Liora POV
Hari mulai gelap namun Devian belum juga sadar. Aku sangat khawatir, apalagi mengingat bahwa dirinya kini demam tinggi.
Setidaknya kompres yang aku berikan dapat menurunkan panasnya. Aku berharap seperti itu.
Rumah Devian terasa sepi. Hanya tersisa seorang pembantu dan satpam dirumahnya.
Baiklah aku akan membuatkannya bubur.
Aku melahkahkan kakiku ke dapur. Ku siapkan segala bahan yang diperlukan dan segera memasaknya.
"Apa yang sedang kau lakukan disini princes ?"
Sepasang tangan melingkar dipinggangku. Entah apa yang dilakukan pria bodoh ini sekarang. Aku membalikkan badan dan sekarang aku tepat didepannya. Sangat dekat, sampai aku bisa merasakan hembusan nafasnya diwajahku.
"Devian. Kamu masih sakit, kenapa kamu disini ? Istirahatlah dan aku akan membuatkanmu bubur"
"Apa kau bisa masak? Aku khawatir dengan rasanya. Jadi aku datang untuk melihat"
"Apa maksudmu bodoh? -___ "
"Mungkin saja kau menaruh garam kebanyakan dan membuatku darah tinggi seketika"
"Hah? Kau meremehkanku?"
"Bukan meremehkan hanya.... um, sedikit ragu"
"Maaf tuan. Tapi masakanku sangat enak dan jika kau merasanya mungkin kau akan memohon untuk terus aku masakan."
"Kenapa kau begitu yakin?"
"Karena......."
"Karena?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Karena aku menggunakan ini"
Aku menunjukkan sebungkus bubur ayam instan yang sangat mahal dan tidak dijual dengan bebas bahkan di Supermarket sekalipun.
"Hahaha.... "
Lelaki ini terus tertawa setelah aku memperlihatkan bungkusan bubur ayam itu. Seharusnya dia merasa terhormat, Liora Maqdeline memasakan makanan untuknya dan lagi itu harganya sangat mahal. Untung saja ibuku tidak lihat saat aku mengambilnya.
"Hei!! Hentikan tertawamu itu!!" Bentakku dengan wajah yang cemberut.
"Baiklah... baiklah... "
"Kembalilah ke kamarmu. Aku akan membawakan buburnya kesana"
******
#Kamar_Devian
"Hmmm.... Aromanya enak" ucap Devian memejamkan matanya untuk menghayati aroma bubur buatanku.
"Tentu saja. Ini dibuat hanya 3 bungkus didunia dan hanya di jual di korea. Kau tau, untuk mendapatkan ini dibutuhkan perjuangan"
"Hahaha.... aku lebih menyukai masakanmu dibandingkan dengan masakan mahal ini"
Pipiku seketika memerah mendengarnya. Dia sungguh pandai membuat jantungku terasa akan meloncat keluar dari tempatnya.
"Aaaaa"
"Apa maksudmu membuka mulut seperti orang bodoh begitu?"
"Aku sedang sakit. Aku tak mampu memegang sendok."
"Berhentilah bersikap manja, Bocah bodoh -_- "
Baiklah aku tak bisa mengabaikan Devian yang sedang sakit sekarang. Walaupun aku merasa sedikit geli melihat tatapan berbinarnya itu. Aku akhirnya menyuapnya hingga semangkuk bubur itu kini telah bersih tak bersisa.
"Tidurlah. Aku akan segera pulang"
"Apa kau tidak ingin memberiku ciuman sebelum tidur?"
"Tidur atau mangkuk yang aku pegang ini akan mendarat di wajahmu yang mulus itu?"
"Baiklah. Hati-hati dijalan yah."
"Iya. Aku akan datang menjengukmu lagi besok"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Love Not Need a Reason
RomantizmLiora Maqdeline gadis cantik dan kaya. Semua lelaki yang melihat pasti akan dengan mudah jatuh cinta dengannya. Dan hal itu membuat Liora merasa muak. Ia hanya ingin cinta apa adanya bukan karena harta atau fisik. Devian Grissham. Lelaki tampan dan...