Part 14

17.2K 875 11
                                        

Alicia's Pov

Aku merasa bersalah mengatakannya tapi, aku memang tidak bisa menemukan cinta lain selain Christ. Well, nampaknya begitu. Walaupun aku menghindarinya dan bersikap seakan aku tak peduli dengannya, dalam hati aku ingin segera memeluknya tadi. Tapi aku sadar kalau kami tidak lebih dari teman.

Jujur saja, aku juga suka Ryan dalam waktu yang bersamaan, tapi maksudku bukan cinta. Walaupun jantungku selalu berdetak kencang jika dia melakukan sesuatu tapi kurasa, itu hanya karena aku penasaran tentangnya. Ryan cukup menggemaskan untuk kujadikan adik kesayangan. Kurasa.

"Kau yakin?" tanyanya lagi. Aku merasa sangat bersalah, bukan karena aku telah menolaknya tapi karena aku menciumnya kemudian menolaknya. Tapi, hei! Dia yang menciumku duluan dan aku hanya mengikutinya.

"Ya, maaf. Walaupun aku berusaha untuk mengerti dan menerimamu sebagaimana aku menerima Christ dulu, tetap saja aku tak bisa karena rasa rinduku padanya terus meluap. Kau tahu kan rasa dimana kau merasa bahwa kau mencintai seseorang padahal sebenarnya kau tidak?" aku merasa egois.

Hal yang barusan kukatakan benar-benar mengartikan bahwa aku hanya menerimanya sebagai pengganti Christ dan bersikap bahwa aku mencintai Ryan. Tapi, terkadang seseorang pasti juga merasakan bahwa kau menyukai si A tapi kau juga menyukai si B dan pada akhirnya, kau merasa seperti kau ingin memiliki keduanya. Dan aku tak bisa memiliki mereka berdua hanya untukku. Karena itu, aku memilih Christ. Entah apa alasanku memilihnya.

Ryan terdiam, nanpaknya seperti sedang memikirkan hal yang baru saja kukatakan.

"Ya" jawabnya akhirnya "kurasa aku pernah merasakan"

"Aku tahu, maaf. Nampaknya aku sudah ditakdirkan untuk mencium orang-orang yang baru saja kutemui kemudian menolak mereka. Aku masih bingung kenapa hal ini harus terjadi padaku" aku mengusap kedua mataku dengan telapak tanganku, merasa agak kelelahan dan seakan ada sesuatu yang menghalangi mataku.

Benar, aku pasti tak benar-benar serius dengan Ryan. Aku tak merasakan adanya rasa sakit yang datang sedetik setelah meninggalkan Christ dulu.

"Kau tahu? Aku harus pergi sekarang" Ryan tiba-tiba bangkit berdiri "Ada banyak hal yang harus kukerjakan sebelum berangkat besok, dan kurasa kau juga"

"Benar, aku harus segera memasukkan segalanya kedalam koper" aku mengangguk mengerti dan dalam hati menghembuskan napas lega. Kurasa Ryan sudah tidak begitu masalah.

Kulihat dia berjalan ke pintu keluar sambil memainkan kunci mobil di tangannya. Kemudian dia berhenti sejenak di ambang pintu dan berbalik memandangku dengan ragu. Aku memandanginya dengan bingung.

"Kau tahu? Kau bahkan tidak berusaha"

***

Aku masih tidak bisa menangkap apa yang dikatakan Ryan baru saja. Tadinya aku hendak bertanya apa maksudnya, tapi dia langsung berbalik pergi tanpa mengatakan yang lain.

Well sudahlah, mungkin yang dia maksud adalah aku bahkan belum berusaha untuk membereskan pakaian untuk besok. Ya, pasti itu!

"Oh Darrel! Kau tak tahu seberapa beratnya di bawah sana" aku berjalan kearah ranjang Darrel yang terletak di ujung sebelah kiri ruangan sambil merengek sendiri. Aku yakin Darrel tidak akan mengerti apa yang kukatakan. Well, aku sendiri juga tidak bisa mengerti apa yang dia katakan.

"Aku bingung harus bagaimana. Aku merasa seperti ingin memiliki keduanya tapi, pada akhirnya aku juga hanya akan menyakiti keduanya" aku masih terus mengoceh. Darrel hanya bisa memandangiku sambil memainkan dot bayinya.

Found The Baby & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang