untuk membeli keperluan pangan keluarga. Lalu lalang para pekerja yang mengangkut barang dagangan ke dalam pasar menambah ramai suasana pasar.

"piyoh – piyoh." Suara riuh para pedagang menyapa ramah setiap orang yang lewat. Kehidupan di Aceh berjalan normal, meski demikian, mereka masih harus tetap waspada setiap saat, konflik senjata antara TNI dan GAM sejak masa orde baru masih menghantui mereka, meski kondisinya sudah lebih baik.

Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun berjalan membuntuti Ibunya, mencengkeram kuat ujung baju ibunya karena takut terpisah dari ibunya. Ibu dan anak itu berjalan menyusuri setiap lorong pasar, sesekali mereka berhenti di lapak sayur dan sembako, baru kemudian mereka berjalan lagi untuk mencari ikan kayu, yang nantinya akan dimasak sebagai lauk makan. Ikan kayu salah satu proses pengawetan ikan, biasanya terbuat dari ikan tongkol yang kemudian dikeringkan. Ikan tongkol memang kerap dijumpai dalam beberapa masakan khas Aceh.

Setelah selesai berbelanja, mereka keluar dari pasar dan mencari becak, sebagai transportasi untuk pulang. Becak yang mereka tumpangi segera melesat menjelajahi jalanan di kota Meulaboh, ibukota kabupaten Aceh Barat. Berbeda dengan di pulau Jawa yang masih menggunakan sepeda, becak di wilayah Aceh dan Sumatera Utara menggunakan sepeda motor yang sudah dimodifikasi.

                                                                                           ===

Saat matahari mulai meninggi, pantai telah dipenuhi oleh wisatawan yang datang berkunjung, baik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menikmati libur natal. Kota kelahiran Teuku Umar ini merupakan salah satu kota yang cukup ramai di wilayah pesisir barat provinsi Aceh. Tak heran, kota ini juga menjadi salah satu tujuan wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi.

Anak-anak asik bermain balap sepeda di pantai. Biasanya sepulang sekolah, anak-anak di pesisir pantai belajar tari rafai geleng di pantai yang sekaligus menjadi tontonan gratis para wisatawan, kemudian sorenya mereka pergi mengaji. Tapi, bila hari minggu seperti ini, saatnya bagi anak-anak kampung untuk bermain, tak ada sekolah, tak ada latihan menari, dan juga tak ada sekolah Agama.

Semua orang terlihat begitu gembira pagi itu, menikmati kehangatan sapaan matahari pagi di tepi pantai. Di salah satu sudut pantai, beberapa pedagang sibuk melayani pelanggannya, ada juga yang sedang membakar ikan. Para wisatawan terlihat begitu bergembira. Tapi ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama, suasana pantai yang tadinya penuh kebahagiaan berubah menegangkan. Bukan karena pasukan bersenjata, tapi sesuatu hal yang lain, yang lebih menakutkan.

Gempa berkekuatan 9,5 skala ricther mengguncang Aceh dan sekitarnya. Orang-orang berhamburan, lari luntang lantung tak tentu arah, para orang tua berlarian menjemput anak-anak mereka yang sedang berenang di laut. Tanah tempat mereka bediri berguncang semakin kuat, suara takbir menggema di mana-mana.

Beberapa menit kemudian, gempa berhenti bergetar. Ketegangan sempat mereda, sebelum akhirnya air laut mendadak surut dan beberapa detik kedepan, gelombang laut dengan ketinggian puluhan meter kembali menghantam daratan dengan dahsyat, menyapu bersih apapun yang ada di hadapannya. Beberapa orang yang baru menyadari datangnya bahaya langsung berlarian menuju dataran tinggi. Anak-anak berlarian meninggalkan sepedanya mengikuti kerumunan orang-orang. mereka lari ketakutan sambil menangis, tanpa memperdulikan orang lain.

Anak kecil yang tengah berlari dengan kencang tak sengaja menendang sebuah akar pohon yang membuatnya terhempas ke tanah. Tangisnya semakin kencang saat air laut mulai mengenai kakinya. Dengan gerak cepat, seseorang mengangkat tubuhnya dan membawanya berlari.

Anak itu merangkul erat bahu orang yang menggendongnya, orang itu terus berlari hingga tiba mereka di suatu tempat yang telah dipenuhi para warga yang menyelamatkan diri, isak tangis terdengar saling bersautan. Seketika suasana haru menyelimuti tempat mereka berkumpul, menyaksikan air laut telah memenggelamkan pemukiman mereka.

Selama beberapa menit tsunami menerjang, air laut kembali surut, menyisakan kehancuran di sana sini, tak ada lagi yang tersisa. Hanya ada sisa-sisa puing bangunan dan pepohonan yang telah rata dengan tanah serta mayat-mayat yang berserakan.

                                                                                        ===

Keesokan harinya, bebarapa orang yang selamat kembali kelokasi rumah mereka masing-masing, untuk mencari barang-barang yang masih tersisa, bantuan mulai berdatangan dari seluruh penjuru dunia. TNI terus bergerak cepat mencari korban-korban yang meninggal dunia, membersihkan puing-puing bangunan yang hancur, dan juga menyalurkan bantuan kepada para pengungsi yang selamat, dibantu oleh petugas medis.

Anak laki-laki yang berhasil selamat meringis menahan kakinya yang sakit, ia berjalan tertatih menuju sebuah batu besar, tak pernah terbayangkan olehnya akan hal itu. Kemarin pagi, ia masih bersama Ibunya belanja di pasar. Tapi, hari ini ia bahkan tidak tahu keberadaan Ibunya.

Anak itu duduk diam di atas batu, sulit baginya untuk mengerti apa yang ada di hadapannya, matanya menangkap pemandangan yang mengerikan, kampungnya yang dulu indah dipenuhi pepohonan kelapa kini tergantikan dengan pemandangan mayat yang berserakan di-antara puing-puing bangunan. Tiba-tiba pandangannya terfokus pada seorang anak perempuan yang sedang duduk jongkok di salah satu reruntuhan bangunan tak jauh dari tempatnya duduk. Ia turun mencoba untuk menghampiri anak itu, yang ada dipikirannya adalah mungkin anak perempuan itu salah satu temannya.

Ia mendekati gadis kecil itu lalu bertanya, "Kenapa kau menangis?"

Anak itu tak menjawab, ia mengangkat jari telunjuknya menunjuk sebuah boneka yang terhimpit reruntuhan. Dengan inisiatif sendiri, Anak laki-laki itu berusaha mengambil boneka. Meski usahanya sedikit berhasil, tapi sebelah tangan boneka itu robek dan tidak bisa di selamatkan karena tertindih dinding beton.

Saat ia hendak menyerahkan boneka itu pada gadis kecil di depannya, seorang pria bertubuh tinggi dan berkulit putih serta berambut pirang menghampiri mereka, merangkul gadis itu dan berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti oleh anak laki-laki itu, ia hanya tahu pria itu memanggil gadis itu dengan sebutan Adele.

Gadis yang tadi di panggil Adele itu memberontak saat dibawa pergi. Sambil menagis histeris, tangannya tak pernah berhenti menunjuk kearah anak laki-laki yang berdiri mematung metatapnya dengan tatapan bingung.

agam : Laki-laki dalam bahasa Aceh.

inong : Perempuan dalam bahasa Aceh.

piyoh : Ajakan untuk singgah dalam tradisi masyarakat Aceh.


Kutemukan Cinta di Serambi Mekkah (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang