"Sudah kukatakan, jangan pernah keluar dari kamar tanpa aku yang menuruhmu!"
Dia kembali membentakku, lebih dari sebelumnya.
Tapi itu tak membuatku takut.
Tangannya menamparku lagi dan kemudian pergi dari ruangan yang menjadi saksi keterpurukanku selama ini, namun sebelum itu.
"Bagaimana rasanya ditinggal sendiri dalam sebuah ruangan mengerikan?"
Setiap Wonwoo kesal, dia akan membawaku dan mengurungku disini.
Kekesalanya itu adalah akibat dari perbuatanku.
"Sayang aku tidak pernah merasakannya."
Dia benar-benar pergi dengan angkuh, mengunci pintu tersebut beberapa kali.
Air mataku mengalir sedikit dan kemudian menjadi deras bagaikan air terjun.
Inilah hukuman, karena aku melanggar aturan, keluar dari kamar tanpa izinnya.
Namun aku masih tetap menyukai Wonwoo.
•••
Ini sudah satu hari.
Aku mendekam layaknya penjahat dipenjara.
Menunggu hingga Wonwoo membukakan pintunya untukku, dengan begitu aku bisa menikmati udara segar.
Yang tidak bisa kurasakan selama dua bulan.
Kudengar seseorang tengah membuka pintu ruangan ini, ternyata orang yang kutunggu akhirnya kembali.
Bisa kubayangkan Wonwoo berjongkok didepanku sembari menatap lekat kearahku.
"Berhentilah menangis."
Dia menarikku kedalam pelukannya.
Lega.
Wonwoo menuntunku kembali ke kamar tidurku.
Ini sama buruknya seperti tadi, namun lebih baik seperti ini daripada diam dan tidak melakukan apapun selain menangis.
Tangannya yang besar itu mengumpulkan beberapa helai rambutku dan mengikatnya.
Terkadang dia baik.
"Wonwoo."
"Hn?"
"Bagaimana harimu?"
Pergerakan tangannya berhenti secara mendadak.
Sembari tertawa dia menjawab, "Sangat baik, hariku terlihat begitu menyenangkan. Aku baru saja bertemu dengan seorang wanita cantik, Hari."
Sudut bibirku memaksa keatas mengukir sebuah senyuman, didepan sebuah kaca rias mungkin.
"Wonwoo?"
"Ada hal yang mengganjal lagi?"
Kepalaku terangguk mantap, dia selesai dengan ikatan rambutku.
"Bicaralah."
Aku terdiam sejenak dan sepertinya dia telah menunggu pertanyaanku.
"Kenapa kau selalu membiarkanku hidup didalam ruangan yang begitu menyedihkan seperti ini?"
Aku merasa dia berdiri, mengecup dahiku pelan.
"Jika kubiarkan keluar, kau akan mati."
Ucapannya mematikan seluruh organ yang bekerja ditubuhku.
Apa seorang pria dari club itu?
Namun, itu jelas dan sangat tidak mungkin terjadi.
Tidak mungkin juga dia kembali dan ingin membunuhku.
Aku merasa kepalanya menyentuh lututku, dia kembali berjongkok.
Mengusapkan tangan dinginnya ke punggung tanganku.
"Mati? Maksudmuㅡ"
"Oleh sebab itu aku tidak akan membiarkanmu keluar tanpaku."
"Lalu, apa alasanmu hingga melakukan hal yang tidak perlu kau lakukan?"
Dia terdiam.
Tanganku bergerak meraih rambutnya.
"Karena kau milikku."
Dia pergi setelah mengatakannya.
Pergi dengan urusan dunia yang sangat memuakkan.
Sekarang aku sendiri, dalam diam.
Tak ada yang bisa kulakukan selain menunggunya lagi.
Berjam-jam aku menunggu.
Dan dia tidak kunjung kembali, namun aku harus tetap menunggu.
Aku mulai bosan, namun seseorang membuka pintu kamarku.
Bukan, dia bukan Wonwoo, tapi Kim Mingyu, asistennya.
Aku bisa mengenalinya karena tidak ada yang pernah masuk kedalam kamarku kecuali Wonwoo dan Mingyu.
"y/n, bagaimana keadaanmu?"
Senyumku mengembang, "Buruk seperti biasa."
"Waktunya makan, nona."
Dia pergi untuk memanggilkan beberapa pelayan wanita, sebelum itu aku mencoba meraih tangannya.
"Apa kau akan membawaku keluar?"
Mingyu berdehem kemudian melepaskan genggaman tanganku.
"Maaf, Wonwoo akan melarangku untuk membawamu keluar selain dirinya sendiri yang melakukannya."
Aku tersenyum pahit.
Menjadi buta memang buruk.
![]()
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain. stay
ft. Jeon Wonwoo2k17, pea-chu.

KAMU SEDANG MEMBACA
stay
Fanfictionㅡmenyakitimu adalah cara terbaik untuk menjagamu agar tetap disisinya. #1 - imagine; 181128 #1 - wonwoo; 190303 #2 - jeonwonwoo; 190622 2k17, pea-chu.