Werewolves: be careful when the full-moon comes.
██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██
In Author's Eyes...
Doyeon tidak pernah merasa begitu bangga karena sudah jadi one of the most-wanted girl di sekolah. Dia juga tidak pernah menginginkan hal semacam itu. Bagi Doyeon, cukuplah dia hidup sebagai gadis biasa-biasa saja di sekolah, dan lulus dengan prestasi yang memuaskan.
Tapi tampaknya hal yang sama tidak berlaku lagi sejak Moon Taeil muncul.
Kenapa? Karena pemuda—yang katanya punya senyum paling memikat di sekolah—itu sudah membuat Doyeon kehilangan keinginannya untuk sekedar berangkat ke sekolah.
Taeil itu menakutkan, Doyeon benci pemuda itu. Satu kesimpulan singkat diutarakan Doyeon pada sahabatnya, Yoojung—yang juga punya pendapat bahwa senyum Taeil itu begitu memikat—dan berujung sebuah ucapan tidak masuk akal dari Yoojung.
"Hati-hati, banyak orang bilang kalau benci itu bisa berubah jadi cinta."
Sialan. Doyeon sekarang sanggup memasang ekspresi paling datar yang dimilikinya.
Memangnya Doyeon mau masuk dalam jajaran panjang gadis-gadis yang terpesona pada Taeil?
"Aku lupa kalau kita pulang ke arah yang sama." sebuah suara terdengar, tidak perlu Doyeon melempar pandang untuk mengetahui siapa pemiliknya.
Sudah pasti Moon Taeil, yang memang rumahnya hanya berjarak beberapa blok dari rumah Doyeon, dan secara otomatis sering membuat mereka berpapasan saat akan berangkat atau pulang dari sekolah.
"Aku akan mengambil jalan memutar." Doyeon berucap singkat.
Sebuah tawa pelan kini terdengar. Demi Tuhan, Doyeon yakin Taeil tengah memamerkan sebuah ekspresi yang pasti akan membuat gadis-gadis di sekolahnya menjerit kagum.
"Banyak anak-anak di kelas bilang kau sangat cantik karena sering tersenyum. Kenapa aku tidak pernah melihatmu tersenyum sekali pun ya?" Taeil menggumam.
Doyeon akhirnya melemparkan pandang, menatap pemuda itu sebelum ia berucap.
"Dengar, Moon Taeil. Aku tahu kau masih kesal setengah mati padaku karena insiden di ruang kesehatan minggu lalu. Tapi tidakkah kau berlebihan? Terus menggangguku di sekolah, bahkan mengerjaiku, kau sangat kekanak-kanakkan, kau tahu?" Doyeon muntab, terungkaplah sudah alasan yang membuat gadis itu mengikrarkan diri sebagai seorang yang membenci Taeil.
Tentu Doyeon ingat bagaimana minggu lalu, saat ia akan ke ruang kesehatan bersama guru PE-nya—karena Doyeon hampir pingsan di lapangan—ketidak sengajaan Doyeon membuka pintu ruang kesehatan berakibat fatal bagi Taeil.
Jelas-jelas Doyeon mendapati pemuda itu tengah berciuman dengan seorang gadis, dan karena guru PE juga menyaksikan hal tersebut, Taeil akhirnya mendapat skors selama tiga hari, plus tidak diizinkan untuk mengikuti ujian praktek sekolah mereka.
Jangan tanya apa akibat kejadian di hari itu, Taeil berubah jadi sosok paling mengganggu di mata Doyeon. Entahlah, mungkin Taeil berpikir jika kejadian hari itu adalah sebuah kesengajaan, atau mungkin Doyeon yang terlalu tidak beruntung.
"Ah, ternyata kau cantik juga kalau marah ya. Pantas saja semua orang sekarang membicarakanku karena kejadian itu. Semua orang pasti percaya kalau Kim Doyeon yang jadi saksi kejadian seperti itu." Taeil berucap.
Doyeon mengabaikan pemuda itu, dan malah sibuk menatap langit gelap malam yang kosong. Sungguh, keadaan seperti ini lah yang paling dibenci Doyeon, merasa bersalah.
Memang sih, kejadian tempo hari adalah kesalahan Taeil sendiri, siapa juga yang nekad berciuman di ruang kesehatan sekolah kalau bukan pemuda itu? Tapi diskorsnya pemuda itu, dan ucapan-ucapan meledek yang dilontarkan murid-murid di sekolah pada Taeil adalah alasan yang membuat Doyeon lantas merasa bersalah.
"Maaf." gadis itu akhirnya menemukan suaranya.
Taeil terdiam. Dikiranya, Doyeon akan mengeluarkan kemarahan lain, atau malah terus mengabaikannya, sebuah ucapan maaf adalah hal yang tidak diduganya.
"Untuk apa?" Taeil tanpa sadar bertanya.
Doyeon menatap pemuda itu sejenak. "Maaf untuk semua yang terjadi padamu karenaku." tuturnya, tulus.
Doyeon kemudian merajut langkah meninggalkan halte tempat ia sedari tadi bicara dengan Taeil. Dengan langkah cepat gadis itu berjalan menyusuri jalanan kosong, sementara Taeil masih berdiri di tempat yang sama, menatapnya dalam diam.
"Kim Doyeon!" Taeil akhirnya berteriak memanggil, disusulnya Doyeon yang sudah menjauh dengan beberapa lari kecil.
"Apa lagi?" Doyeon menoleh, mendapati Taeil sudah menjajari langkahnya.
"Ayo pulang bersama." ujar Taeil membuat Doyeon terdiam. "Bukannya kau masih kesal padaku?" tanyanya dijawab Taeil dengan gelengan pelan.
"Aku ingin berteman denganmu."
"Apa?" Doyeon tidak salah dengar bukan?
Taeil tersenyum.
"Orang-orang bilang dengan berteman kita bisa saling berbagi rahasia." tuturnya.
"Memangnya kita cukup dekat untuk berbagi rahasia?" Doyeon balik bertanya, dahinya berkerut akibat tidak mengerti maksud ucapan Taeil sekarang.
"Apa kita harus dekat?" Taeil bertanya dengan polos.
Doyeon menatap pemuda itu sejenak, sebelum ia akhirnya menggeleng pelan.
"Lupakan saja," gumamnya, merajut langkah meninggalkan Taeil.
Langkah Taeil terhenti, tatapannya kini terarah pada langit gelap yang menjadi satu-satunya naungan. Sekon selanjutnya, ia memandang Doyeon lagi.
"Doyeon-ah, kau percaya Werewolves?" tanyanya berhasil menghentikan langkah Doyeon.
Gadis itu berbalik, ditatapnya Taeil dengan penuh tanda tanya.
"Kenapa akhir-akhir ini banyak yang bertanya hal aneh padaku? Kemarin Yoojung bertanya tentang Elf, dan sekarang kau bertanya tentang Werewolves. Kau tahu hal-hal semacam itu tidak ada bukan?"
Sudut bibir Taeil terangkat membentuk senyuman.
"Hey, jangan begitu. Elf itu ada." Taeil berucap ringan sebelum ia melanjutkan, "Werewolves itu juga ada."
Doyeon menatap dengan ekspresi datar.
"Mereka hanya legenda. Hanya anak-anak yang percaya kalau mereka ada." simpulnya.
"Bagaimana kalau aku buktikan?" Taeil melangkah mendekat masih dengan senyum yang sama di wajahnya.
"Bagaimana kau akan membuktikannya? Membawaku ke hutan saat bulan purnama?" sahut Doyeon setengah meledek.
"Sekarang juga bulan purnama." Taeil menunjuk ke langit, memang, bulan purnama tampak samar-samar bersembunyi di balik lindungan awan.
"Baiklah, jadi kita akan ke hutan?" Doyeon masih berucap dengan nada meledek.
"Kenapa harus jauh-jauh ke hutan?" ujarnya.
Doyeon sudah akan kembali mengutarakan komentar tajam saat ia sadar ada yang salah.
"T-Taeil! Kau—"
Semua kata-kata yang ingin Doyeon teriakkan keluar dari mulutnya kini tertahan di tenggorokan. Lidahnya mendadak kelu, saat Taeil yang ada di hadapannya berubah ketika bulan mengintip dari persembunyiannya sedari tadi.
"Kenapa? Tadi kau bilang kau tidak percaya tentang Werewolves."
FIN
KAMU SEDANG MEMBACA
MYTH SERIES (2) - NCT [finished]
FantasyDracula, Elf, Medusa, Mermaid... ah, semua makhluk-makhluk yang dianggap tidak nyata itu, bisakah kalian percaya jika mereka benar-benar ada? Well, cerita ini akan memberikan kalian beberapa cerita pendek tentang makhluk-makhluk fiktif tersebut. Thi...