Huru Hara terkejut mendengar pertanyaan tay-haksu Ma Su Ing. Tetapi sebelum ia sempat menjawab, Ma Giok Hoa sudah mendahului.
"Benar, yah, memang kudengar hohan ini pernah bentrok dengan Lau-ma tetapi dia yang diserang dulu sehingga dia terpaksa membela diri ...., ."
"Adik Hoa ! Mengapa engkau membelanya?" teriak Ma Giok Cu.
"Maaf, cici, bukan aku membela orangnya tetapi membela persoalannya. Mana yang benar aku harus mengatakan benar, yang salah harus kukatakan salah, Yah, apakah aku salah kalau mengatakan begitu ?"
Ma Su Ing gelagapan. Memang ia tahu bahwa diantara kedua puterinya berlainan wataknya.
Ma Giok Cu berhati tinggi dan manja. Ma Giok Cu berhati lemah lembut dan penuh rasa kasihan terhadap orang. Walaupun sebagai seorang tay-haksu tetapi ternyata Ma Su Ing juga tetap seorang ayah yang berhati penuh sayang kepada kedua puterinya. Apalagi karena dia gemar
mengumpulkan gundik2 gadis cantik, ia sungkan kepada kedua puterinya. Maka diapun bersikap lunak dan memanjakan mereka.Rupanya Ma Giok Hoa yang cerdas tahu akan kesulitan ayahnya untuk memberi keadilan siapa yang benar antara dia dan Giok Cu. Maka eepat2 Giok Hoa mengalihkan pembicaraan dengan sebuah pertanyaan.
"Hohan ini telah menyelamatkan ayah dari cengkereman penjahat berkedok sasterawan tadi. Mengapa cici hendak mencelakai orang yang sudah menolong ayah ?"
Pertanyaan Giok Hoa itu memang tajam. disamping membungkam Giok Cu dan Giok Sun, juga memberi isyarat kepada ayahnya agar menggunakan alasan itu untuk menenangkan hati Giok Cu."Ya, memang begitu," rupanya Ma Su Ing tahu akan isyarat Giok Hoa, "dia telah berbuat baik kepadaku. Soal yang lampau biarlah jangan angkat lagi. Lau-ma hanya menderita luka kecil tak sampai membahayakan jiwanya. Dan lagi ayah memang hendak mengundang dia supaya
bekerja menjadi pengawal ayah. Sudahlah Sun ji dan Cu-ji cobalah kalian perintahkan pada para penjaga agar mengadakan penjagaan yang lebih keras lagi malam ini dan selanjutnya."Kedua anakmuda itu mengiakan lalu melangkah pergi.
Ternyata Ma Su Ing dapat memperhatikan perobahan wajah kedua anaknya. Dia tahu kalau kedua anaknya itu malu maka buru2 ia memerintah agar mereka dapat meninggalkan ruang situ.
"Loan Thian Te, bagaimana surat yang engkau kehendaki ?" tanya Ma Su Ing."Terserah kepada tayjin saja. Hamba hanya seorang utusan yang akan menghaturkan surat dari tayjin kepada Su tayjin," sahut Huru Hara.
Ma Su Ing masuk kedalam untuk menyiapkan surat.
Dalam pada itu Ma Giok Hoapun bertanya kepada Huru Hara, "Hohan, apakah engkau tak bersedia bekerja disini ?"
"Ah, harap siocia jangan menyebut hohan, panggil saja Loan Thian Te,"
"Hm, baiklah Loan-heng," kata dara itu.
"Terima kasih atas kebaikan siocia," kata Huru Hara, 'namun aku masih ada tugas yang belum terselesaikan."
"Tetapi kalau tugas itu sudah selesai ?"
"Nanti akan kupikirnya," sahut Huru Hara, "karena negara dalam suasana perang sepertinya semua tugas adalah sama yalah demi membantu negara.""Aku bekerja pada Su tayjin atau ikut pada tay-haksu, adalah sama arti tujuannya."
Ma G ok Hoa mengangguk.
"Dan lagi tay-haksu kulihat sudah cukup banyak mempunyai pengawal yang berilmu tinggi tentulah tak perlu kuatir akan keamanannya."
"Bukan begitu Loan-heng," kata Giok "maksud ayah meminta Loan-heng bekerja disini bukanlah karena ayah kuatir tentang keselamatannya tetapi rasanya ayah memandang Loan-he ini seorang yang cakap dan dapat dipercaya."
"Terima kasih, siocia. Aku masih belum dapat memikirkan hal itu. Nanti apabila tugas sudah selesai,
barulah aku dapat mengambil keputusan."
Ma Su Ing keluar dengan membawa sebuah sampul yang di-lak dengan stempel (ci-keng) merah, "Nah. inilah surat balasan untuk Su tay-jin."Baru Huru Hara hendak mohon diri, tiba2 masuklah seorang penjaga, "Lapor kehadapan tay-jin, bahwa tawanan tua yang membawa tongkat bambu kuning itu tak mau makan."
"0, lalu apa maksudnya ?"
"Dia mengatakan hendak bunuh diri. Lebih balk mati
daripada disiksa begitu," kata penjaga.
"Hm, bawalah dia kemari," kata Ma Ing.
Ketika tawanan itu dibawa menghadap Ma Su Ing, Huru
Harapun terkejut sekali hingga hampir saja dia berteriak.
Tetapi Rajacopet Bambu kuning segera deliki mata
kepadanya. Huru Hara tahu apa yang dimaksud, dia pun
diam.
"Hai, engkau, apakah engkau masih tak mau mengaku
siapa yang suruh engkau memalsu sebagai Gak sucia
meminta surat kepadaku ?"
"Aku sendiri," sahut Raja-copet Bambu-kuning dengan
garang.
Diam2 Haru Hara terkejut. Ternyata Raja-copet itu
sudah menyusul ke gedung tay-haksu, dan bahkan
mendahului bertindak untuk meminta surat dari tay-haksu.
Surat itu jelas surat balasan Ma Su Ing kepada Su Go Hwat.
"Hm, Raja-copet itu memang lihay. Sayang dia
tertangkap. Aku harus berusaha untuk membebaskannya," pikir Huru Hara.
Dia tak mau beranjak keluar melainkan menunggu bagaimana kesudahan pemeriksaan yang dilakukan Ma Sa Ing terhadap si Raja- copet.
"Apakah engkau benar2 berkeras kepala ?" seru Ma Su Ing.
"Sama sekali tidak," sahut si Raja Copet.
"Aku sudah mengatakan apa yang sebenarnya. Lalu apa lagi yang harus kukatakan ?"
Ma Su Ing marah, "Bawa keluar dan hajar bangsat itu !" serunya kepada beberapa penjaga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blo'on Cari Jodoh
LosoweLanjutan "Pendekar Blo'on" CELOTEH BLOON : Wah, maaf beribu maaf, pembaca yang budiman. Karena baru sekarang saya dapat nongol lagi. Tidak jemu kan melihat tampang saya? Kali ini saya diberi peran lain dari yang lain. Keblo'onan saya dikurangi sedik...