Mermaid: cursed creatures in blessing way, beautiful, but deadly.
██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██
In Author's Eyes...
Entah sudah berapa lama Yeri duduk termenung di pinggir pantai, mengabaikan dinginnya angin malam yang menusuk hingga ke tulang, gadis itu menjadikan lengannya sebagai pertahanan paling ampuh.
Sesekali gadis itu menarik dan menghembuskan nafas panjang, berharap angin membawa serta beban yang sekarang dipikulnya.
Yeri menatap kedua kakinya bergiliran, untuk kemudian melemparkan pandangan ke arah sebuah kursi roda tak jauh dari tempatnya duduk, tak lama, suara isakan lembut terdengar lolos dari bibir Yeri.
Awalnya terdengar biasa saja, sampai tangisan gadis itu berubah memilukan, menusuk hati siapa saja yang mendengarnya.
Oh, jangan bicara tentang siapa yang mendengar tangisan gadis itu. Yeri tentu tahu benar tak ada seorang pun yang mendengarnya sekarang. Meskipun rumahnya terhitung tidak jauh dari pantai, tapi larutnya malam tentu jadi alasan tak ada seorang pun yang akan mendengarnya sekarang.
Geram, Yeri meraih sebuah batu di dekatnya, berniat menghantam kakinya—yang tak lagi bisa merasakan apapun.
"Seharusnya kau mati saja... Kim Yeri..." umpatnya pada diri sendiri, terdengar nada sedih meski ia mengucapkan kalimat yang menakutkan.
Yeri akhirnya menghela nafas, melemparkan batu di tangannya ke arah lautan lepas, menciptakan riak air yang cukup keras dan dominan. Sekon selanjutnya, Yeri terkesiap kala riak air lain terdengar, begitu berisik, dan sangat dekat dengannya.
Yeri mengedarkan pandangan, sekedar mencari sumber suara kala didapatinya kilauan perak cantik memantulkan cahaya rembulan di dekatnya, sangat cantik, hingga mampu membius Yeri selama beberapa sekon.
Penasaran, Yeri bergerak merangkak, menggeser tubuhnya meski tahu pakaiannya akan kotor karena pasir. Ia tak lagi bisa menggunakan kedua kakinya, ia harus bagaimana jika tidak mengorbankan pakaian untuk beradu dengan pasir.
Butuh beberapa menit bagi Yeri untuk berhasil mendekati kilau silver yang menarik perhatiannya. Saat gadis itu sadar, dinginnya air sudah menyambut tubuh, membuatnya terkesiap karena sedari tadi ia tak sadar ia telah menyeret diri untuk turun ke pantai, membiarkan diri terkena sapuan gelombang kecil pantai.
Bunuh diri.
Yeri tahu ia pasti dikira tengah bunuh diri.
Lekas, Yeri menarik tubuhnya menjauhi air. Alangkah terkejutnya Yeri ketika dingin tiba-tiba menyengat tungkainya, membuatnya melemparkan pandangan ke arah air—tidak.
Seseorang di sana, tak tampak jelas dalam pandangan Yeri, tapi ia yakin sesuatu tengah menyeretnya dan—
"Ugh!"
Yeri tentu tak cukup cepat untuk menghindari serangan apapun. Keadaan menyedihkannya begitu mendukung untuk membuatnya jadi korban akan apapun. Termasuk sekarang, saat Yeri berusaha beradaptasi dengan air yang menenggelamkannya, sementara tubuhnya meronta kedinginan ingin menyelamatkan diri.
Yeri bahkan tak bisa bergerak karena seseorang menahannya.
Benar, seseorang menahannya.
Yeri membuka mata, mendapati sepasang silver menyambut pandangannya. Netra seseorang, tengah menatap miliknya, menguncinya hingga sanggup membuat Yeri menghentikan semua usaha penyelamatan diri yang tadi ia lakukan.
Hal yang lebih mengejutkan Yeri, adalah kilau perak yang berpendar di dekatnya. Sisik. Yeri mengenali kilau itu dari bagian bawah tubuh sosok pemuda yang sekarang menahannya di dalam air.
Sialnya, Yeri tak lagi bisa bertahan saat air mulai memenuhi rongga parunya, gadis itu memejamkan mata, kembali meronta ingin dilepaskan sampai akhirnya—
Ia tak lagi sadar.
██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██
"Yeri! Yeri!"
"Uhuk! Uhuk!"
"Dingin!" hampir Yeri berteriak histeris, segera direngkuhnya tubuh saat dingin menusuk kulit, tapi Yeri tersentak saat pakaiannya terasa basah.
Yeri menatap sekitarnya, beberapa orang yang tinggal di dekat rumahnya kini mengelilingi, menatapnya dengan berbagai macam ekspresi.
"S-Sooyoung Unnie?" dikenalinya sosok Park Sooyoung, sang sahabat, ada di sana, menahan tangis.
"Kau gila huh!? Sudah kubilang jangan duduk di tepi pantai! Untung saja seseorang menyelamatkanmu saat kau tenggelam!" Sooyoung berteriak histeris, menangis sejadi-jadinya.
Yeri sendiri tercenung. Dirinya? Tenggelam?
Ingatan terakhirnya adalah ia ditarik seseorang yang—
"Aku akan mengantarkannya ke rumah." pasrah, Yeri bahkan membiarkan tubuh lemahnya yang menggigil digendong oleh seseorang, sementara ia masih berusaha keras mengingat apa yang sudah terjadi pada dirinya.
"Aku tidak tenggelam..." gumam Yeri tanpa sadar.
"Kau memang tidak tenggelam."
Yeri tersentak, melemparkan pandang pada sosok yang menyahuti ucapannya dan sekarang tengah menggendong tubuhnya.
"K-Kau!" nafas Yeri tercekat.
Pemuda ini, ya, pemuda yang semalam dilihatnya di dalam air. Pemuda itu tersenyum pada Yeri, menatap penuh makna sebelum ia mendekatkan wajahnya ke telinga Yeri, membuat gadis itu beringsut menjauh.
"Kau sudah ingat kejadian semalam?"
"J-Jadi... semalam... kau..." Yeri melirik ke tanah, cukup yakin pemuda ini tengah berjalan, dan tak ada sisik silver berkilau yang semalam Yeri lihat!
"Namaku Jaehyun, ngomong-ngomong. Mulai sekarang, kalau kau ingin menangis di pantai, kau bisa memanggilku. Aku pasti menemanimu. Jangan beritahu siapa-siapa tentangku, itu rahasia kita berdua saja." pemuda itu, Jaehyun menghentikan kalimatnya sejenak untuk mengawasi ekspresi Yeri yang masih membeku.
"Ah, sudahlah." Jaehyun tersenyum simpul, "kalau aku terus bicara, kau mungkin akan pingsan lagi seperti semalam, Yeri-ah."
FIN
KAMU SEDANG MEMBACA
MYTH SERIES (2) - NCT [finished]
FantasyDracula, Elf, Medusa, Mermaid... ah, semua makhluk-makhluk yang dianggap tidak nyata itu, bisakah kalian percaya jika mereka benar-benar ada? Well, cerita ini akan memberikan kalian beberapa cerita pendek tentang makhluk-makhluk fiktif tersebut. Thi...