Protective Boy [Empat]

52 7 0
                                    

"Liora, Cepetan turun. Ada pacar kamu nunggu sayang"

"Bentar ma. Liora mau pake seragam du---"

Lidah gadis itu kini terasa kaku dan tidak bisa melanjutkan perkataannya tadi. Ia mencoba untuk mengumpulkan seluruh pemikirannya yang berhamburan entah kemana.

Pacar?
.
.
.
.
1 detik
.
.
.
2 detik
.
.
.
3 detik
.
.
.

"Kyaaaaa~"

****
Setelah siap dengan seragam dan tasnya Liora turun menuju ruang tamu dan melihat pemandangan yang membuatnya kesal.

Untuk apa dia kesini? Dan apa-apaan sikap sok akrab nya itu kepada mamaku?

"Ma. Papa kemana?"

"Papa udah berangkat dari tadi nak. katanya ada pertemuan penting pagi ini."

"Sepagi ini? Jadi Liora gimana ?"

"kan pacar kamu udah jemput"

Aku terdiam sejenak. Ku lirik Devian yang sudah berdiri dari tempat duduknya tadi dan mengisyaratkan agar segera berpamitan untuk pergi.

"Tante saya pamit dulu. Ayo Liora nanti kita telat"

Aku memutar bola mataku dan menatapnya dengan malas. Mau bagaimana lagi? Hanya sekali saja Liora.Hanya sekali!!

"Ma. Liora berangkat dulu."

"Hati-hati sayang. Devian jaga Liora yah" ucap mamaku dengan senyuman tulus pada kami berdua.

Devian hanya membalas dengan senyuman lalu menarik tanganku untuk ikut ke mobil bersamanya.

20 menit berlalu. Kini kami telah sampai disekolah. Tidak ada percakapan yang terjadi selama perjalanan kami. Hanya sebuah keheningan yang menyelimuti di pagi yang dingin ini.

"Istirahat nanti aku akan ke kelasmu" ucap Devian ketika aku turun dari mobilnya.

Aku mengangguk kemudian berlalu meninggalkannya.

*****
Bel istirahat berbunyi dengan keras. Semua siswa bersorak gembira dan segera berhamburan menuju kantin seperti zombie yang sedang melihat mangsanya.

Tapi tidak denganku. Aku harus ke perpustakaan untuk persiapan mengikuti olimpiade Biologi tingkat nasional.

Dengan langkah yang lambat aku memasuki ruang perpustakaan. Suasananya sangat tenang dan tentram. Tentu saja, jika ada yang berani bersuara sedikit saja penjaganya pasti akan memarahi atau bahkan menghukum orang itu.

Ku ambil tumpukan buku biologi dari berbagai pengarang yang berbeda, penerbit yang berbeda hingga buku dari kelas satu sampai tiga pun aku ambil untuk memperdalam pemahamanku.

Hampir setengah jam aku bergulat dengan materi-materi yang ada didepanku. Mataku mulai terasa lelah, dan aku memutuskan untuk mengembalikan buku-buku ini ke tempatnya semula.

Buku ini sangat banyak dan berat membuat mengelihatanku tertutup dengan tumpukan yang kubawa ini.

Brukk...

Oh tidak semua buku yang aku bawa berhamburan diatas lantai. Tapi bukan itu masalahnya sekarang. Dia, iya dia. Aku merasa menambrak seseorang. Ku alihkan pandanganku mencari orang itu, perlahan ku naikkan pandanganku sampai kini aku dapat melihat wajahnya.

Pria tinggi berambut hitam lurus tertata rapi. Wajahnya yang oval dan terlihat sebuah lesung pipit menghiasi senyum manisnya.

"Kau tidak apa apa ?"ucapnya sambil mengulurkan tangannya padaku.

Kuhentikan lamunanku dan segera tersadar jika seorang Liora Maqdeline sedang dalam posisi yang memalukan dan bodoh di depan pria tampan ini.
Kuterima uluran tangannya dan segera berdiri tepat dihadapannya.

"Iya aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga tidak apa-apa. Biar ku bantu kau mengembalikan buku-buku ini"

"Terimakasih"

Aku tak menolak sedikitpun saat pria ini membantuku merapikan buku-buku dan mengembalikan ketempatnya. Oh dia sungguh pria yang baik dan sempurna.

"Liora sayang. Bisa ikut aku sebentar?"

Terdengar suara pria yang cukup familiar beberapa hari ini dikehidupanku. Yah benar, Devian Grissham. Kini dengan wajahnya yang tenang dia menarik tanganku cukup kasar sehingga aku merasakan tangan mungilku hampir putus dibuat olehnya.


Because Love Not Need a ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang