Dua Puluh

103 10 0
                                    

Azan subuh membangunkan Afif. Setelah semalaman berusaha menemukan album fotonya yang hilang, bagi Afif album foto berisi foto masa kecilnya itu adalah benda yang sangat berharga, hanya itulah sisa kenangan yang dimilikinya. Hanya dengan melihat foto kecilnya ia seakan bisa merasakan rindu akan masa lalu yang tidak pernah diingatnya secara utuh. Dan malam itu ia kehilangan album fotonya. Awalnya ia sempat berpikir bahwa Nisa yang membawa album itu, tapi untuk apa? Hingga akhirnya ia benar-benar yakin saat mendapati sebuah pesan yang tertulis dibalik sebuah foto.

Foto seoarang gadis yang mengenakan baju tanpa lengan berwarna pink terlihat sedang tersenyum di depan kamera. Tak sampai lima detik memandang foto itu, seluruh masa lalunya seakan kembali. Ia ingat dengan betul gadis dalam foto itu adalah gadis yang ditemui di reruntuhan bangunan 14 tahun yang lalu. Tak perlu menunggu waktu lama Afif lantas berkemas, sebelum meninggalkan kamarnya ia meraih sebuah kotak yang disimpan di atas lemarinya.

Afif mengeluarkan mobil dari garasi rumah dan langsung melaju meninggalkan rumah setelah sebelumnya berpamitan kepada kedua orang tua angkatnya. Besok tepat 14 Tahun peringatan tragedi Tsunami Aceh, Afif memang kerap kali kembali ke Aceh untuk mengenang orang tuanya. Namun, kali ini ia datang dengan tujuan yang agak berbeda. Perasaannya senang sekaligus gugup. Dipandangnya sebuah foto yang berada dalam genggamannya. Dibalik foto itu tertulis sebuah pesan singkat yang berbunyi "Hai pahlawan masa kecilku, aku menunggumu ditempat kita bertemu tepat 14 tahun yang lalu."

Beberapa jam perjalanan ia akhirnya tiba di Meulaboh keesokan paginya. Karena terlalu bersemangat ia segera menelpon Nisa namun yang menjawab panggilan adalah Mala, Mala menyebutkan alamat rumahnya dan Afif segera mendatanginya.

"Assalamualaikum, hai Mala, " Sapa Afif saat baru saja turun dari mobil.

Mala senyum sebelum menjawab, "Waalaikumsalam Afif, mari silahkan masuk, Nisa sedang keluar, sepertinya dia ke pantai."

"Tidak apa-apa, aku duduk di depan saja. Ada hal yang ingin aku ceritakan ke kamu." Afif duduk di sebuah kursi yang berada di teras rumah dan diikuti oleh Mala di sebelahnya.

"Aku kira kalian ada masalah, soalnya Nisa bilang akan kesini bareng kamu, tapi tiba-tiba dia sudah menelpon bahwa akan terbang sendiri ke sini."

"Ya, emang ada sedikit masalah sebelumnya, tapi aku rasa itu sudah tidak penting lagi. Ada hal yang lebih penting dari itu," Afif menaruh kotak yang dibawanya di atas meja, "Aku ingin menyerahkan ini ke Nisa."

"Boleh aku buka?"

"Silahkan." Sambil Mala setelah Mala membuka kotak ddan meraih isi di dalamnya Afif menjelaskan maksud benda tersebut. "Itu boneka aku temukan di reruntuhan rumah pasca tsunami, seorang anak kecil menangisi boneka tersebut, aku berhasil mengambilkannya untuknya tapi seorang bapak yang aku yakin itu ayahnya menggendongnya menjauh dariku. Aku rasa benda ini sangat berharga baginya, makanya aku tetap menyimpannya dan berharap bisa menemukan lagi pemiliknya."

"Jadi kau? Nisa sering membicarakan betapa pentingnya boneka ini bagi dia, tapi sebentar, sepertinya aku tau dimana tangan boneka ini, tunggu sebentar." Mala berdiri dan masuk ke dalam rumah. Beberapa saat kemudian ia kembali dengan sebuah potongan tangan boneka beserta jarum dan benang.

"Kok bisa ada di kamu?" Tanya Afif yang takjub dengan apa yang dilihatnya.

"ini sebuah takdir yang indah, dulu aku tak sengaja menemukannya terhanyut dibawa ombak. Namanya juga anak kecil, nemu sesuatu yang aneh dikit aja pasti dikoleksi. Dan untungnya aku tak pernah membuangnya, aku biarkan saja di dalam laci. Sini aku satuin lagi bonekanya."

Kutemukan Cinta di Serambi Mekkah (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang