Part 22

9.7K 617 18
                                    

Aku benar-benar tidak dapat menemukan Darrel dimanapun, mulai dari kolong kursi ataupun tempat sampah. Jantungku mulai berdetak kencang dan keringat dingin mulai bercucuran. Perasaan khawatir yang tidak pernah kurasakan sebelumnya melonjak keluar, membuatku nyaris menangis.

Aku bingung kemana aku harus pergi mencarinya. Darrel masih bayi bahkan untuk merangkak saja masih sulit. Dia tidak mungkin kemana-mana. Tapi, kenapa dia bisa menghilang?

Oke, tenangkan dirimu Alicia. Pasti kau akan menemukannya dalam tiga, atau bahkan dua menit lagi. Cobalah lihat dari sisi positifnya bahwa Darrel belum bisa berjalan, dia pasti tidak menghilang kecuali dia...

Diculik.

Oke, sekarang aku khawatir. Karena kalau dipikir-pikir, posisi bangku dengan pohon tempat balon itu menyangkut cukup jauh. Kemungkinan akan ada orang yang melihatku sibuk mengurusi balon kemudian mengambil Darrel. Maksudku, Darrel adalah anak seorang model ya Tuhan. Keuntungan menjual bayi seorang model akan lebih besar daripada menjualku.

Tanganku mulai gemetar semakin lama aku memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Aku tahu aku harus tenang untuk menemukannya tapi, air mataku yang mulai mengalir menandakan bahwa aku benar-benar takut.

Aku mulai meraih ponsel dari dalam tasku, masih dengan tangan gemetar, menekan nomor Ryan dan mencoba menghubunginya. Aku tahu kalau dia sedang dalam pemotretan tapi, aku benar-benar tidak tahu harus meminta tolong siapa.

Dalam deringan ke tujuh, kami akhirnya tersambung.

"Lica, ada apa? Kau tidak tersasar kan?" suara Ryan yang lembut benar-benar tidak bisa membantuku saat ini karena keadaan ini lebih buruk daripada tersasar di tengah hutan rimba.

"Ryan" suaraku bergetar karena tangisanku yang semakin menderas.

"Lica? Kau kenapa? Terjatuh?" aku benar-benar tidak tahu seberapa idiotnya aku dimatanya sampai-sampai dia menyimpulkan kalau aku terjatuh.

"A-aku hanya membantu seorang anak kecil mengambil balonnya tapi.." aku kesulitan mengeluarkan suara karena tangisanku makin kencang dan orang-orang mulai memperhatikanku.

"Tidak apa, lanjutkan saja sayang" aku dapat merasakan Ryan juga mulai khawatir karena tangisanku makin kencang.

"Disaat aku hendak mengambil Darrel dari bangku dimana aku meletakkannya.." aku berusaha sekuat tenaga mengeluarkan suaraku "dia sudah tidak ada.. ditempat aku menaruhnya"

Hatiku terselubungi dengan perasaan khawatir. Selain karena aku tak mau kehilangan Darrel, aku juga takut karena dia bukanlah anakku melainkan anak orang lain. Bagaimana kalau suatu hari ibunya ingin bertemu dengannya tapi ternyata anaknya sudah tidak ada karena penculikkan? Aku juga lah pihak yang harus bertanggung jawab.

"Tenang saja, akan kuusahakan segera kesana sebentar lagi. Tenangkan dirimu dan tetaplah berdiri ditempatmu berada sekarang, oke?" dia mengatakan aku untuk tenang tapi, bagaimana aku bisa tenang dan berdiri saja menunggunya sementara Darrel dalam bahaya. Maksudku demi tuhan, dia masih bayi!

Tapi melainkan berkomentar sambil menangis, aku hanya menjawab ya dan langsung mematikan sambungan. Biarkanlah dia mencari-cariku nanti, yang terpenting aku harus segera menemukan Darrel. Persetan dengannya, Ryan memang sulit diandalkan untuk saat-saat seperti ini. Terlebih lagi, aku juga tidak mau merepotkannya yang sedang sibuk.

Aku harus bertanggung jawab sendiri.

Sudah nyaris tiga puluh menit dan aku masih belum menemukan Darrel. Aku sudah bertanya kepada semua orang sekitar yang mungkin sempat melihat Darrel tapi hanya mendapat sebuah gelengan dari mereka.

Walaupun begitu, aku tetap saja tidak bisa memercayai bahwa dia diculik. Kemungkinannya memang begitu tapi sesial apapun aku, tidak mungkin kesialanku menimpa seorang bayi yang tidak bersalah.

Found The Baby & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang