Part 29

7.6K 356 34
                                        

Giselle duduk disana sambil menikmati makan malamnya. Sudah lama sejak terakhir kali aku bertemu dengannya, membuatku ingin langsung berlari menghampirinya.

"Lica, ada apa?" Ryan yang sadar kalau aku sedang termenung, mengikuti arah mataku. Aku memandanginya dan langsung menyadari raut wajahnya yang berubah. Raut wajahnya mendingin seakan-akan siap menyerang.

Aku sempat lupa kalau Ryan dan Giselle tidak memiliki hubungan yang baik. Kalau aku menghampiri Giselle sekarang, mungkin sudah terjadi perang di atas meja makan.

Sumpah deh, aku heran kenapa Ryan sangat baik kepada gadis-gadis yang lain sedangkan sikapnya kepada Giselle sudah seperti ikan yang kena kutu.

"Kau mau langsung ke meja makan saja?" tanyaku pelan-pelan, berusaha membujuknya. Aku takut kalau Ryan sedang marah, habisnya dia jarang marah. Darrel juga akan merasa terganggu, dan aku akan kerepotan.

"Tidak apa, dia temanmu kan? Temanmu juga temanku" mendengarnya bicara seperti itu, malah membuatku semakin merinding.

"Kau tahu, aku tidak mau kalau suasananya tidak enak, mengurangi napsu makan saja"

"Aku janji akan bersikap biasa saja, kalau dia mau bekerja sama tidak bersikap menyebalkan semenit saja" Ryan tersenyum manis bagaikan kelinci, berusaha meyakinkan walaupun usahanya itu sebenarnya gagal.

"Well, oke. Walaupun aku tidak yakin Giselle pernah bersikap menyebalkan"

Satu menit duduk bersama diatas meja makan, benar-benar saat paling menegangkan. Mereka memang tidak adu mulut, malah bisa dibilang, terlihat akrab. Yah, walaupun pembicaraan mereka jauh dari akrab.

"Ngomong-ngomong Ryan, apa kau tidak punya pekerjaan lain saat ini?" Gisele mulai membuka percakapan lagi, dan seperti percakapan sebelumnya, nadanya terdengar sarkastik. Aku tidak menyangka Gisele bisa bersikap menyebalkan seperti ini (walaupun hanya pada Ryan) dibalik sikapnya yang selalu manis.

"Pekerjaan apa maksudmu?" Ryan bertanya balik, heran dengan pertanyaan Gisele. Kurasa seharusnya semua orang tahu kalau Ryan bekerja sebagai seorang model.

"Menggoda wanita tentu saja. Kau tidak sedang melakukannya sekarang, kan?" ya, sangat sarkastik. Aku hanya bisa berharap Ryan dapat melalui cobaan ini.

"Ha, kepada siapa aku melakukannya? Kepadamu? Dalam mimpi. Tidak, bahkan aku tidak pernah mengimpikannya" Ryan tertawa kecil, tawanya yang menyeramkan dan mengejek. Sedari tadi aku hanya dapat diam sambil menidurkan Darrel dan menikmati makan malamku yang kuharap berlangsung dengan tenang.

"Kau pikir aku bodoh? Dengan Alicia tentu saja! Kau tidak menjadikannya wanita mu yang lain kan? Sudah berapa gudang?" aku hanya dapat terdiam mendengar penyataannya. Tidak pernah terpikirkan olehku aku menjadi salah satu wanita simpanan Ryan. Setelah semua yang telah dia katakan padaku, semua yang telah dia lakukan untukku, rasanya mustahil tapi mungkin.

"Gisele, kuharap matamu masih sehat. Tidak bisakah kau lihat bahwa aku benar-benar mencintainya?" Ryan menggenggam tanganku.

"Kau mengatakan itu pada semua gadis. Setidaknya, jikalau aku buta, aku tidak akan sebodoh dirimu"

Rasanya kalimat tadi benar-benar membuat Ryan meledak. Tangannya mencengkeram jari jemariku, membuatku meringis sedikit. Apakah mereka tidak bisa makan dengan tenang? Memangnya lidah mereka yang panas itu bisa makan dengan benar?

Dering telepon Ryan memotong suasana yang makin mencekam. Ryan langsung mengusap tanganku dan pergi meninggalkan kami untuk menerima panggilannya. Setidaknya, dia sudah pergi. Aku akan bergegas menghabiskan makananku sehingga kami bisa cepat-cepat pulang.

Found The Baby & YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang