Part 7

23.3K 1.2K 17
                                        

Aku tahu kalau dia adalah tipe orang yang suka bercanda tapi, wajahnya terlihat serius. Sebenarnya aku tak bisa memastikan kalau wajah seriusnya itu sungguhan atau pura-pura. Maksudku, supermodel sepertinya pasti setidaknya bisa akting sedikit.

"Kau tak bisa melamar orang selama mereka tahu kalau kau adalah tipe orang yang suka bercanda" balasku. Dia langsung tersadar kemudian tertawa.

"Astaga, aku kan tidak melamarmu. Hanya menyarankan. Kau beruntung bisa dekat dengan orang sepertiku"

"Semua orang bisa mendekatimu dengan kau yang tidak selalu serius" dan yang kukatakan memang benar. Buktinya saja aku, kami baru kenal setidaknya beberapa jam yang lalu tapi sudah sedekat ini.

"Kau tidak mengenalku kalau begitu" aku terkejut begitu Ryam menunjukkan senyumnya yang lemah dan terpaksa. Aku mengedip-ngedipkan mataku beberapa kali. Apa dia mungkin sebenarnya orang yang tertutup?
"Maksudmu?" well, ini memang bukan urusanku tapi entah mengapa, aku merasa aku harus tahu.

"Sayang, tak baik menanyakan hal yang begini... intim. Lebih baik kau masakkan aku lebih banyak lagi" sekarang dia mengeluarkan puppy eyes nya, membuatku mengalah.

Memang sih, tidak seharusnya aku menanyakan hal pribadinya. Toh, aku juga tidak memberitahunya tentang masa laluku. Tapi entah mengapa, rasanya aku ingin mengenalnya. Bukan karena aku menyukainya atau apa, tapi karena rasanya Ryan sungguh menarik untuk dijadikan teman. Hanya teman, oke?

Malam itu kami makan dengan tenang dan menonton James Bond bersama. Aku tak ingat lagi sudah berapa kali aku menonton James Bond saking seringnya. Dan jujur saja, keadaannya tidak begitu mengenakkan.Entah itu karena aku yang paranoid atau memang begitu.

Setelah film habis, kami memutuskan untuk segera pergi tidur dan aku, langsung mengejang ketakutan. Bukan karena setan tapi karena ini malam. Malam adalah saatnya tidur dan kau tahu sendiri bagaimana Ryan. Bagaimana kalau dia menerjangku malam-malam?

"Ryan, kau punya kunci kamar?" tanyaku langsung sebelum dia masuk ke kamar mandi. Dia langsung berbalik dengan wajah bingung.

"Ya.. kenapa?" jawabnya. Kuharap dia tidak menyadari maksudku menanyakannya. Karena dia pasti akan tertawa dan mengejekku.

"Tidak apa. H-hanya untuk berjaga kalau-kalau ada maling" aku mengangkat bahuku bersikap seakan tak peduli. Ryan hanya mengangguk mengerti. Oke bagus, dia tidak tahu maksudku. Dia akan benar-benar berpikir aku punya pikiran kotor.

Aku langsung berjalan cepat memasuki kamarku dan mengunci pintunya. Bagus, setidaknya aku aman. Akan gawat kalau dia menyadari maksudku dan teringat kemudian benar-benar menerjangku. Rasanya seperti tinggal dengan penjahat, aku menjadi sungguh paranoid.

Dan seharian dengannya membuat jantungku berdebar lebih kencang dari sebelumnya.

***

Sepaginya aku langsung turun dari kasur, memandang diriku di cermin. Jujur, rambutku berantakan. Yah, rambut siapa yang tidak berantakan saat bangun tidur. Aku sampai heran kenapa para pemain iklan rambutnya bisa serapi itu saat bangun.

Aku menyisir rambutku yang berantakan kemudian membuka kunci kamar, mengintip sedikit. Sepertinya Ryan sudah pergi, yang artinya bagus. Kubuka pintu kamar lebar-lebar dengan percaya diri. Ini baru namanya pagi yang sempu---

"Boo!"

Kau pasti bercanda.

"Well, kau wanita teraneh yang pernah kutemui. Bagaimana bisa kau tidak kaget?" Ryan muncul dari samping kiriku, menampakkan dada telanjangnya sehabis mandi. Godaan apa ini ya Tuhan. Kenapa pagi yang seharusnya menjadi pagi yang sempurna, dipenuhi dengan godaan?

Tapi jujur, dia punya tipe badan yang semua orang inginkan.

"Aku yang seharusnya bingung. Kau ini kan super model tapi kenapa jam segini masih ada di rumah?" aku baru tahu kalau ada supermodel jenis ini. Bukankah seharusnya pekerjaan orang yang terkenal itu penuh?

"Aku membatalkan semua jadwalku hari ini" dia mengangkat bahunya.

"Kenapa?" oh Tuhan, jangan bilang kalau dia melakukan itu untukku. Karena aku benar-benar akan langsung menariknya telanjang dada ke agensinya.

"Aku ingin beristirahat sehari saja" oh, begitu ya.

Oke, kenapa aku harus merasa kecewa? Dan lagi, kenapa rasanya menusuk? Well, kenapa aku bahkan peduli? Sekarang yang harus kulakukan hanyalah membuat teh hangat di pagi hari yang seharusnya sempurna.

Aku berjalan ke dapur tanpa memedulikan Ryan yang bertelanjang dada yang sedang bermain dengan Darrel di sofa. Lupakanlah cowok seksi di seberang sana dan fokuslah pada kebahagiaanku, dan jantungku.

"Ngomong-ngomong, aku suka piyamamu" tiba-tiba aku merasakan kehangatan di pinggangku.

Oke, jangan panik. Apa tadi dia bilang piyama? Coba kuingat, apa yang kupakai semalam sebelum tidur? Kalau tidak salah aku memakai yang berwarna hitam?

"Bisa tolong kau katakan apa yang kukenakan sekarang?" nafasku memburu. Pasti salah, kan? Aku tidak pernah memakai yang "senakal" itu.

Aku mendengar sebuah tawa kecil di dekat telingaku, "Entahlah. Bikini? Sayangnya celananya masih agak panjangan" sialan.

Bagaimana aku bisa lupa? Semalam kepalaku agak pusing, jadi aku memakai apa saja yang ada di tumpukkan teratas dan aku yakin baju ini adalah baju yang diberikan Emma sebelum pergi ke pantai. Jujur, ini memang bukan pertama aku memakainya. Aku hanya memakainya sebagai pakaian dalam, bukannya piyama.

"Jangan salah sangka! Aku.. tak sengaja memakainya. Semalam aku pusing, oke?!" aku melepas tangannya di pinggangku dengan paksa.

"Oh ayolah, sayang. Aku tau kau berusaha menggodaku tapi disaat bersamaan, kau juga takut. Makanya kau menanyakan tentang kunci semalam hanya agar aku tak menerjangmu kan?" aku membeku. Jadi, dia sebenarnya tahu?!

Tanpa kusadari, Ryan sudah memutar tubuhku menghadapnya. Dia membelai pipiku lembut dan mendekatkan bibirnya ke telingaku. Nafasnya yang kembut dan dingin membuatku merinding.

"Ayo perlihatkan sedikit cinta kepada Darrel tersayang, ya?" Tuhan, aku benar-benar terlena tapi...

Sayang sekali aku masih tahan godaan.

Aku mencubit pinggangnya sekeras mungkin. Ryan langsung mendesis kesakitan dan segera menjauh dariku.

"Makan tuh cintamu, sweetheart"
"Ternyata kau sebenci itu padaku.. Ngomong-ngomong," dia menarik napasnha sejenak, "Aku akan mulai ke Jepang besok" lanjutnya, membuatku langsung mengalihkan perhatianku dari Darrel yang sedang tertawa sambil memainkan dasi Ryan.

"Besok?" ulangku. Aku tak ingin berpisah dengan Darrel secepat itu. Walaupun masih belum pasti apakah kita akan menemukan ibunya tapi, tetap saja artinya waktu berpisahku dengan Darrel makin cepat. Bisa dibilang, aku dan Darrel sudah terikat.

"Ya dan sebelum itu, aku ingin mengajakmu kencan hari ini" serius? Itu kah yang ingin dia fokuskan saat ini? Jadi karena itu dia membatalkan seluruh jadwalnya hari ini? Bocah ini...

"Jadi, cepatlah berdandan sayangku. Malam ini kau, aku, dan pengganggu satu itu tentunya, akan bersenang-senang" dia tersenyum penuh arti.

****
Sekian sampai disini my puddin' ♡ dan...

Siapa yang gk sabar pengen nonton fifty shades darker? Cmn gw? Ohh oke...

Found The Baby & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang