Tiga Belas

87 6 0
                                    

"Daus, kau ikut tak, kita mau pigi main ke sungai cari kerang." Ajak seorang gadis kecil pada temannya.

"Gak lah. Umi aku gak kasi aku pigi mandi sungai. Takut ada buaya."

"Mana ada. Umi kau tipu, biar kau tak payah pigi sungai. Tak apa lah, kita pergi dulu ya. Selamat tinggal Daus."

"Mala, nanti malam pigi ngaji sama-sama ya?" Teriak Daus, saat temannya itu mulai meninggalkannya.

"He em. Neu preh mantong."

"Umi Daus ikut pigi ke pajak!" Rengek seorang anak kecil pada ibunya.

"Daus, kalo masuk rumah salam dulu." Omel seorang ibu yang sedang sibuk di dapur.

"Maaf Umi. Daus lupa." Sambil menyalami tangan ibunya, "Umi, Abi belum pulang ya?"

"Belum sayang. Kau ganti dulu bajumu sana, umi tunggu di depan, cepat nanti keburu siang."

"Yeee. Oke Umi."

"Umi, Daus mau makan pake ikan kayu." Pinta anak kecil itu kepada ibunya setelah mereka memasuki pasar.

"Tunggu sebentar ya, kita beli sayur dulu untuk makan siang nanti, Insyaallah Abi udah sampe rumah sebelum zuhur nanti,"

"Umi, kata Mala di sungai  gak ada buaya, Umi nokohi Daus ya. Tadi Mala ajak Daus pigi ke sungai cari kerang."

"Umi bohong bukan tanpa alasan Daus, kau ni masih kecil, gak baik main ke sungai tanpa diawasi, nanti kalo kau terbawa arus sungai sampai di laut macemana? Umi larang Daus, karena Umi sayang sama Daus, Umi gak mau anak umi kenapa-kenapa."

"Umi do'akan aja lah Daus biar gak kenapa-kenapa, do'a umi kan selalu didengar sama Allah."

Wanita berkerudung hitam itu menghentikan langkahnya sejenak, ia menundukkan kepalanya sejajar kepala anaknya. "Daus, do'a ibu terhadap anaknya memang  tanpa penghalang. Umi selalu berdo'a atas keselamatanmu nak, apapun yang akan menimpa dirimu kelak, Umi selalu berharap kau tetap dalam lindungan-Nya. Tapi bukan berarti Umi membiarkanmu jauh dari pengawasan Umi, meski Umi yakin Allah selalu menjagamu,"

"Baiklah Umi, Daus janji gak nakal lagi."

"Anak baik, bek tuwo do'akan juga Umi sama Abi, biar Allah tetap menjaga kita."

"Jeut Umi."

===

Suasana pasar semakin ramai disesaki para pembeli, udara panas dan pengap membuat Daus merasa tidak nyaman berada lama-lama di dalam pasar. Ia semakin erat menggenggam ujung baju Ibunya sambil terus berjalan mengikuti langkah kaki ibunya. Sebenarnya ia ingin merengek meminta pulang, tapi ia sangat mengerti bahwa ibunya belum selesai belanja dan tidak ingin membebani ibunya. Didikan kedua orang tuanya menjadikannya tumbuh besar sebagai anak yang berbakti meski sesekali ia sering berbuat nakallayaknya bocah pada umumnya. Meski hidup berlandaskan hukum Islam, tak semua anak di Aceh bertingkah laku Islami. Tapi orang tua Daus beruntung, memiliki anak yang mudah dididik menjadi anak yang sholeh.

Ternyata Ibunya juga merasakan apa yang dirasakan anaknya, ia segera mempercepat langkahnya untuk membeli semua keperluan yang dibutuhkan, lantas bergegas keluar dari pasar mencari sebuah becak untuk kembali ke rumah.

Sampai di rumah, Daus meminta izin pada ibunya untuk bermain di pantai. "Umi, Daus boleh main di Pasie."

"Ngapain ke pasie? dirumah aja sama Umi, nonton tv."

"Filmnya gak ada yang enak Mi, Daus mau main sepeda di pantai. Oh iya Umi, Teuku udah pulang dari Banda, hari ini kami mau latihan rafai lagi. Habis Daus main, Daus langsung ke rumah Teuku."

"Hari ini tak usah latihan dulu ya neuk. Kita tunggu Abi pulang, Abi pasti bawa oleh-oleh yang banyak."

"Daus mau pigi main dulu Umi. Gak jauh-jauh kok, umi bilang kan Abi datang siang, Daus pulang waktu zuhur nanti."

"Daus, dengerin Umi neuk, Daus lupa Umi bilang apa tadi di pajak?"

"Tapi Daus mau main Umi." Tanpa menghiraukan Ibunya, Daus langsung mengambil sepedaya dan mengayuhnya dengan kencang.

Ibunya dengan pasrah kembali ke dapur, namun pikirannya sangat tidak tenang, tak biasanya dia begitu berlebihan mengkhawatirkan anak semata wayangnya itu. Entah kenapa sejak bangun tidur tadi, ia merasa tidak ingin jauh-jauh dari anaknya. Itu sebabnya ia membawa Daus ikut ke pasar bersamanya untuk pertama kalinya.

Baru saja ia hendak melupakan pikiran buruknya, dan kembali menghadap kuali sedang yang berisikan kuah Gulai Keumamah, ia merasakan ada sesuatu yang janggal dalam masakannya tersebut, air kuah yang belum surut terlihat bergoyang, semakin lama ia juga merasakan tubuhnya ikut bergoyang. Beberapa detik kemudian baru ia menyadari bahwa bumi yang di pijak bergetar sangat kencang. Tanpa sempat mematikan kompor, ia berlari keluar rumah, orang-orang berhamburan keluar sambl mengucap tahlil.

"Daaauuuuss....." Ibu muda itu berteriak mencari anaknya. Langkah kakinya bergerak semakin cepat menghampiri setiap orang yang ditemuinya bertanya dimana anaknya. Namun sayang tak seorangpun yang mengetahui keberadaan anaknya. Tanpa sadar, gelombang air laut yang mulai mencapai daratan menghantamnya membuatnya terguling dan jatuh tak sadarkan diri.


_________________________________________________________

Pigi : Pergi

Neu preh mantong : aku tunggu disini

Bek tuwo : Jangan lupa

Jeut : Iya

Pasie : Pantai

Neuk : Anak

Kutemukan Cinta di Serambi Mekkah (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang