WEREWOLF [2]

1.8K 325 30
                                    

In Author's Eyes...

Doyeon tidak ingin pergi ke sekolah.

Demi Tuhan, semalam bagaikan mimpi buruk bagi gadis Kim itu. Jadilah sekarang, ia menghabiskan sarapannya dengan super lambat, tujuannya hanya satu: terlambat.

Doyeon ingin terlambat sampai di sekolah supaya tidak harus melihat Taeil dimana pun.

"Doyeon-ah! Kau berangkat denganku tidak?" teriakan Doyoung—kakaknya—menggema dari ruang tamu rumah mereka.

"Tidak! Aku berangkat naik bus!" Doyeon menyahut.

Derap langkah Doyoung terdengar menghampiri, sementara Doyeon sendiri masih sibuk menghabiskan sarapannya dengan kecepatan seminimum mungkin.

"Kau itu, mau kulaporkan ke Eomma, huh?" Doyoung lantas mengomel, ditatapnya Doyeon dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Memangnya kenapa?" alis Doyeon terangkat, tidak mengerti dengan maksud ucapan Doyoung sekarang. "Aku naik bus dengan uangku sendiri." sambungnya, mengira jika Doyoung mungkin menuduhnya mengambil uang dari saku seragam sang kakak diam-diam.

"Aku tidak bicara tentang uang." Doyoung berucap sebal.

"Lalu apa lagi?" Doyeon menggerutu, dihabiskannya segelas susu dengan cepat, ingin lekas mengakhiri omelan sang kakak yang jika dibiarkan, bisa menyaingi omelan ibunya.

"Bilang saja kalau kau mau berangkat dengan kekasihmu!"

Hampir saja Doyeon tersedak karena ucapan Doyoung sekarang.

"Kekasih apa?!" ujarnya tidak terima.

"Itu! Lihat saja di depan, sudah ada yang menunggumu." Doyoung berucap, jemarinya menunjuk dengan sebal ke arah ruang tamu.

Sejenak, Doyeon mengerjap tak mengerti. Kekasih apa sih yang Doyoung bicarakan sekarang? Doyeon kan—

"Taeil!" tanpa sadar Doyeon berseru panik, ditariknya tas yang sejak tadi bertengger di kursi kosong yang ada di sebelahnya sebelum ia berlari kecil ke depan, mengabaikan ekspresi Doyoung yang sekarang terlongo tak percaya.

Demi Tuhan, Doyeon baru saja mengabaikan omelannya demi seorang pemuda bernama Taeil!

"Kim Doyeon! Akan kuadukan kau ke Eomma!"

Doyeon lekas mengenakan sepatunya, melangkah kelewat panik keluar dari rumah untuk sekedar memastikan kalau sosok yang dibicarakan Doyoung memang benar sesuai dugaannya.

"Kukira kau akan membolos." nada lembut segera menyambut rungu Doyeon—yang sekarang berdiri dengan rahang terbuka.

"K-Kenapa kau di sini? Bagaimana kau tahu rumahku? Apa kau menguntitku semalam? Kenapa kau ada di sini dan bukannya di sekolah?" pertanyaan Doyeon segera memberondong, membuat sudut bibir sang pemuda—Taeil—terangkat membentuk senyuman.

"Kenapa? Memangnya kau berniat datang terlambat ke sekolah?" tanya Taeil lagi-lagi menohok.

Ya, memang, tadinya Doyeon berniat tidak masuk sekolah, tapi karena omelan Doyoung selama satu jam lebih, akhirnya niat Doyeon berubah menjadi terlambat datang ke sekolah.

Oh, sungguh. Ingatkan Doyeon kalau sekarang ia berhadapan dengan Taeil. Pemuda yang diketahuinya sebagai manusia jelmaan serigala yang semalam ditinggalkannya lari terbirit-birit karena ketakutan.

"Kau benar-benar menguntitku semalam?" tanya Doyeon dengan mata menyipit.

Taeil menyandarkan tubuhnya di pagar rumah Doyeon dengan santai. Ditatapnya sang gadis Kim yang sekarang menunggu jawabannya.

"Kau tahu, penciuman kami sangat tajam." ujarnya santai, sementara jangan ditanya seperti apa ekspresi Doyeon sekarang, gadis itu sudah ambil ancang-ancang untuk berlari lagi.

"Apa ini rencana balas dendam lagi karena kejadian tempo hari?" selidik Doyeon akhirnya.

Taeil mengerjap cepat. Entah mengapa, ucapan Doyeon seringkali diluar dugaannya.

"Apa aku terlihat seperti akan balas dendam?" tanya Taeil.

"Ya, kau terlihat seperti itu."

Lagi-lagi Taeil tersenyum. Diulurkannya tangan pada Doyeon sementara gadis di depannya masih menatap tidak mengerti.

"Apa?" tanya Doyeon.

"Kau tidak mau berlari? Sebentar lagi kakakmu akan keluar dan mengomel." tutur Taeil.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Tawa pelan lolos dari bibir Taeil.

"Karena aku berbeda, aku bisa tahu. Ayo, kau tidak mau diomeli kakakmu seharian kan?" Taeil masih menunggu Doyeon meraih uluran tangannya.

"Dan bagaimana bisa aku percaya kau tidak akan mengerjaiku kali ini?" Doyeon bertanya dengan nada menuntut.

"Bukankah kita berteman?" Taeil bertanya, sungguh, dahi Doyeon sekarang berkerut bingung karena ucapan Taeil. Ia bahkan tak bisa menebak apa yang—

"Kim Doyeon! Kemari kau!"

—Taeil ingin utarakan sebenarnya.

"Ayo pergi, Taeil-ah!" serta-merta Doyeon meraih uluran tangan Taeil. Ditariknya pemuda tersebut untuk berlari menjauh dari rumah, tanpa sadar, membiarkan dirinya jatuh dalam genggaman sang pemuda.

"Doyeon-ah! Jangan menyesal karena sudah meraih uluran tanganku!" Taeil berseru di tengah-tengah lari mereka.

"Apa?" Doyeon berbalik sejenak, sekedar memastikan ekspresi yang Taeil pasang sekarang sementara pemuda tersebut menatap dengan senyum lembut khas miliknya.

"Siapa pun yang sudah menggenggam tanganku tidak akan pernah kulepaskan."

FIN

MYTH SERIES (2) - NCT [finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang