Nothing [Delapan]

40 7 4
                                    

Pelajaran hari ini sangat lama dari biasanya. Waktu terasa berjalan dengan lambat atau mungkin sama sekali tak berjalan.

Aku mengalihkan pandanganku pada Callista. Dia memang anak yang baik, fokus memperhatikan setiap rumus-rumus aneh yang sedang ditulis oleh guru. Berbeda denganku yang hanya duduk bengong dan sama sekali tak memperdulikan apapun. Ya bahkan saat guru ini memanggilku aku masih bersikap seperti itu.

Wait!!!

"Liora. Cepat ke depan dan jawab soal yang ada dipapan!!"

Aku menggigit bibir bawahku dengan cemas. Tidak ada kah cara untuk keluar dari situasi ini? Ah bentakkan tadi membuat nyawaku yang melayang entah kemana dipaksa untuk berkumpul kembali ke raganya.

Ini soal apa Death note sih? Isinya kayak kumpulan nama buronan dan angka yang gak jelas.

Aku menarik nafas yang dalam lalu menghembuskannya dan segera berjalan dengan tenang dan pastinya tetap stay cool ala anak polos tanpa dosa.

"Ibu maaf banget, bukannya saya nggak bisa jawab soal ini. Cumam saya baru inget kalau saya ikut olimpiade Biologi. Jadi.... Saya ke perpus dulu"

"Alasan aja kamu ini." Ibu Alda menggeleng melihat tingkahku yang sedikit aneh hari ini.

Aku cengengesan mendengarnya dan tanpa membuang waktu aku pergi ke perpustakaan. Maaf saja, walaupun seperti ini aku adalah anak yang jujur dan menepati semua yang aku katakan.

"Liora"

"Hai. Umm...."

Sial aku tidak tau namanya

"Alex. Alex Fernando"

Jadi namanya Alex. Aku merasa familiar dengan wajahnya. Tapi aku lupa dimana kita pernah bertemu.

"Apa kau mengingatku? Kurasa tidak."

Apa lelaki ini tidak salah orang? Tapi dia memanggil namaku tadi. Ah aku bingung.

"Aku orang yang membantumu diperpustakaan. Dan tepat setelah itu pacarmu datang lalu menarikmu pergi"

Setelah berfikir keras. Aku akhirnya mengingatnya. Yah dia lelaki yang aku tabrak kemarin. Kami belum sempat memperkenalkan diri masing-masing, karena Devian yang bodoh itu menarikku menjauh dari perpustakaan.

Tapi......

"Kamu kok bisa tau namaku Liora? Aku kan belum memberitahumu"

"Siapa yang tidak mengenalmu disekolah ini? Liora Maqdeline. gadis cantik dan kaya. Semua lelaki yang melihat pasti akan dengan mudah jatuh cinta dengannya."

Aku muak dengan kata-kata itu. Semua lelaki hanya melihat penampilan dan hartaku saja. Tidak lebih dan tidak kurang.

"Wah, aku tersanjung mendengarnya" Ucapku dengan nada manis yang dibuat-buat.

"Kamu mau ke perpustakaan? Barengan aja. Aku juga mau kesitu." Ucap alex. Aku mengangguk dan mengikuti langkahnya di belakang.

***********

#Perpustakaan

'Kamu suka pelajaran biologi yah?'

Aku melihat sebuah kertas yang ada disamping buku bacaanku. Masih jaman yah pake surat kayak gini? Apa dia gak tau yang namanya SMS? Atau jangan-jangan ini kode keras biar gue tau dia lagi gak ada pulsa?

'Ngomong aja. Aku males nulis'

Oke sekarang aku jadi ngerasa autis. Aku bilang males nulis dan nyatanya aku sekarang membalas surat itu.

'kita sedang di perpustakaan bodoh'

WTF!!! Dia memanggilku bodoh? Arrghhh aku benar-benar geram membacanya. Baiklah, sebaiknya aku mengabaikannya dan melanjutkan belajarku.

Aku mulai merasa risih. Apa-apaan wajah bodoh itu. Dia memperhatikanku tanpa berkedip sedikitpun. Apa dia menyukaiku? Ah yang benar saja. Aku tak menyukainya sedikitpun.

Lebih baik aku segera pulang dan menjenguk Devian, setidaknya aku harus bersikap sebagai pacar yang baik.

Because Love Not Need a ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang