ELF [2]

1.7K 329 46
                                    

In Author's Eyes...

"Yoojung-ah! Kau dengar aku, tidak?" jantung Yoojung hampir saja melompat keluar dari persinggahan kala dengan tidak tahu dirinya Doyeon bertanya menggunakan nada tinggi tepat di telinga gadis tersebut.

"Iya, iya! Aku dengar!" Yoojung membentak.

Ditatapnya Doyeon yang sekarang melipat kedua tangan di depan dada, sepertinya, Doyeon sedang benar-benar kesal.

"Jadi, apa Taeil seburuk itu?" Yoojung memulai konversasi, seingatnya tadi, Doyeon sedang bercerita padanya tentang bagaimana Taeil bisa tiba-tiba saja muncul di depan rumahnya, dengan tambahan, membawanya berlari dari Doyoung.

Tentu saja Yoojung sekarang tidak mengerti apa yang jadi sumber kekesalan Doyeon, Taeil yang muncul tiba-tiba, atau amukan Doyoung saat ia pulang nanti.

"Lagipula, dia itu lucu sekali! Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja datang ke rumah. Bisa-bisa aku kan habis dimarahi oleh Doyoung!" Doyeon berkelakar.

Sekarang, alis Yoojung berkerut bingung.

"Doyeon-ah, sebenarnya, yang membuatmu ini kesal, kakakmu atau Taeil?" tanyanya tidak mengerti.

Doyeon menatap sahabatnya dengan ekspresi paling kesal. Seolah pertanyaan Yoojung adalah pertanyaan paling konyol yang tidak perlu dijawabnya.

"Keduanya, sekarang, kau juga membuatku kesal!" ujar Doyeon berhasil membuat Yoojung terlongo.

"Apa salahku?" tanya Yoojung dengan ekspresi tidak berdosa.

Melihat bagaimana Doyeon meninggalkannya tanpa bicara apapun, Yoojung juga tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Pasalnya, Doyeon tidak pernah terlihat sekesal ini sebelumnya.

"Apa-apaan Doyeon itu ... semalam dia kesal padaku karena aku tidak mengangkat telepon. Sekarang, dia kesal pada kakaknya dan Taeil, tapi aku yang jadi sasaran. Memangnya apa salahku?" Yoojung menggerutu, bibir gadis mungil itu lantas mengerucut menahan kesal.

Tentu saja ia juga kesal karena kemarahan membabi-buta Doyeon padanya.

"Mungkin dia kesal karena kau sedari tadi melamun." sebuah suara berucap menyahuti omelan Yoojung.

Sang gadis Choi lantas mendengus. "Memangnya apa salahnya melamun? Melamun juga hak asasi manusia." ujarnya membalas.

"Entahlah, memangnya kenapa kau melamun? Apa kau masih penasaran padaku?"

Baru saja Yoojung akan buka mulut, ia terhenti, dengan terlongo ia memutar pandangan, seperti sebuah déjà vu, saat ia bicara sendirian sementara ia yakin jika telinganya mendengar seseorang menyahuti, gadis itu sampai memandang atap gedung tempatnya bernaung sekarang.

"Wah, aku pasti terlalu banyak mendengar ocehan Doyeon ..." ujarnya, memilih menggeleng kuat-kuat guna menghapus imajinasi tentang suara familiar sosok yang ia temui tempo hari.

"Aku tidak tahu kalau tempat manusia seperti ini, tidak rugi juga aku mengikutimu." lagi-lagi suara yang sama.

Sekarang, Yoojung dengan hati-hati menatap tiap sudut yang dirasanya bisa dijadikan tempat bagi seseorang untuk bersembunyi sebelum seseorang lagi-lagi mengejutkannya dengan tepukan di bahu.

"Tidak! Berhenti menakutiku!" refleks Yoojung mencekal lengan sosok yang baru saja menepuk bahunya.

Gadis itu menoleh cepat, menatap pemuda yang sekarang terlongo lantaran kontak fisik yang baru saja tercipta antara dirinya dan seorang gadis manusia.

"Bagaimana kau bisa muncul seenaknya? Kata Doyeon, elf itu pasti ada di hutan, apa kau elf versi terbaru? Sampai bisa seenaknya muncul di sekolah?" tuntut Yoojung mengabaikan ekspresi terkejut pemuda di hadapannya.

Sang pemuda—Ten—menatap Yoojung kaku sebelum ia berucap ringan.

"Kami bisa muncul dimanapun, asalkan ada tumbuhan." ujarnya, tidak dengan nada penuh percaya diri yang tadi ia gunakan saat menggoda Yoojung, kini, kekesalan gadis mungil itu malah mendominasi.

"Nah, berarti kau pasti elf versi terbaru. Aku sudah mencari tentang elf di internet. Mereka bilang elf itu hanya ada di hutan!" Yoojung berucap, satu tangannya kini bergerak menyentuh beberapa bagian tubuh Ten dengan santai—tanpa peduli ekspresi Ten yang sekarang makin kaku.

"A-Aku bisa muncul asal ada tumbuhan, Yoojung." tuturnya.

"Tidak mungkin. Dan juga, dari internet aku tahu elf itu bagian dari hutan, jadi mereka tidak mungkin berbentuk sepertimu, tahu! Jangan-jangan kau itu thumbelina!" sentak Yoojung.

Ten menatap gadis di depannya dengan berbagai macam ekspresi, sebelum akhirnya ia berucap. "Siapa itu thumbelina? Dan ... siapa internet?" tanyanya.

Yoojung menggigit bibir lantaran menahan kesal. "Thumbelina itu adalah gadis cantik yang ukurannya hanya sebesar ibu jari!" Yoojung lantas memamerkan jari mungilnya di depan wajah Ten, "dan internet itu kecanggihan zaman sekarang." sambungnya.

Ten menyernyit. Dua istilah yang begitu mudah diucapkan Yoojung sekarang justru sangat baru baginya.

"Yoojung, kurasa ... thumbelina itu hanya sebuah dongeng."

"Wah, tidak mungkin! Kalau thumbelina dongeng, berarti elf juga dongeng." bantah Yoojung tidak terima.

Berusaha santai menghadapi gadis mungil yang sekarang memojokkannya, Ten lantas kembali berucap. "Kalau kau percaya thumbelina ada, tidak apa-apa. Aku bisa mengubahmu menjadi thumbelina, cantik, dan berukuran sekecil ibu jari. Kau mau?" tawar Ten serta-merta membuat Yoojung mematung.

"Kenapa mau mengubahku?" tanyanya ternganga.

"Kau bilang, thumbelina ada. Kau tidak percaya padaku bukan? Thumbelina hanya sebuah dongeng. Kecuali kalau kau tidak keberatan untuk jadi thumbelina pertama."

"Ya! Kau gila huh!?" hampir saja Yoojung menjerit karena takut sekaligus tidak percaya. Sekarang, kekesalannya pada Doyeon dan sikap anehnya malah berujung pada luapan emosi pada Ten.

"Aku tidak gila, Yoojung. Dan ... kalau kau tidak keberatan, apa kau ... bisa sedikit menjauh dariku?" pertanyaan Ten membuat Yoojung tersadar.

Oh, demi Tuhan. Ingatkan Yoojung untuk tidak melompat dari gedung sekolah karena sekarang ia sadar ia sudah melakukan hal yang sangat memalukan!

Bagaimana bisa ia tidak sadar kalau sedari tadi ia mengurung Ten dengan kedua lengan pendeknya di tembok? Membuat pemuda itu dengan pasrah mendengar semua amukannya sementara ia sendiri teramat santai mengurung sang pemuda layaknya adegan romantis dalam film?

"Aku sepertinya mengganggu kalian berdua." sebuah suara lagi-lagi masuk dalam pendengaran Yoojung.

Dialihkannya pandangan dengan menahan malu, dan pandangannya sekarang bertemu dengan sosok Moon Taeil, yang berdiri tak jauh dari mereka, menatap dengan senyum di wajah.

"Taeil! Oh! Sungguh! Aku bisa—"

"Santai saja, Yoojung-ah. Anggap saja aku tidak melihat apapun." ujar Taeil, mengangkat bahu acuh sebelum ia melangkah pergi.

"Ini semua karenamu!" Yoojung menunjuk Ten dengan penuh amarah.

"Kenapa jadi salahku?" tanya Ten membuat Yoojung teringat pada pertanyaannya pada Doyeon tadi.

Mengapa keadaan sekarang jadi berbalik?

"Tunggu, bukankah elf tidak bisa dilihat oleh manusia? Dulu, Doyeon juga tidak melihatmu, tapi kenapa Taeil bisa melihatmu? Apa kau belum di upgrade?" tanya Yoojung dengan ekspresi bingung.

Ten kini mengerjap cepat.

"Pemuda itu bukan manusia, Yoojung, tentu saja dia bisa melihatku." terangnya.

"Ah ... Begitu rupa—apa!? Moon Taeil bukan manusia!?"

FIN

MYTH SERIES (2) - NCT [finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang