Tujuh

114 6 0
                                    


Nisa sedang berjalan-jalan di pasar Aceh bersama dengan seorang teman akrabnya. Ia merasa bosan seharian di kamar kostnya. Hari ini Afif tidak menghubunginya. Mungkin dia punya urusan lain.

"Mala, kemana saja kau dua hari ini?" Tanya Nisa pada temannya.

"Seharusnya aku yang bertanya, aku sudah dua hari ini mencarimu di kost tapi kau tak pernah ada di sana."

"Oh benarkah? Aku minta maaf, aku sibuk menemani seseorang."

"Siapa? Laki-laki?" Selidik temannya.

"Iya laki-laki, aku bertemu dengannya waktu di bandara Soeta. Kemudian kami bertemu lagi di bandara Sultan Iskandar Muda. Saat itu aku lupa kalau aku tidak membawa rupiah, dia yang mengantarku pulang dan membayarkan taksinya."

"Oh, pertemuan yang tak disangka-sangka. Tapi, ngomong-ngomong kau tidak takut berduaan dengannya di kota ini? Bisa-bisa WH akan menangkap kalian karena kedapatan sedang berduaan."

"Kau ini ada-ada saja. Aku selalu menjaga jarak darinya, kami juga tak pernah berdua di tempat sepi."

"Lalu bagaimana ceritanya kalian bisa ketemu lagi dan sering jalan bersama?" Tanya Mala masih penasaran.

Nisa tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Ia berpikir sejenak sebelum berbicara. "Dia yang memintaku untuk bertemu lagi. Dia juga sempat meminta nomor teleponku. Dia menyuruhku untuk menemaninya selama liburan disini"

"Kau harus hati-hati, sepertinya dia menyukaimu."

"Ah aku lupa, tadi aku kan ingin membeli kerudung. Kau terlalu sering mengajakku bicara sampai-sampai aku lupa. Tokonya sudah kita lewati." Nisa segera berbalik arah tanpa sengaja tubuhnya menambrak seorang ibu-ibu yang membuatnya hampir terjatuh. Ibu itu mengenakan baju panjang dan kerudung yang hanya menutupi bagian kepalanya seadanya, tanpa diikatkan.

"Aduh, maaf bu, saya tidak sengaja. Ibu tidak apa-apa kan?"

Wanita yang sudah tampak cukup tua itu tersenyum sambil menggeleng. "Tidak apa-apa, lain kali hati-hati ya. Ibu pergi dulu." Wanita itu segera berlalu.

Nisa menghela napas, kemudian berjalan cepat ketika baru saja menyadari dirinya menjadi tontonan masal.

===

Nisa telah tiba di kostnya bersama Mala sebelum masuk waktu zuhur. Nisa meletakkan barang belanjaannya di lantai lalu menyusul Mala yang sudah lebih dulu naik ke atas kasur. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding kemudian meraih bantal dan memangkunya. Matanya menatap langit-langit kamarnya tapi tatapan itu kosong, tak bermakna. Pikirannya sedang berkeliaran kemana-mana. Sampai akhirnya ia tersentak oleh perkataan Mala.

"Kenapa kau melamun?"

"Enggak, siapa yang melamun." Bantahnya, "Sepertinya Ibu yang aku tabrak di pasar tadi... wajahnya tidak asing, sepertinya aku pernah bertemu dengannya, tapi kapan? dimana?"

"Aku harap kau tak mencari-cari alasan. Kau tidak sedang memikirkan teman barumu itu kan?"

"Kau ini. Apa kau masih ingat ceritaku mengenai seseorang yang aku cari-cari?"

"Ya, yang kau bilang pangeran itu kan? Ingatanku masih kuat, tentu saja aku ingat." Jawabnya bangga.

"Sampai saat ini aku masih menunggunya."

Kutemukan Cinta di Serambi Mekkah (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang