Jilid 13 : Ah Liong ikut Huru-Hara

2.3K 37 0
                                    

Coan-ti-jin atau Manusia-serba tahu terkejut ketika melihat nenek Gok ayunkan tangan ke arahnya. Dia mengira kalau nenek itu tentu melontarkan senjata rahasia atau pukulan tenaga-sakti dari jauh. Tetapi ternyata tidak ada apa2.

Dia hendak berkata lagi, Tetapi sebelum sempat membuka mulut, dia menjerit kaget dan tubuhnya terpental ke udara, bum lima tombak jauhnya dia tepelanting jatuh, ke tanah. Kepalanya pusing tujuh keliling sehingga dia harus duduk pejamkan mata untuk menenangkan darahnya yang bergolak-golak.

"Bu-heng-sin-kang!" teriak Pat Hong cinjin
"Hm,-banyak cara untuk mengantar pemakaman para penghuni Taman Pahlawan Sia-sia itu. Ada yang pergi dengan lunak, ada yang harus diantar dengan kekerasan," dengus nenek Gok,
"Gok pohpoh, mengapa engkau marah kepadanya ? Apakah engkau takut ketahuan siapa dirimu ini ?" seru pertapa Pat Hong.
"Sebenarnya hal itu tak penting. Siapa diriku boleh saja kalian ketahui karena toh kalian sebentar lagi akan tinggal di Taman Pahlawan Sia-sia... "
"Jika begitu, engkau mengakui kalau Liu-ma itu adalah engkau sendiri, bukan ?" seru pertapa Pat Hong.
"Apa kepentinganmu dengan hal itu ?" nenek Gok balas bertanya.
"Tentu saja ada," sahut Pat Hong."
"Apa kepentinganmu!"
"Ketahuilah, Gok pohpoh," seru pertapa Pat Hong, "aku adalah sahabat dari Tong Kui Tik."
"Aku tak peduli dengan Tong Kui Tik atau Tong Ko Song atau Tong Bo Long segala."
"Tak peduli tetapi engkau haras peduli. Peduli pun engkau harus peduli. Karena kedatanganku kemari adalah untuk hal itu."
"O. baru kali ini ada seorang tetamu yang bertujuan lain dari lain2 tetamu," sera Gok poh poh dengan nada mengejek.
"Setelah engkau jelas," kata pertapa Pek Hong, "maka jawablah pertanyaanku secara jujur."
"Tergantung dari apa yang engkau tanyakan," sahut nenek Gok.
"Mengapa engkau menganjurkan supaya Beng Giok Lan menukarkan bayi perempuannya dengan bayi lelaki dari Tong Yan Cu."
"Apa hubunganmu dengan Tong Yan Cu ?"
"Dia adalah puteri dari sahabatku Tong Kui Tik."
"Wajar," kata nenek Gok, "Beng Giok Lan adalah isteri kedua. Untuk merebut cinta dan pengaruh dari suaminya, dia harus mempunyai anak laki2."
"Dan ternyata Beng Giok Lan berhasil merebut kasih sayang suaminya, bukan ?"
"Memang," jawab nenek Gok, "In Siu Lam lebih mencintai Beng Giok Lan daripada Tong Yap Cu."
"Mana lebih dulu yang menjadi isteri In Siu Lam," kata pertapa Pat Hong, "Tong Yan Cu atau Beng Giok Lan?"
"Tentu saja Tong Yan Cu."

"Apakah Tong Yan Cu tahu kalau suaminya mengambil Beng Giok Lan sebagai isteri juga ?"
"Tong Yan Cu menyetujui bahkan menganjurkan suaminya supaya memperisteri Beng Giok Lan."
"Jika begitu jelas Beng Giok Lan itu seorang wanita yang tak tahu budi. Air susu yang diberikan Tong Yan Cu telah dibalas dengan air tuba oleh Beng Giok Lan."

"Jangan menuduh seenakmu sendiri, pertapa gombal !" terak nenek Gok," mana engkau dapat mengetahui hati wanita. Tahukah engkau apa sebab Tong Yan Cu mengizinkan bahkan menganjurkan suaminya mengambil isteri lagi ?"
Pertapa Pat Hong tertegun lalu berkata, "Memang aku tak tahu apa tujuannya. Tetapi bukankah hal itu menunjukkan kebesaran hatinya sebagai seorang isteri ?"

'"Gombal !" teriak nenek Gok, "yang jelas sudah sepuluh tahun menikah dengan In Siu Lam, Tong Yan Cu belum punya anak. Agar suaminya jangan marah dan tetap dapat dimilikinya maka diapun menganjurkannya supaya mengambil isteri lagi. Jadi Beng Giok Lan itu hanyalah sebagai alat untuk tujuan Tong Yan Cu, mengerti ?"

"Tetapi mengapa Beng Giok Lan menukarkan bayinya dengan bayi Tong Yan Cu ?" pertapa Pat Hong masih tak puas.
"Beng Giok Lan tahu kalau dirinya diperalat oleh Tong Yan Cu maka diapun tak mau kepalang-tanggung untuk merebut kekuasaan pada rumahtangga In Siu Lam."
"Bohong !" teriak pertapa Pat Hong, "jangan engkau menggombalkan Tong Yan Cu tetapi menjunjung Beng Giok Lan diatas kepalamu. Kurasa, menilik Beng Giok Lan itu seorang wanita cantik dan berilmu silat tinggi, tak mungkin dia mau menjadi isteri kedua dari In Siu Lam kalau tak mempunyai tujuan tertentu."

"Benar!" tiba2 terdengar sebuah suara yang tandas. Yang jelas bukan dari pertapa Pat Hong maupun Coan-ti-jin.
Nenek Gok dan pertapa Pat Hong terkejut. Serempak mereka berpaling dan dari balik gerumbul pohon tampillah seorang lelaki setengah tua yang mengenakan dandanan sebagai seorang sasterawan.
"Apa yang dikatakan saudara pertapa ini memang benar. Beng Giok Lan mempunyai tujuan untuk merebut pusaka dari In Siu Lam. Bukankah ayah dari In Siu Lam itu bernama In Liat dan In Liat itu sutit (murid keponakan) dari Thiat Ci tinjin ? Ha, ha, Si ular cantik Li Gwat Go dapat meracuni Thiat Ci cinjin dan merampas tongkat pusaka Ci-thiat-ciang tetapi Li Gwat Go akhirnya mati dipaksa minum racun oleh In Liat. Tongkat pusaka itu jatuh ke tangan In Liat dan lalu diwariskan kepada puteranya si In Siu Lam itu

Blo'on Cari JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang