SAMAEL [1]

9.1K 763 72
                                    

Samael: "Poison of God" the 'good' and the 'bad' ones. Angel of death.

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

In Author's Eyes...

Dia disebut Samael. Malaikat baik, dan malaikat keji. Terdengar rancu memang, tapi Samael memang seperti itu. Jangan salah, Samael, hanyalah sebuah julukan untuknya, sebuah nama yang lain.

Karena jika di zaman dahulu, Samael adalah malaikat yang tinggal di surga tingkat ke-5 bersama bidadari lain dan malaikat yang menjadi bawahannya, maka sekarang tidak lagi.

Samael mungkin terlalu bosan, menghadapi jutaan hari yang selalu berjalan monoton, sementara dirinya hanya diam termangu menunggu anak buahnya bekerja.

Angel of death. Ya, Samael memang seorang pencabut nyawa. Tapi itu juga dulu, saat malaikat sepertinya bisa dilihat manusia begitu saja.

Sekarang? Jiwa manusia agaknya sudah terlalu kotor untuk bisa mengizinkan batin mereka bisa melihat keberadaan malaikat.

Begitu juga Samael. Tak ada yang menyadari keberadaannya, meskipun ia sudah hidup beberapa tahun diantara manusia, menyamar sebagai salah satu dari mereka untuk ikut bekerja seperti anak buahnya.

Mencabut nyawa.

"Taeyong, kau melamun lagi?"

Yap, Lee Taeyong. Manusia kini mengenal Samael sebagai sosok manusia bernama Lee Taeyong. Yang memiliki keadaan fisik sama seperti manusia berusia dua puluhan, dan ia bahkan bersekolah—meski terdengar tak masuk akal saat seorang malaikat bisa bersekolah.

Dan Kang Seulgi, adalah sasarannya kali ini.

Oh, perlu kalian tahu kalau tiap malaikat pencabut nyawa haruslah mengikuti manusia itu selama empat puluh hari lamanya, baru mereka diizinkan untuk mencabut nyawa manusia tersebut.

"Aku tidak melamun." Taeyong berucap, menatap Seulgi yang menyipitkan mata di depannya, tampak tak percaya dengan ucapan Taeyong barusan.

"Aku sungguh tidak melamun, Seulgi." tuturnya lagi, tanpa ekspresi, tak ada desakan ataupun kesan mengalah dalam suaranya.

Ia tak pernah benar-benar belajar tentang berekspresi layaknya manusia.

"Iya, iya, aku tahu. Tidak perlu mengulangnya." Seulgi mencibir, membuang muka dengan raut pura-pura kesal.

Nah, sekarang Taeyong yang bingung. Manusia itu bisa menunjukkan berbagai macam ekspresi, yang seringkali mengecohnya. Apa ia yang begitu ketinggalan zaman? Atau manusia yang berevolusi terlalu cepat?

Taeyong memilih berdiam. Menatap kabut hitam samar yang melingkupi tubuh Seulgi. Adalah pemandangan wajar baginya, melihat kabut semacam itu disekitar seorang yang akan meninggal, tapi sesuatu tentang Seulgi begitu mengusiknya.

Seulgi adalah seorang yang baik. Semua catatan amal perbuatannya menunjukkan kebaikan yang dominan. Lantas, kenapa ada kabut hitam di sekitar tubuhnya? Kabut yang menandakan bahwa manusia tersebut nantinya akan terseret ke neraka, bersama orang-orang berperangai buruk lainnya.

Taeyong sungguh tak habis pikir.

"Ayo Taeyong, cepat, kau mau ketinggalan bus?" tanya Seulgi sejurus kemudian, ia membenahi rok pendeknya, guna menghindari tatapan orang-orang yang mungkin meliriknya dan berpikiran buruk.

Nah, sekali lagi, Seulgi sudah menambah catatan baik di akhir kehidupannya.

Seulgi dan Taeyong akhirnya melangkah menyeberangi jalan. Terkesan tak akan ada apapun yang terjadi memang. Tapi Taeyong tahu, sebuah mobil tengah melaju ke arah mereka, dan sebentar lagi akan menghantam seorang ibu dan anaknya yang juga tengah menyeberang jalan.

TIIIN!! BRAK!!

Semuanya tentu berlalu dalam hitungan detik bagi manusia, tapi sangat lambat dalam pandangan Taeyong sekarang.

Termasuk jeritan Seulgi yang memekakkan telinganya, gadis itu terhuyung mundur kala melihat mobil sedan gelap yang baru saja menabrak wanita dan anaknya itu terhenti, menampakkan sang supir yang keluar dalam keadaan baik-baik saja.

"Tuhan itu tidak adil."

"Apa?" pendengaran Taeyong sungguh tak salah dengar sekarang, seorang Seulgi tengah mempertanyakan keadilan Tuhan.

"Iya, kau lihat sendiri, dia sudah mencelakai orang lain, harusnya dia mati saja di dalam mobil. Kenapa Tuhan begitu tidak adil?"

Tanpa bicara apapun, Taeyong meneruskan langkahnya, diikuti dengan Seulgi yang sesekali melempar pandang ke arah tempat kejadian.

Taeyong kemudian naik ke dalam bus, diikuti Seulgi di belakangnya. Dan, ya, Taeyong tentu tahu apa yang akan terjadi. Seulgi belum sempat naik ke dalam bus saat pintu bus menutup, menjepit bagian rok Seulgi di sela pintunya.

Taeyong bisa saja menggunakan kemampuannya untuk menghentikan bus, tapi tidak sekarang.

Saat ia sudah tahu apa alasan yang membuat Seulgi patut terjebak di dalam neraka.

Menulikan semua orang, Taeyong membiarkan bus berjalan, sementara netranya sekarang menangkap sosok Seulgi yang berusaha melepaskan diri, namun sia-sia.

Tubuh Seulgi terseret, beberapa kali terlindas bus akibat pakaiannya yang tersangkut dengan erat, sebelum akhirnya kain pakaiannya robek dan menyisakan Seulgi yang kemudian terbentur cukup keras ke aspal.

Taeyong tahu, nyawa Seulgi tak akan tertolong.

"Mempertanyakan keadilan Tuhan, adalah kesalahan terbesar yang kau buat dalam hidupmu, Seulgi."

FIN


MYTH SERIES (2) - NCT [finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang