Kamu bangun lebih pagi dari sebelumnya. Pergi ke dapur untuk membasahi tenggorokanmu.
Baru saja kamu ingin meletakkan gelas, dua tangan menghimpitmu diantara kulkas. Kamu membalikkan badan dan menatap Wonwoo yang tengah menatapmu tajam.
"Bangun di jam segini?"
"Hm?"
Wonwoo terus saja menatapmu, seketika pandangannya melembut.
"Apa?
"Kau sakit?"
Kamu menggeleng cepat. Tak peduli Wonwoo tahu kamu berbohong atau tidak.
"Jangan bohong padaku," ucapnya dengan nada mengintimidasi.
"Aku benar-benar tidakㅡ"
Kata-katamu berhenti ketika punggung tangan Wonwoo menyentuh dahimu, rasanya dingin.
Kamu meraih tangannya untuk menjauh dari wajahmu, tidak ingin Wonwoo terlalu khawatir dengan dirimu yang sekarang ini berasa ingin jatuh karena lemasnya.
Matamu menutup untuk sementara, mencari cara lain agar Wonwoo bisa berhenti menanyakan hal yang lebih jauh lagi. Dia juga harus membutuhkan banyak istirahat untuk mengatasi pekerjaannya.
Namun, kamu langsung terbelak ketika dahimu bersentuhan dengan kulit, bukan tangan tapi sama, dahi milik Wonwoo. Rasanya lebih dingin dari telapak tangannya.
Hembusan demi hembusan napas Wonwoo bisa ia rasakan di kulit wajahmu. Menimbulkan sensasi geli.
"Dahimu hangat, bukan. Seperti demam ringan, sungguh kau tak apa?"
"Tidak. Lebih baik kau istirahat, besok kau juga harus bekerja Wonwoo," walaupun kamu memohon, jarang sekali Wonwoo akan menuruti kemauanmu jika itu bukan hal yang ia suka ataupun baik untukmu.
"Aku tidak mau."
"Jangan berdebat denganku sekarang, aku pusing, ugh!" tenggorokanmu tercekat saat sesuatu mendorong keluar dari dalam perutmu.
Kamu segera berlari menuju toilet dan memuntahkan semuanya. Tak ada apapun yang keluar dari mulutmu, kamu membasuh mulut dan menatap pantulan dirimu dalam cermin.
Wonwoo memelukmu dari belakang dan tengah menatapmu pada cermin dengan khawatir, sekilas kamu tersenyum padanya.
"Aku tak apa, sungguh. Ugh!" kamu kembali merasakan mual.
Wonwoo membantu memijit pelan tengkukmu.
"Kembalilah ke dalam kamar, aku akan membantumu."
°°°
Kepalamu berada pada dada bidang Wonwoo yang tengah menyeder pada ranjang. Tangan besarnya ia gunakan untuk mengusap bahumu perlahan, sesekali ia mengecup dahimu .
"Jantungmu berdetak cepat sekali," ucapmu sok polos.
"Kau itu membuatku khawatir, dasar!"
"Ternyata kau bisa mengkhawatirkan aku," katamu sambil melihat wajahnya dari bawah.
Ia mendekat dan mengecup bibirmu kilat.
"Hanya kau yang kumiliki sekarang," ia tersenyum padamu.
/modus detected/
Kamu kembali menyadar, berusaha menutupi pipimu yang memanas, "Begitu ya."
Wonwoo sedikit membungkukkan kepala dan berupaya membisikkan sesuatu padamu, "Kau istriku sayang, tidak perlu seperti itu."
Kamu bergidik, suaranya yang dalam seakan menusuk telinganmu secara kasar. Tanganmu mendorong kepala Wonwoo agar menjauh dari sana, tapi sayangnya dia terlalu kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
stay
Fanfictionㅡmenyakitimu adalah cara terbaik untuk menjagamu agar tetap disisinya. #1 - imagine; 181128 #1 - wonwoo; 190303 #2 - jeonwonwoo; 190622 2k17, pea-chu.