MERMAID [2]

1.9K 326 14
                                    

In Author's Eyes...

Yeri tidak ingin keluar dari rumah. Bayangan pemuda berparas sempurna yang tempo hari diingatnya muncul dalam air dengan wujud mermaid sungguh membuat Yeri takut. Tapi, ia juga bosan terjebak di rumah, tanpa bisa melakukan apa-apa.

Ada hal yang lebih membuat Yeri merasa takut, eksistensi pemuda bernama Jaehyun itu. Kalau benar, pemuda itu adalah seorang mermaid, itu artinya Yeri tidak bisa seenaknya menangis di tepi pantai lagi.

Bayangan kesendirian segera menyergap Yeri, membuatnya terpaksa harus menarik dan menghembuskan nafas panjang—hal yang seringkali dilarang oleh mendiang ibunya—sebelum akhirnya gadis itu menatap ke luar jendela kamarnya, memandang hamparan biru yang memanggil di luar sana.

Yeri kemudian menggulirkan roda kursinya, perlahan, mendekati jendela, ingin melihat panorama indah di luar sana yang bisa membuang sedikit kekhawatiran juga beban yang selalu hinggap di benaknya.

Ingatan tentang kecelakaan yang menimpanya juga mendiang ibunya beberapa bulan lalu kini tak lagi bisa membayangi.

Membuat Yeri ingin mengumpat diri sendiri lantaran menjadi satu-satunya yang selamat dalam kecelakaan maut yang sudah merenggut nyawa orang-orang yang paling ia cintai, ibu dan kakaknya, sementara ia tak lagi bisa ingat kejadian mengerikan itu.

Tanpa sadar, likuid bening lagi-lagi menerobos pertahanan Yeri, membuatnya terisak dengan menyedihkan dan bahkan tak lagi malu jika seseorang mungkin melihatnya—

"Jadi kau sekarang lebih suka menangis di dalam kamar, ya."

—menangis.

Yeri terkejut bukan kepalang, segera diusapnya air mata yang sempat membasahi wajah sebelum gadis Kim itu menolehkan pandang.

"K-Kenapa kau ada di sini?" tanyanya terkejut, pemuda berparas sempurna yang tadi sempat ia pikirkan sekarang sudah berdiri di luar jendela, menyandarkan diri dengan santai di dinding kayu yang jadi penahan rumah sang gadis.

"Melihatmu menangis." Jaehyun menjawab dengan tenang.

Yeri terdiam sejenak, sebelum sekon selanjutnya ia sadar, ia tidak seharusnya melupakan kejadian mengerikan itu jika saja tempo hari ia tidak tenggelam.

"Apa yang sudah kau lakukan?" Yeri akhirnya bertanya.

"Apa?" Jaehyun menatap dengan alis terangkat.

"Kenapa aku tidak bisa mengingatnya? Kenapa aku tidak bisa ingat kecelakaan yang sudah menimpaku?" tanya Yeri dengan nada menuntut.

Jaehyun kini terdiam, ditatapnya sepasang bola mata yang berkaca-kaca di hadapannya sebelum ia menghela nafas panjang dan lantas berucap.

"Banyak orang percaya, kalau mermaid adalah pembawa bencana, pembawa kesedihan. Kau tahu sendiri aku tidak membawa kesedihan bukan?" bukannya menjawab pertanyaan Yeri, Jaehyun malah berkelakar sendiri.

Cukup lama Yeri terdiam, ingin mengiyakan, tentang mitos yang orang-orang percaya tentang bencana, kematian, kesedihan, yang kerapkali dibawa oleh para mermaid saat mereka muncul.

"Kami sebenarnya membawa pergi kesedihan, seperti yang kulakukan padamu." Jaehyun lagi-lagi bertutur, seolah tak memberi Yeri kesempatan untuk berpikir jernih, ia lantas melangkah mendekati sang gadis.

"Saat di dalam air, bukankah rasa sakit karena kehilangan kaki yang membuatmu menderita bisa hilang?" tanyanya lembut, membius Yeri dalam kebisuan yang berangsur-angsur mendominasi.

Keduanya kini terdiam, hanya suara gelungan ombak dan angin yang terdengar, sementara Yeri masih menatap sang pemuda dalam diam.

"Kenapa? Kenapa kau membawa rasa sedihku pergi? Aku tidak ingin melupakan rasa sedihku, aku tidak ingin lupa alasan yang membuatku menderita. Aku bahkan ... merasa diriku begitu bodoh dan tidak tahu malu karena sudah melupakan kejadian itu. Aku—"

Ucapan Yeri terhenti kala telunjuk Jaehyun bersarang di bibirnya. Ditatapnya sang gadis dengan tatapan sendu.

"Apa kau ingin mengingatnya lagi?" tanya Jaehyun sejurus kemudian.

"Ya ..." lirih Yeri.

Kedua tangan Jaehyun kini bergerak menangkup kedua pipi Yeri, menatap sang gadis tepat di kedua manik mata sebelum berangsur-angsur, tatapan Yeri membulat, terkejut bukan kepalang saat kilasan kejadian menyakitkan itu tiba-tiba saja datang bertubi-tubi dalam benaknya.

Menghancurkan pertahanan yang sempat diciptakan Yeri tadi, membuatnya kembali menangis tersedu-sedu. Dengan tangan yang gemetar, Yeri menjauhkan kedua tangan Jaehyun darinya, melepaskan kontak fisik yang tadi sempat tercipta.

"Bagaimana bisa? Bagaimana kau bisa menunjukkannya padaku?" tanya Yeri dengan suara bergetar.

Jaehyun tersenyum lembut. "Apa kau tahu alasan yang membuat nyanyian mermaid selalu terdengar menyedihkan dan menyayat hati?" tanyanya.

"Kenapa? Karena kalian—" lagi-lagi Yeri terhenti, disadarinya sebuah fakta yang selama ini disalah artikan oleh manusia.

"Kesedihan yang kalian bawa pergi dari manusia ... apa mungkin ..."

Jaehyun mengangguk. "Kami yang membawanya, menjadikan kesedihan itu bagian dari memori kami. Manusia tidak harus merasa sedih lagi, karena kami, para mermaid, yang akan merasa sedih atas kenangan buruk mereka."

"Jadi ... ingatanku ... kau yang membawanya?"

"Ya, Yeri-ah ... Bukankah sudah kukatakan, kau boleh memanggilku jika ingin menangis lagi? Aku tidak keberatan untuk datang dan menunjukkan kenanganmu saat kau ingin."

Yeri kini terdiam. Ditatapnya paras sempurna tersebut tanpa sanggup berkata-kata. Sementara air mata yang tadi sempat membasahi wajahnya kini mengering karena angin, entah mengapa, ia merasa iba pada sosok sempurna ini.

"Apa kalian tidak lelah?" tanya Yeri kemudian.

"Membawa semua kesedihan? Tidak, kesedihan ... memang jadi kutukan bagi kami."

"Lalu ... bagaimana kalian bisa bahagia jika semua kenangan buruk ada pada kalian?" tanya Yeri lagi.

Jaehyun menghela nafas panjang. "Kami selalu hidup sendiri, mengabaikan satu sama lain. Membawa kesedihan yang sudah kami renggut, sebelum akhirnya mati karena kenangan buruk itu sendiri."

"Tidak ada yang ingin membagi kebahagiaan mereka, Yeri-ah. Tidak ada yang ingin kehilangan kebahagiaan, walaupun sedikit."

Lagi-lagi, penuturan Jaehyun berhasil membuat kabut bening menutupi pandangan Yeri. "Jadi ... kalian akan mati karena kesedihan?"

Sebuah anggukan Jaehyun berikan sebagai jawaban.

"Kalau begitu, aku akan menemanimu, menciptakan kebahagiaan, agar kau tidak mati karena kesedihan." tutur Yeri.

"Apa?" Jaehyun menatap tidak mengerti.

"Bukankah kau juga ingin bahagia?"

"Tapi ... kenapa? Kenapa kau ingin membantuku?" tanya Jaehyun.

"Anggap saja ... ucapan terima kasihku, karena kau sudah mengurangi rasa sakit yang aku rasakan."

FIN

MYTH SERIES (2) - NCT [finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang